KELAPA memang mudah menggelinding ke tempat rendah. Tapi sebagai
komoditi perdagangan, dia lebih suka melambung ke tangan pembeli
yang berani memberi harga tinggi. Begitulah di hari-hari
menjelang Lebaran pekan lalu, ribuan butir kelapa bulat
berpindah tangan dari kebun petani di Sulawesi Selatan ke
pelbagai dapur rumah tangga. Harga kelapa yang semula Rp 100
dengan cepat melonjak jadi Rp 200 per butir.
Harga setiap kilo kopra (dibuat dari empat butir kelapa), yang
pada April masih Rp 200 otomatis ikut naik gengsi jadi Rp 350.
Karena kenaikan kopra tidak setinggi kelapa bulat, petani pun
lebih suka menjual kelapanya secara bulat-bulat -- tanpa
payah-payah mengupas dan menjemurnya. Tapi akibat perubahan
sikap petani kelapa di Kabupaten Mamuju, Majene, Polewali
Mamasa, dan Selayar itu, pabrik minyak kelapa di Ujungpandang
jadi kekurangan bahan baku utama itu.
Kekurangan kopra terasa semakin hebat tahun ini karena musim
kemarau yang berkepanjangan. Dari empat kabupaten penghasil
utama kelapa tadi, kopra ternyata banyak pula yang dikirim ke
pelbagai pabrik minyak kelapa di Surabaya. Dinas Perkebunan
Sulawesi Selatan, menganggap harga kopra di Surabaya memang
cukup baik dari Ujungpandang. Sejak awal 1970, kata sumber itu,
kopra tak lagi dikumpulkan di Ujungpandang dari Indonesia Timur.
Kendari, Manado, Palu, dan Ambon secara langsung sudah
mengekspor bahan baku minyak kelapa itu ke Surabaya.
Belum terbinanya tata niaga kopra itu jelas menyebabkan
kelangsungan suplai bahan baku itu ke enam pabrik minyak kelapa
Ujungpandang sering terganggu. Karena mereka juga tak memiliki
areal perkebunan sendiri, kelangsungan hidup pabrik sedikit
banyak ikut pula ditentukan oleh sikap petani kelapa. Tapi
sejauh ini "tidak ada satu pun pabrik minyak kelapa di
Ujungpandang yang akan tutup kalau agak lesu, karena kekurangan
bahan baku memang benar," ujar M. Yunus, kepala pabrik minyak
kelapa PT Berdikari.
Berdikari sesungguhnya punya kapasitas giling 500 ton. Tapi
sejak awal tahun lalu hanya menggiling sekitar 300 ton kopra
setiap bulan. Bahkan sejak Maret silam, suplai kopra ke pabrik
minyak kelapa itu berkurang 25% lagi. Situasi serupa juga
dialami PT Menara Tribuana, yang sudah dua minggu menghentikan
produksinya.
Persaingan mencari kopra dari petani di empat kabupaten utama
penghasil kelapa memang keras. Pegawai pelbagai pabrik minyak
turun langsung mencari bahan baku. Petani tentu lebih suka
melepas dagangannya ke tangan pembeli yang berani memberi harga
tinggi, karena banyak yang mau.
Dalam kondisi semacam itu, menurut Yunus dari Berdikari, petani
kelapa suka pula memanfaatkan kesempatan. Karena memerlukan uang
cepat, katanya, petani sering mempersingkat masa penjemuran dari
empat jadi dua hari. Tindakan itu selain mempengaruhi kualitas
"juga menentukan harga jual kopra," ujarnya. Sejauh itu, kopra
eks Mamuju memang dikenal paling baik kualitasnya.
Situasi seperti itu jelas masih akan muncul setiap saat
mengingat tingkat produksi kelapa di Sulawesi Selatan masih
kecil. Dari areal kebun kelapa 118 ribu ha tahun lalu hanya
dihasilkan 89 ribu ton kelapa bulat. Tidak seluruhnya buah ini
dijual petani dalam bentuk kopra. Tapi jika diperkirakan 6 juta
penduduk provinsi itu rata-rata mengkonsumsi 5 kg kopra setiap
jiwa per tahun, maka diperlukan tambahan kopra 6.000 ton untuk
memenuhi kebutuhan pabrik minyak kelapa di sana.
Keluhan akan kekurangan kopra di Ujungpandang itu tampaknya
diperhatikan pihak kantor gebernur. Pemerintah daerah dalam
waktu dekat ini dikabarkan akan memanggil mereka. "Akan
diusahakan memprioritaskan suplai kopra untuk pabrik di
Ujungpandang daripada diantarpulaukan," ujar Ismail Habie,
hububangan masyarakat Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan. "Kalau
perlu akan diadakan pembatasan pengiriman kopra ke luar wilayah
Sulawesi Selatan."
Akan baikkah tindakan proteksi itu terhadap petani kelapa, belum
jelas benar. Lima tahun lalu, proteksi semacam itu pernah
diberikan pemerintah terhadap ratusan pabrik minyak kelapa di
Jawa yang kekurangan kopra, dengan mengimpor 10 ribu ton bahan
baku itu dari Filipina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini