Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Mengerek harga baru

Beberapa merk mobil sedan merosot penjualannya. model-model baru dengan harga relatif tinggi bermunculan. penjualan mobil mewah terus melaju. dipengaruhi situasi moneter.

26 Desember 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DARI iklan-iklan yang muncul bulan ini, pabrik-pabrik mobil seperti sedang "cuci gudang". Mitsubishi dan keluarganya ditawarkan dengan kupon berhadiah pesiar ke Singapura sampai ke Eropa atau Amerika. BMW mengiming-imingi calon pembeli dengan berbagai "fasilitas VIP". Peugeot dijual dengan fasilitas kredit eksekutif lewat Citibank. Toyota Starlet boleh dibeli dengan kredit ringan berbunga 10% per tahun. Volvo, mobil berkelas tinggi itu, menampilkan bosnya, Subronto Laras, sebagai model iklannya. Beberapa merk mobil yang selama ini seperti malu-malu, sementara itu, muncul dengan gaya baru. Holden, misalnya, memperkenalkan Calais Enterprise. Citroen memamerkan keunggulan BX 19 GTi-nya. Mazda Capella 626 juga ditawarkan dengan "lima macam keunggulan"-nya. Sedangkan merk yang selama ini seperti dikesampingkan orang, setelah berani menampilkan gaya baru atau ditawarkan dengan faslitas kredit melalui perusahaan leasing, penjualan seperti melompat kencang. Yang mencolok adalah Holden dan Mitsubishi Eterna. Yang kedua itu, keluaran PT Kramayudha Tiga Berlian di Pulogadung, tahun silam penjualannya tak sampai 250 unit. Tapi tahun ini, dalam 10 bulan saja, sudah mencapai hampir 350. Hal itu, menurut Direktur Produksi Krama Yudha Tiga Berlian, Herman Z. Latief, karena mobil buatannya memang pas dengan selera masa kini. Holden, merk Australia yang dirakit PT Udatin dan dipasarkan PT Udatimex itu, tahun silam hanya laku 16 unit tipe Camira. Tetapi tahun ini, sampai September saja, sudah melesat di atas 90 unit -- sebagian besar, 60 buah, diborong perusahaan taksi Kosti Jaya. Perusahaan taksi antarkota 4848, yang biasa beken dengan armada Holden Premier, bulan lalu juga ikut melariskan Camira dengan membeli 10 buah -- dengan fasilitas kredit Bank Umum Koperasi -- untuk ditaksikan di Bandung. Bos 4848, Irawan Sarpingi, yang fanatik merk Holden itu, menyatakan akan melengkapi armada Camira-nya sampai 100 buah bila tak ada aral melintang. Masih tentang sukses Holden. Baru Agustus lalu Udatimex meluncurkan Holden Calais Enterprise, sedan luks seharga Rp 56 juta, Oktober lalu sudah hampir 50 yang beredar di jalanan. "Tiga puluh unit dibeli anggota DPR/MPR," kata Manuel Wibowo dari Udatimex. Khabarnya mobil bermesin enam silinder ukuran 2.000 cc inilah prototipe sedan yang bakal diekspor ke AS dengan nama Lincah Anggun. Udatimex juga dikontrak Malcolm Bricklin untuk mengekspor minimal 20.000 unit mobil komersial, Lincah Gama, ke AS mulai tahun depan. Mercedes Benz, mobil termahal yang dipasarkan PT Star Motors, penjualannya meluncur terus tanpa beriklan macam-macam -- apalagi kalau diiklankan secara tepat dan bergengsi. Meski nilai DM terus menguat, yang tentu saja mendongkrak harga mobil merk Jerman itu di atas seratus juta rupiah, ternyata tidak menghambat penjualannya: sepuluh bulan dalam tahun ini sudah laku lebih dari 1.160 unit -- lebih dari 40 di atas seluruh