Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Menuju 40 Besar Dunia

7 November 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEROPERASI sejak 40 tahun lalu, PT Krakatau Steel dianggap raksasa baja nasional. Namun sebutan itu tak sesuai dengan kinerja perusahaan milik negara ini. Krakatau Steel tak menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Bertahun-tahun kapasitas produksinya tak beranjak pada kisaran 2 juta ton. Tahun lalu, total kapasitas produksi hilirnya berupa baja lembaran panas dan baja lembaran dingin hanya 2,75 juta ton per tahun.

Krakatau Steel memang tak tertandingi oleh produsen baja lokal. Perusahaan berbasis di Cilegon, Banten, ini menguasai 65 persen pangsa pasar. Tapi korporasi ini tak ada apa-apanya bila dihadapkan dengan perusahaan baja di negara lain. Sebut saja Baosteel Group Corporation (Cina), Pohang Iron and Steel Company (Posco) dari Korea Selatan, serta Nippon Steel Corporation dan JFE Steel Corporation dari Jepang. Rata-rata produksi keempat perusahaan baja itu di atas 25 juta ton per tahun. Mereka menempati lima besar produsen baja terbesar dunia setelah ArcelorMittal. Dalam daftar 50 besar pun, nama Krakatau Steel tak terlihat.

Menurut Direktur Utama Krakatau Steel Fazwar Bujang, Krakatau Steel sulit bertumbuh tinggi karena daya serap pasar nasional rendah. Konsumsi baja dalam negeri rendah, hanya 7-9 juta ton per tahun, kalah dibanding Korea Selatan yang 50 juta ton per tahun. ”Pabrik juga berpikir dua kali untuk meningkatkan produksinya kalau pasar tak mampu menyerap,” katanya kepada Tempo di Jakarta pekan lalu. Baja bukan barang andalan ekspor, tapi masih konsumsi dalam negeri.

Namun Fazwar Bujang berharap konstelasi pasar ini akan berubah. Prospek perekonomian Indonesia cukup menjanjikan. Pembangunan infrastruktur akan marak, sehingga bisa mendongkrak permintaan baja. Fazwar menghitung, jika pertumbuhan ekonomi mencapai 6 persen, industri baja bisa tumbuh hingga 9 persen. Apalagi kini era perdagangan bebas. Krakatau Steel bisa masuk ke pasar dunia, setidaknya ke Asia Tenggara. Apalagi produsen baja milik negara ini merupakan pabrikan baja terbesar di kawasan ini. ”Syaratnya, Krakatau Steel mampu tumbuh,” ujarnya.

Demi mengejar target itu, Krakatau Steel telah merancang rencana revitalisasi pabrik sejak 2008. Program ini penting lantaran mesin di semua pabrik Krakatau Steel sudah uzur, lebih dari 20 tahun. Daya saingnya rendah karena berbiaya tinggi. Mantan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Sofyan Djalil punya catatan negatif terhadap produsen baja pelat merah ini. Pabrik Krakatau Steel, katanya, sangat tak efisien karena dua bagian pabrik tak terintegrasi. Pabrik hulu mengolah besi dan hilir mengolah besi menjadi baja. ”Besi yang dihasilkan harus didinginkan dulu, baru dimasukkan lagi ke pabrik baja,” ujarnya.

Alhasil, revitalisasi akan dilakukan pada tiga dari enam pabrik Krakatau Steel, yakni pabrik baja lembaran panas, pabrik besi spons, dan pabrik lempengan baja. Total investasinya mencapai US$ 220 juta. Krakatau Steel juga akan meningkatkan lagi kapasitas pabrik baja lembaran panas menjadi 3,5 juta ton per tahun dengan biaya US$ 143 juta. Bekerja sama dengan Posco, mereka akan membangun pabrik baja baru berkapasitas 3 juta ton. Kebutuhan dananya US$ 287,1 juta. Sebagian besar dana ini akan bersumber dari hasil penjualan 20 persen saham Krakatau Steel kepada publik (IPO).

Krakatau Steel pun mulai berbenah. Mereka akan menambah kapasitas produk hulu dengan membangun dapur tinggi pengolahan bijih besi senilai US$ 374 juta. Krakatau juga akan bekerja sama dengan PT Aneka Tambang membangun pabrik di Kalimantan senilai US$ 151 juta.

Pembangunan pabrik patungan Krakatau dan Posco sudah resmi dimulai pada Kamis dua pekan lalu. Pabrik yang dikelola PT Krakatau Posco itu akan mulai beroperasi pada 2013. Dengan kerja sama ini, kapasitas produksi Krakatau diproyeksikan mencapai 5,75 juta ton per tahun pada 2014. ”Dengan kapasitas produksi 5 juta ton per tahun, kami bisa masuk peringkat 40 besar dunia,” kata Direktur Pemasaran Krakatau Steel, Irvan K. Hakim.

Agoeng Wijaya, Padjar Iswara

Kinerja Krakatau Steel
dalam triliun rupiah
Total aset
200815,374
200918,971
2010*12,796
2011*22,699
2012*26,302
Pendapatan
200820,631
200919,914
2010*17,030
2011*22,900
2012*24,406
Laba Bersih
20080,460
20090.495
2010*1,264
2011*1,296
2012*1,372
*)proyeksi
Sumber: Krakatau Steel

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus