Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Membidik ASEAN

Kebijaksanaan ekonomi di korea selatan di bawah presiden chun-doo-hwan, dan kunjungan presiden chun doo hwan ke indonesia dan asean. jaminan suplai minyak agaknya menjadi sasaran utama. (eb)

27 Juni 1981 | 00.00 WIB

Membidik ASEAN
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
KUNJUNGAN Chun Do Hwan, Presiden Republik Korea Selatan ke Indonesia nampaknya dipersiapkan dengan baik. Beberapa kali TVRI menyiarkan film tenang negeri berpenduduk 39 juta yang pernah dipuji sebagai mukjizat ekonomi itu. Kini, setelah dihantam krisis energi dan kehilangan Presiden Park Chung Hee yang tersohor keras itu, Korea Selatan di bawah Jenderal Chun nampaknya lebih realistis. Berbeda dengan zaman Park yang sentralistis dan serba diatur, Chun, setelah melakukan inventarisasi keadaan ekonomi negerinya, lebih suka memilih jalan liberal. "Ini tentu saja berakibat dilepaskannya berbagai subsidi," kata seorang ekonom di Jakarta. Kebijaksanaan ekonomi baru itu, meskipun membawa akibat tingginya berbagai pajak, toh disambut oleh banyak pengusaha di Korea. Bidang industrinya pun tak lagi seambisius dulu. Investasi yang berkelebihan di bidang industri berat, oleh Chun diakui sebagai salah satu penyebab penting kacaunya ekonomi Korea. Jenderal Chun, yang dalam hal kebebasan sama kerasnya seperti mendiang Park, toh merasa optimistis ekonomi negerinya akan kembali "normal" di tahun 1982. Tentu saja dengan pengertian impor minyak bumi yang masuk ke Korea tidak terganggu. Korea Selatan, yang kini berpenghasilan rata-rata US$ 1.500 (atau hampir Rp 1 juta) per orang setahun, mulai memusatkan perhatian pada jenis industri yang padat energi. "Mudah dimengerti kalau Presiden Chun ingin membuka hubungan yang lebih erat dengan Indonesia," kata seorang pejabat Ekuin. Korea Selatan sudah lama membidik kemungkinan mendapat lebih banyak sumber energi dari Indonesia, terutama minyak. Saat ini Pertamina mensuplai sebanyak 15.000 barrel sehari ke sana. Dan diperkirakan ia akan mengekspor lebih banyak minyak bumi ke Korea kalau Korean Oil Corporation, yang barubaru ini menandatangani kerjasama bagi hasil 50: 50 dengan Pertamina, mendapat minyak di Indonesia. Maskapai minyak Korea yang paling besar itu memiliki wilayah lepas pantai seluas 6.500 kmÜßÿFD…zÀàË' Saat ini Korea Selatan sedang berunding dengan Pertamina untuk membeli 60 juta ton gas alam asal lapangan Arun di Aceh. Mereka juga sudah mulai membeli batubara dari Indonesia. Tapi sekarang Indonesia sendiri menghentikan ekspor batubaranya, karena ternyata persediaan bahan bakar itu tak sehebat diperkirakan semula. Di tahun 1983, konsumsi batubara di dalam negeri diperkirakan akan melebihi seluruh produksinya. Negeri yang banyak mengekspor buruhnya ke proyek-proyek konstruksi di Arab Saudi, memang belum besar peranannya dalam hal penanaman modal di Indonesia, kecuali di bidang perkayuan. Saat ini sekitar tujuh perusahaan Korea Selatan beroperasi di bidang perkayuan hutan-hutan Indonesia, dengan jumlah investasi bernilai US$ 17 juta, sekitar 17% dari seluruh investasi negeri ini di Indonesia. Di negeri ASEAN lainnya, yang juga akan dikunjungi Presiden Chun, bersama istrinya, Chun juga ingin berdagang lebih banyak. Tapi, seperti dikatakan seorang pejabat Deplu, kunjungan seorang Presiden Korea Selatan ke kawasan ASEAN ini bukan semata-mata untuk urusan bisnis dan mencari bahan energi. "Tapi ingin mencari teman lebih banyak lagi," katanya. Dengan Indonesia, selain butuh minyak, Korea juga sudah pandai menjual peralatan militer. Ketika Menhankam Jenderal M. Jusuf berkunjung ke Seoul untuk menghadiri pelantikan Presiden Chun Doo Hwan, terjadi perundingan lagi untuk membeli lebih banyak persenjataan dari Korea. Sekarang saja Indonesia sudah membeli empat kapal patroli cepat untuk TNI-AL (Patrol Ship Killer). Dua PSK sudah digunakan, dan dua lagi akan tiba dalam waktu dekat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus