Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Mengapa bukan saham ?

Pt astra international inc akan menerbitkan obligasi senilai rp 60 milyar, dengan bunga 17% bagi para peminatnya. pembelinya, diantaranya pt taspen dan yayasan dana pensiun. bbd & city bank penjaminnya.

16 April 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DULU, perusahaan yang go public, dianggap tidak bonafide. Sekarang lain. Apalai setelah terbukti, beberapa perusahaan yang mencari tambahan modal dari luar itu, tidak mengecewakan masyarakat. Penerbitan obligasi PT Jasa Marga, misalnya. Kini jejaknya diikuti Astra International, swasta pertama yang melangkah ke dunia perobligaslan. Motivasi kepeloporan Astra ternyata sederhana saja. Ini diungkapkan Edwin Soeryadjaya satu-satunya putra bos grup Astra yang menduduki jabatan direktur. "Dana yang diperoleh dari penjualan obligasi lebh menguntungkan ketimbang kredit dari bank, karena jangka waktu minimalnya yang lima tahun," beitu katanya kepada Bambang Harymurti dari TEMPO. Bukan sedikit uang yang dikejar Astra. Untuk memodali investasi tambahan dan mengganti pinjaman dari bank - yang biasanya digunakan sebagai modal kerja Astra tak lama lagi akan menerbitkan obligasi senilai Rp 60 milyar. Dengan iming-iming bunga 17 persen bagi para peminatnya. Tingkat bunga yang ditawarkan, memang "tidak ada apa-apanya" jika dibandingkan bunga deposito yang kini berkisar antara 15 dan 21 persen. Sebagai surat berharga, obligasi mudah dicairkan, kapan saja. Apalagi Astra sudah terkenal bonafide. Falctor lain yang tak kalah menarik ialah adanya dua bank yang kenamaan, bertindak sebagai penjamin . Bank Bumi Daya, yang dalarn hal ini bertindak sebagai underwriter atau yang menjamin penjualan obligasi, merupakan penjamin emisi yang sudah tidak asing lagi. Sebelumnya, BBD menjadi underriter pada penerbitan obligasi Jasa Marga, yang kini telah mencapai nilai hampir Rp 400 milyar. Sedangkan bank yang berlaku sebagai guarantor atau penjamin - bila saat pelunasan yang lima tahun tiba - memang merupakan muka baru di bursa efek. Toh nama City Bank sudah cukup tenar. Hanya saja, untuk mendapatkan backing yang tangguh tidaklah murah. Astra harus membayar fee untuk gsarantor, City Bank, 1%, dan untuk BBD 0,75 persen dari nilai nominal obligasi yang ditrbitkan. Belum lagi biaya-biaya lain, seperti komisi yang dibayarkan pada trustee - wali yang mewakili para pemegang obllgasi - yang bisa mencapai 3 % . "Memang, kalau dihitung-hitung jatuhnya bisa lebih mahal dibanding bunga kredit bank," ujar Edwin. Tapi ya itu tadi, selain Jangka waktunya lebih panjang, dana yang ditarik melalui obligasi bisa sekaligus masuk kocek. Tidak seperti kalau meminjam dari bank, yang diperoleh per termin, sesuai dengan kebutuhan. Kalau melihat obligasi Jasa Marga, yang terjual habis dalam waktu empat hari, Edwin yakin masih banyak dana menganggur di perusahaan swasta maupun BUMN. Jadi, masuk akal kalau ia memperhitungkan proses penjualan obligasi Astra akan berjalan lancar. "Tidak dapat disangkal lagi, ini merupakan sumber dana baru bagi dunia usaha," ujarnya. Ini bukan harapan kosong, mudah-mudahan. "Dengan tingkat bunga yang ditawarkan, saya kira pemasarannya tidak akan makan waktu lama," ujar Prof. Barli Halim, Ketua Bapepam (Badan Pelaksana Pasar Modal). Apalagi yang menjajakannya Bank Bumi Daya. "Pasti sudah banyak surnber dana yang di-approach," katanya lebih lanjut. Dugaan ini tepat. Kata seorang manajer dari sebuah bank yang terlibat dalam penerbitan ini, pembelinya sudah "jelas". Ya, pihak pemerintah juga, di antaranya Taspen dan Yayasan Dana Pensiun. Mengapa harus mereka? Menurut sumber ini, obligasi tetap belum semenarik deposito. Salah satu alasannya, bunga obligasi masih terkena pajak pendapatan. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Okkie A.T. Monterie, Vice President The Chase Mankattan Bank, N.A. di Jakarta. "Adalah kewajiban pemerintah memberikan pengertian pada masyarakat, tentang pentingnya pasar modal saat ini." Hanya Okkie menyayangkan, bila obligasi yang diterbitkan baik swasta maupun BUMN hanya dibeli oleh badan-badan pemerintah. Padahal, pasar modal yang dianggap sukses adalah yang berhasil memasarkan surat-surat berharganya di masyarakat luas. Terlepas dari penilaian para pengamat mencari tambahan modal di luar lembaga keuangan - baik bank maupun nonbank tampak mulai digemari pengusaha. Konon, tak lama lagi Charoen Pokphand, perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan pembibitan ternak, juga akan menerbitkan obligasi bernilai sekitar Rp 35 milyar Selain itu, Bakrie Brothers tampaknya sudah pula mengambil ancang-ancang untuk go public. Tantangan utamanya ialah bagaimana menggelitik minat masyrakat untuk ikut memiliki Apalagi, salah satu fungsi penting pemasyarakatan obligasi adalah menegakkan kepercayaan atas nilai rupiah Hingga dengan demikian capital flight bisa dihindarkan. Budi Kusumah, Bambang Harymurti, Sidartha Pratidina

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus