Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Minyak arab itu pelipur lara

Arab saudi belum menaikkan harga minyaknya, & tidak akan menekan produksinya. untuk memperkecil perbedaan harga minyak terendah & tertinggi yang berlaku dipasaran. beberapa anggota opec menbujuk arab saudi.(eb)

5 Januari 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBUAH pesawat jet berwarna putih mendarat di lapangan udara internasional Charles de Gaulle pekan lalu. Yang empunya pesawat, Menteri Perminyakan Arab Saudi Sheik Ahmed Zaki Yamani, melempar senyum kepada para wartawan dan juru kamera yang mencegatnya. "Arab Saudi belum merencanakan untuk menaikkan harga minyaknya lagi," katanya. Sekalipun begitu Zaki Yamani yang singgah di Paris dalam perjalanan pulang dari Karakas, tak menutup pintu akan kemungkinan naiknya harga. "Harga minyak Saudi yang sekarang memang berbeda jauh dengan yang berlaku di pasaran minyak internasional," tukas Yamani. Sejak Arab Saudi melambungkan harga minyak Arabian Light -- yang dipakai sebagai patokan OPEC -- dari US$18 menjadi US$24 per barrel, bagaikan suatu estafet, tindakan yang drastis itu juga diikuti banyak anggota lain. Indonesia misalnya, sejak 17 Desember lalu menaikkan harga minyaknya rata-rata dengan US$2 per barrel. Ternyata mulai 1 Januari 1980, Pertamina akan memberlakukan harga minyak baru, yang bervariasi antara US$24,50 sampai US$30,75 per barrel (lihat box). Aljazair, Libia dan Nigeria sudah mengangkat harga minyak mereka rata-rata jadi US$30 per barrel. Tapi sejalan dengan keputusan Saudi, mereka juga menyatakan kenaikan itu berlaku surut sejak 1 November lalu. Dan harga kontrak minyak kualitas ringan Iran juga naik dengan US$5 per barrel, menjadi US$ 28,50 per barrel. Sesungguhnya dalam sidang tertutup di Karakas, Sheik Yamani sudah mendapat persetujuan dari Raja Khalid di Ryadh untuk menaikkan harga jenis Arabian Light itu dengan US$2 lagi per barrel. Tapi sidang menjadi buntu ketika aki Yamani berbeda pendapat tentang berapa besar itu diferensial -- perbedaan harga minyak karena kualitas dan jarak pengangkutan -- dengan anggota seperti Libia dan Aljazair. Bisa Lebih Licin Diferensial yang bisa disetujui Arab Saudi tak lebih dari US$1,47 per barrel. Menurut perhitungan Sekretariat OPEC di Wina, yang kini diketuai Rene G. Ortiz, asal Equador, diferensial yang berlaku untuk Libia dan Aljazair7 setelah memasukkan berbagai faktor, mencapai selisih US$3 per barrel dari harga patokan jenis Arabian Light crude. Tapi Sheik Yamani tak mau maju sedikit pun, sekalipun kedua negara minyak Afrika itu sudah bersedia menurunkan tuntutan diferensial mereka dari US$5 per barrel menjadi US$2,5 per barrel. Maka untuk memperkecil perbedaan harga minyak terendah dan tertinggi yang kini berlaku di pasaran kontrak itu, beberapa anggota OPEC yang tergolong kelompok 'moderat' kabarnya sedang membujuk Arab Saudi agar bersedia menaikkan harga patokan menjadi US$26 per barrel. Venezuela, tuan rumah sidang reguler OPEC ke-55 itu, telah menaikkan harga minyaknya bersama Arab Saudi empat hari sebelum konperensi. Demikian pula Qatar dan Uni Emirat Arab. Kini Menteri Pertambangan dan Energi Venezuela Humberto Calderon Berti untuk kedua kalinya menaikkan harga minyaknya dengan US$2 per barrel. Tindakan Venezuela itu, yang ternyata akan berlaku tanggal 1 Januari 1980 ini, pasti akan diikuti oleh kelompok moderat lainnya. Terutama yang belum menaikkan harga minyak mcrcka. Para pemimpin OPEC itu mengharapkan agar Arab Saudi menaikkan harganya dengan US$2 per barrel lagi mulai awal Februari 1980. Kalau itu benar terjadi, maka sidang istimewa yang direncanakan akan berlangsung di Taif, Arab Saudi April nanti untuk mencari keseragaman harga minyak OPEC, mungkin bisa lebih licin jalannya. Tapi semua itu terpulang kepada para pemimpin di Riyadh jua. Menteri Perminyakan Arab Saudi Zaki Yamani, dalam konperensi pers yang banyak mendapat perhatian 20 Desember lalu, meramalkan akan terjadinya suatu kelebihan penawaran (glut). Sembari menudingkan telunjuknya ke arah para wartawan yang memenuhi Press Centre Eotel Tamanaco, Karakas, Sheik Yamani berkata: "Akan timbul suatu glut. Dan akan terjadi suatu penurunan dalam harga minyak di pasaran spot. Saya bisa melihatnya dengan jelas. Dan itu akan terjadi di akhir kuartal pertama tahun 1980 ini." Memberi komentar terhadap ramalan Zaki Yamani, Menteri Perminyakan Iran Ali Akbar Moinfar kepada para wartawan mengatakan akan berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan harga. "Bila benar nanti terjadi suatu glut, maka Iran akan mengurangi produksi daripada menurunkan harga," katanya. Apa yang akan terjadi di negara seperti Iran sekarang, seperti dikatakan seorang pengamat OPEC, memang masih merupakan teka-teki. Tapi seorang anggota delegasi Libia, sesaat sebelum meninggalkan lapangan terbang Karakas, yakin sang harga tak akan turun. "Yang pasti tidak dari negeri saya," katanya. Dia menyatakan Libia akan menekan produksi minyaknya dari 2,2 juta barrel sehari menjadi 1,5 juta barrel sehari, sedikit di bawah produksi rata-rata sehari minyak Indonesia yang 1,6 juta barrel lebih. "Itu akan dimulai awal tahun 1980," katanya. Bagi Libia yang berpenduduk sekitar 2« juta, menekan produksi minyak tak akan mengganggu jalannya pembangunan. Tindakan untuk berhemat-hemat dengan hartanya yang mahal itu, selain bijaksana, juga akan membantu kemungkinan untuk menghindarkan timbulnya glut, kelebihan penawaran yang bisa menjatuhkan harga minyak. Akankah rencana penurunan produksi minyak Libia itu diikuti pula dengan para anggota lain, seorang anggota delegasi Indonesia menyangsikannya. "Hanya Arab Saudi saja yang mampu untuk menurunkan produksi, tanpa mengalami kesulitan dana pembangunan," katanya. Arab Saudi yang mampu menyedot di atas 12 juta barrel sehari, untuk tahun 1980 ini sudah berjanji tak akan menekan produksi minyaknya di bawah 9,5 juta barrel sehari. Sekalipun harganya kini naik US$6 per barrel, keputusan Saudi itu telah melipur lara pembeli terbesarnya Amerika Serikat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus