Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sinyal Pasar

Berita Tempo Plus

Bibit Krisis Ekonomi: Danantara dan Pemangkasan Anggaran

Yopie Hidayat

Yopie Hidayat

Pemimpin redaksi tabloid ekonomi Kontan sejak November 2001 hingga menjadi juru bicara Wakil Presiden Boediono pada 2009-2014. Sebelum mendirikan Kontan, selama 1985-1994, ia bekerja di majalah mingguan Tempo. Lulus kuliah dari Universitas Airlangga, Surabaya, pada 1989, Yopie melanjutkan pendidikan dalam program Master of Public Policy di Lee Kuan Yeuw School of Public Policy Singapura. Pada 1994, ia mendapat Chevenning Award dari The British Council. Kini, Yopie menjadi anggota tim evaluator editorial Tempo

Danantara dan kebijakan fiskal Prabowo membuat pasar bergejolak. Menyemai bibit krisis yang bakal meledak.

2 Maret 2025 | 08.30 WIB

Ilustrasi: Alvin Siregar
Perbesar
Ilustrasi: Alvin Siregar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Indeks saham BUMN terus merosot sejak Danantara berdiri.

  • Pemangkasan anggaran dianggap sebagai gelagat kebijakan buruk oleh pelaku pasar.

  • Gaya otoriter Prabowo dalam mengelola uang negara membuat pasar gamang.

PASAR finansial Indonesia sedang bergejolak karena ulah pemerintah, khususnya Presiden Prabowo Subianto. Amburadulnya kebijakan fiskal serta pembentukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau Danantara menjadi salah satu pemicu gejolak itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lihatlah nilai rupiah yang terpangkas 4,6 persen dalam tiga bulan terakhir. Per Jumat, 28 Februari 2025, kurs rupiah ambles ke level 16.575 per dolar Amerika Serikat. Padahal, pada Januari 2025, posisi cadangan devisa Indonesia mencapai rekor tertinggi sepanjang masa, yaitu US$ 156,1 miliar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pasokan dolar di dalam negeri juga berpotensi terus meningkat. Ada aturan baru yang mengharuskan eksportir menyimpan devisa hasil ekspor komoditas sumber alam di dalam negeri minimal setahun.

Tapi pada kenyataannya rupiah tetap melorot. Kondisi ini mencerminkan rendahnya keyakinan pasar terhadap Indonesia. Ekuilibrium pasokan dan permintaan dolar di dalam negeri yang lebih baik tetap tak mampu mendongkrak kepercayaan investor. Membaiknya pasokan dolar tak kuasa menetralkan sentimen negatif yang muncul karena ulah pemerintah.

Ihwal kebijakan fiskal, misalnya, pasar melihat gelagat buruk: Presiden Prabowo Subianto meninggalkan asas pruden dalam pengelolaan keuangan negara. Padahal asas inilah yang menjadi jangkar stabilitas kepercayaan pasar terhadap Indonesia.

Pemangkasan anggaran yang terjadi di awal tahun menunjukkan betapa dominan kekuasaan Prabowo dalam urusan pemakaian uang negara, nyaris tanpa kendali. Dewan Perwakilan Rakyat hanya bisa pasrah ketika hak bujetnya dirampas. Tak tampak pertimbangan teknokratis yang meyakinkan, apakah perombakan anggaran itu berguna bagi perekonomian negara. 

Angkanya pun tak realistis. Prabowo menegaskan bahwa akan ada tiga tahap perombakan anggaran yang membuat pemerintah bisa menyisihkan Rp 750 triliun. Presiden yang akan menetapkan program apa saja yang menjadi tujuan aliran dana raksasa itu.

Banyak analis ataupun pejabat pemerintah diam-diam ragu, apa mungkin pemerintah bisa memangkas anggaran sebesar itu tanpa mengganggu jalannya pemerintahan dan, yang lebih penting, pelayanan publik?

Gaya otoriter yang jauh dari asas pruden dalam mengelola keuangan negara tentu membuat pasar gamang. Namun, sejauh ini, pemerintah menganggap remeh. Pemerintah malah lebih keras menantang pasar, mendorong sentimen negatif makin kuat dengan merombak tata kelola badan usaha milik negara melalui Danantara. 

Ketidaksukaan pasar terhadap pembentukan Danantara sebetulnya terasa sejak tahun lalu. Begitu wacana pendirian badan itu mulai bergulir, harga saham berbagai BUMN berguguran dan terus berlangsung sampai hari-hari ini.

Indeks IDX BUMN 20 yang menghimpun 20 saham BUMN terpenting merosot 29,5 persen sejak pelantikan Prabowo. Jadi, alih-alih menaikkan nilainya, sebelum beroperasi pun Danantara sudah membuat BUMN kehilangan nilai yang sangat signifikan.

Bagi pasar, konsep Danantara tak realistis. Satu contoh: dividen BUMN yang sebelumnya masuk ke anggaran negara akan berpindah tujuan ke Danantara. Karena itu, akan ada lubang besar di anggaran yang belum jelas cara pemerintah menutupnya. 

Sebagai gambaran, dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2025, setoran dividen BUMN sebesar Rp 86 triliun. Satu-satunya cara mengatasi lubang itu hanyalah memangkas anggaran belanja secara drastis, melumpuhkan berbagai program lain yang lebih berguna.

Bagi BUMN, Danantara akan menjadi mesin pengisap dividen yang menakutkan. Keputusan politik di Danantara sebagai pengendali BUMN tentu akan lebih dominan, mengalahkan keputusan di level korporasi demi pertumbuhan bisnis BUMN itu sendiri.

Direksi BUMN tak akan mampu menolak perintah agar sebagian besar, kalau bukan nyaris semua, keuntungan perusahaannya disetorkan sebagai dividen untuk Danantara. Tak akan ada banyak uang yang tersisa untuk pengembangan bisnis.

Inilah salah satu alasan investor melakukan aksi jual saham BUMN secara besar-besaran. Apa gunanya memegang saham perusahaan yang tak mungkin berkembang pesat karena labanya di tahun-tahun mendatang akan terus tersedot demi membesarkan Danantara?

Masih banyak pertanyaan tentang Danantara yang belum terjawab. Sementara itu, tekanan pasar terus meningkat. Prabowo sedang menyemai bibit krisis yang entah kapan bakal meledak.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul Menantang Pasar, Menyemai Krisis

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus