Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Otomotif
Honda Tingkatkan Penjualan
HONDA Motor Corporation bertekad menguasai pasar sepeda motor dunia, khususnya di kawasan Asia dan Oseania, pada 2010 ini. Produsen sepeda motor asal Jepang itu menargetkan penjualan 17 ribu unit atau naik 13 persen dibanding tahun lalu. Dari jumlah itu, 80 persennya bisa terjual di 21 negara Asia dan Oseania. Tahun lalu Honda hanya mampu menguasai 45 persen pangsa pasar sepeda motor di dua kawasan itu. ”Kami akan melakukan diversifikasi produk,” kata Senior Managing Director Honda Motor Corporation, Tatsuhiro Oyama, di Thailand pada pekan lalu.
Fokus menggarap motor sport adalah salah satu cara mereka mendongkrak penjualan. Rabu dua pekan lalu, Honda meluncurkan produk barunya berupa motor sport Honda CBR 250R di Bangkok. Pada November ini, motor baru dengan kapasitas mesin 250 cc itu mulai dipasarkan di Negeri Gajah Putih dengan harga 100 ribu baht (sekitar Rp 32 juta). Motor baru ini hanya akan diproduksi di perusahaan Honda Thailand dan India. Rencananya, 60 ribu lebih unit motor sport ini akan dipasarkan di 22 negara, terutama di kawasan Asia. ”Di Indonesia akan dipasarkan pada akhir semester pertama tahun depan,” ujar Wakil Direktur PT Astra Honda Motor Johannes Loman.
Produk Investasi
Otoritas Usut Produk Natpac
BADAN Pengawas Pasar Modal (Bapepam) bersama Bank Indonesia membentuk tim penyelesaian kasus kontrak pengelolaan dana PT Natpac Asset Management dan Bank ICB Bumiputera. ”Kami tengah menelaah kasusnya, termasuk mempelajari pelanggaran aturan penjualan produk investasi itu melalui bank,” ujar Kepala Biro Direktorat Perencanaan Strategis dan Humas Bank Indonesia Difi Johansyah di Jakarta, Rabu pekan lalu.
Praktek penjualan produk nonperbankan ini terungkap pada 20 Oktober lalu—dengan Bank ICB Bumiputera sebagai agen penjual produk investasi milik Natpac. Produk ini ditawarkan kepada nasabahnya. Padahal, sejak April lalu, Bapepam menerbitkan aturan yang melarang bank menjual kontrak pengelolaan dana.
Produk Natpac tersebut bermasalah lantaran tak memiliki aset jaminan sesuai dengan nilai kontrak. Dari total nilai kontrak Rp 407 miliar, produk investasi Natpac yang dibeli nasabah ICB Bumiputera mencapai Rp 291,2 miliar. Namun aset jaminan yang disimpan di bank kustodian hingga Juni lalu hanya Rp 53 miliar.
Wakil Presiden Direktur Bank ICB Bumiputera Dian Soerarso mengatakan ICB hanya bertindak sebagai penjual. ”Produk Natpac sudah tak dijual dan tak diperpanjang lagi,” ujarnya. Komisaris Natpac Marusaha Lumban Gaol mengatakan Natpac sudah berusaha menuntaskan masalah ini. ”Salah satunya dengan restrukturisasi aset jaminan.”
Infrastruktur Kelistrikan
Siemens Bangun Pabrik Turbin
SIEMENS AG, perusahaan energi asal Jerman, akan mendirikan pabrik turbin uap senilai 12 juta euro (sekitar Rp 152 miliar) di Bandung. Siemens, bermitra dengan PT Nusantara Turbin dan Propulsi, membentuk perusahaan patungan bernama PT Siemens Industrial Power. Siemens menjadi pengendali dengan memegang 60 persen saham, sedangkan Nusantara Turbins 40 persen.
Pada tahap awal, mereka menargetkan kapasitas produksi minimum 40 unit turbin uap per tahun. Markus Tacke, Chief Executive Officer (CEO) Divisi Minyak dan Gas Siemens, melihat potensi pasar turbin uap di Indonesia amat besar, terutama untuk mendukung program percepatan pembangunan pembangkit listrik yang dicanangkan pemerintah. ”Kami ingin memperluas eksistensi di pasar energi Indonesia,” kata dia di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Jumat pekan lalu.
Presiden Direktur Nusantara Turbin, Supra Dekanto, menambahkan bahwa tahap awal pabrik patungan ini akan memproduksi turbin uap dengan daya turbin 3-15 megawatt. ”Nanti akan terus meningkat sampai 55 megawatt,” ujarnya.
Siemens membidik PT PLN (persero) dan berbagai industri sebagai konsumen. Apalagi teknologi turbin uap produksinya bisa didukung oleh pembangkit listrik konvensional berbasis batu bara, yang banyak dimiliki PLN. Target lain adalah bersinergi dengan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan seperti panas bumi, biomassa, limbah, dan panas matahari.
Infrastruktur
Cina Biayai Jembatan Selat Sunda
CHINA Harbour Engineering Company, perusahaan asal Cina, menyepakati kerja sama pembiayaan proyek jembatan Selat Sunda dengan PT Bangungraha Sejahtera. Kerja sama ini mencakup pembuatan dan pembiayaan studi kelayakan proyek senilai Rp 150 triliun.
Menurut Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar, kerja sama ini digalang sewaktu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berkunjung ke Shanghai pada 25 Oktober lalu. ”Nota kesepahamannya sudah ditandatangani,” ujarnya di Jakarta, Kamis pekan lalu.
Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak mengatakan Kementerian Pekerjaan Umum akan melakukan penelitian dan menggodok aturan penunjang proyek tersebut. Penelitian mencakup energi operasional jembatan dan letak jembatan. ”Kami upayakan tidak dekat dengan patahan lempeng bumi, ”ujarnya.
Aturan yang dirancang mencakup pengembangan wilayah Banten dan Lampung. Payung hukum akan mengatur hubungan kerja sama antara pemerintah dan swasta dalam proyek raksasa itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo