Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Eksim Terus di Kebun

Bank Ekspor Impor Indonesia (BEII) getol menyalurkan kreditnya di bidang perkebunan kelapa sawit. Ekspor kelapa sawit punya prospek cerah. Penghasilan petani di sei tapung dan ophir meningkat.

26 Desember 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERESMIAN pelaksanaan konversi PIR (Perkebunan Inti Rakyat) Khusus Sei Tapung di Riau oleh Menteri Pertanian Achmad Affandi, Senin pekan lalu, boleh dikatakan juga merupakan perayaan bagi sekitar 500 kepala keluarga di sana. Sebab, mereka, petani plasma dari kebun inti PT Perkebunan V, masing-masing kini punya penghasilan tetap: sekitar Rp 150 ribu bersih -- setelah dipotong angsuran 30% dari penghasllan sebenarnya yang mencapai sekitar 250 ribu. Foto proyek PIR di Sei Tapung inilah barangkali yang akan menjadi foto terbesar kedua penghias ruang kerja Menteri Pertanian setelah proyek PIR kelapa sawit di Ophir, Sumatera Barat, yang sangat dibanggakan itu. Proyek di Ophir memang mampu memberi penghasilan di atas Rp 240 ribu per bulan bagi petani. Dan satu setengah tahun mendatang, menurut perkiraan Affandi, proyek itu bisa meningkatkan isi kantung petani sampai sekitar Rp 400 ribu. Kelapa sawit adalah salah satu komoditi ekspor hasil perkebunan yang memang sedang dipacu. Hal itu, salah satunya, tercermin dari kredit yang diberikan Bank Ekspor Impor Indonesia (BEII) bagi sektor perkebunan. Dalam usia 19 tahun, yang jatuh tepat pada hari penutup tahun ini, BEII menyalurkan kredit hampir 45% atau sekitar Rp 945 milyar, dari total kreditnya yang sampai September lalu mencapai sekitar Rp 2,1 trilyun. Dari situ, yang terbesar diserap kebun dan industri kelapa sawit, yang luas arealnya hampir 240 ribu hektar. Berikutnya baru untuk 106 ribu hektar kebun karet. Uang yang ditanam di perkebunan memang melejit dari tahun ke tahun. Pada 1983 saja, kredit di sektor pertanian keseluruhan tercatat baru Rp 247 milyar atau 27% dari seluruh kredit yang diberikan BEII -- belum termasuk industri pertaniannya. Rencana BEII masuk kebun itu memang sudah matang dipertimbangkan. Menurut Moeljoto Djojomartono, yang sudah hampir 15 tahun memimpin BEII, bidang perkebunan -- terutama kelapa sawit -- merupakan ladang potensial untuk bertanam uang. Salah satu bukti bisa disebutkan: pada 1983 ekspor minyak kelapa sawit yang melalui BEII hanya pada urutan kelima, mengumpulkan devisa 50,1 juta dolar, sedang tahun 1985 menjadi urutan ketiga, dengan nilai 88,8 juta dolar. Tidak percuma BEI memelopori terjun ke perkebunan sejak 1976. Dengan 58 cabangnya di seluruh Indonesia, dan perwakilan di New York, London, serta Hong Kong, posisinya di antara bank lain di jenjang kelima -- di bawah Bank Dagang Negara dengan aset Rp 5,1 trilyun. Sampai beberapa tahun mendatang, menurut Moeljoto, BEII akan tetap menekuni bidang perkebunan. "Tidak ada alasan untuk merasa pesimistis," ujar Moeljoto. Memang, seperti dikatakan Menteri Affandi kepada TEMPO, areal kelapa sawit yang sekarang sekitar 795 ribu hektar akan ditingkatkan terus sehingga mencapai 1,2 juta hektar. Hal itu tentu untuk mendukung target produksi, yang tahun ini diperkirakan mencapai 1,4 juta ton, agar akhir tahun depan melonjak sampai 2,1 juta ton. Menteri Pertanian pun awal bulan lalu sudah menunjuk tujuh perusahaan perkebunan swasta untuk bertindak sebagai inti. Tugas mereka adalah mengembangkan PIR yang akan dikaitkan dengan 38.300 kepala keluarga transmigran di areal seluas 114 ribu hektar. Selain itu, pola seperti PIR Lokal dan PIR Khusus pun akan terus dikembangkan. "Semua usaha akan ditempuh, mana yang paling baik untuk kemakmuran rakyat," ujar Menteri. Dan untuk itu, pihak bank, seperti BEII, akan lebih dituntut peranannya. Suhardjo Hs. dan Yusroni Hendridewanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus