Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti mengatakan bahwa tren pekerja migran Indonesia (PMI) yang bekerja di Jepang meningkat. Destry mengungkap hal itu dalam acara Edukasi Keuangan bagi Pekerja Migran Indonesia di Gedung Dhanapala, Jakarta, Senin, 21 April 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Destry mengatakan, ada dua sektor pekerjaan yang sangat diminati oleh masyarakat Jepang terhadap PMI. Pertama, ada kebutuhan yang tinggi untuk perawat. Destry menyebut populasi Jepang didominasi oleh penduduk usia tua. “Mereka menyampaikan orang-orang Indonesia yang tinggal di sini itu sabar, tekun, ulet, dan biasa mengurus orang tua,” kata dia dalam sambutannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kedua, Destry mengatakan industri Jepang membutuhkan anak-anak muda yang memahami teknologi. Di saat yang bersamaan, kata dia, Indonesia memiliki bonus demografi yang terdiri dari anak muda. Destry menilai kebutuhan ini bisa menjadi peluang yang menarik bagi para PMI.
Berdasarkan data yang dipaparkan oleh Destry, PMI di Jepang mengalami peningkatan sejak 2022. Adapun jumlah PMI di Jepang pada 2022 adalah sebanyak 5.832, pada 2023 sebanyak 9.673, dan pada 2024 sebanyak 12.720. Sementara itu, negara dengan jumlah PMI terbanyak adalah Hong Kong. Pada 2022, jumlah PMI di Hong Kong mencapai 60.065, kemudian meningkat pada 2023 menjadi 88.167, dan pada 2024 menjadi 99.773. Sebagian besar PMI merupakan lulusan SMA dan SMP.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia Abdul Kadir Karding mengatakan PMI menyumbang remitansi sebesar Rp 253,3 triliun pada 2024. Sedangkan jumlah PMI yang ditempatkan di luar negeri pada 2024 adalah 297 ribu pekerja. “(Proyeksi 2025) kalau kami bisa menempatkan 425 ribu PMI, maka insyaAllah itu akan ada sekitar Rp 433,6 triliun,” ujar Abdul kepada wartawan.
Pilihan Editor: Bagaimana Koperasi Desa Merah Putih Membebani APBN