penjualan tahun silam. Ford, yang konon sudah masuk grup Mercedes, juga termasuk yang kencang tarikannya. Ford Laser, sampai Oktober lalu, sudah laku lebih 1.200 unit. Penjualan merk populer, Honda dan Toyota, memang tak sekeras tahun sebelumnya. Tapi tetap unggul. Ang Kang Ho, GM Imora Motor, memperkirakan bahwa penjualan Accord dan Civic-nya tahun ini tak akan mendekati 10.000 unit seperti tahun lalu. Karena, sampai dua bulan kemarin yang laku baru 7.000 lebih. Faktor harga, menurut Kang Ho, sangat berpengaruh. Accord, misalnya, yang diawal tahun masih bisa dibeli orang Rp 32 juta sekarang Rp 52 juta lebih. Tak pelak lagi karena yen yang menggila nilainya. Model baru saja, seperti yang sedang disiapkan Imora, agaknya yang nantinya bisa menolong. Toyota boleh meletakkan harapannya pada Corolla Twin Cam, yang bulan ini sedang dipamerkan di sana-sini. Penjualan gabungan berbagai modelnya, Cressida, Corona, Corolla, dan Starlet, sebelas bulan tahun ini baru mencapai 68% dari omset tahun lalu yang sekitar 8.160 buah. Data Gaikindo menyatakan bahwa disebabkan berkurangnya peminat jenis Cressida dan Corolla generasi sebelum Twin Cam. Sedan Daihatsu, yang dirakit dan dipasarkan National Astra Motor, tampaknya juga kurang lancar jalannya. Tapi bukan berarti sedikit yang terjual: sampai oktober lalu Charade dan Charmant sudah laku 1.400 lebih. Mobil mewah BMW, yang sebelumnya langka di jalanan, tahun lalu dapat dijual oleh Grup Astra sekitar 1.000 unit. Tapi tahun ini, sampai Oktober, belum 700 mobil barunya yang dibeli orang. Nasib yang kurang lebih sama juga dialami Peugeot, Citroen, dan Renault, yang sedang gencar dipromosikan Astra. Sedan-sedan dari Grup Indo Mobil tampaknya juga agak lambat keluar pintu. Suzuki Forsa masih lumayan: terjual 2.650 unit -- 84%-nya penjualan tahun silam. Tetapi Mazda, yang baru terjual sekitar 2.160 unit sampai Oktober, masih kurang dari 60% dari yang dicapai tahun lalu. Volvo, yang belum lama masuk grupnya, juga seret: pada periode yang sama tak sampai 135 buah yang laku -- kurang dari separuh yang bisa dijual tahun sebelumnya. Menurut Subronto Laras, Ketua Gaikindo, pasang surut harga dan penjualan mobil banyak dipengaruhi situasi moneter. Pasarnya sudah menjadi arena para spekulan. "Kalau situasi tak menentu, mobil malah laku, dan akan sepi kembali bila keadaan tenang," katanya. Ang Kang Ho dari Imora juga menyatakan hal yang sama. "Maklum, cari untung setengah sampai satu juta rupiah dengan dagang mobil itu gampang sekali," katanya. Kini, setelah rupiah dipercaya kembali, spekulasi di pasar mobil reda. Sampai-sampai para agen mobil berlomba-lomba menurunkan bunga kredit. Astra Motor Sales, misalnya, menawarkan kredit Toyota Starlet 1.000 cc dengan bunga 10% per tahun. Bahkan para dealer di Jakarta, seperti PT Pro Union Jaya dan PT Mekar Armada Jaya, berani menawarkan bunga hanya 7%-8,5% per tahun. Dan hampir semuanya menawarkan hadiah-hadiah lain -- baik yang diundi maupun yang langsung diberikan -- sambil melontarkan "ancaman": awas, mulai Januari nanti harga akan naik, lho. Siapa tergoda? Max Wangkar, Budi Kusumah, Ahmadie Thaha (Jakarta), Jenny Ratna Suminar (Bandung)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus