Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memprediksi iklim investasi dan pasar modal akan positif setelah Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 lebih cepat selesai. Artinya, ketidakpastian dan kekhawatiran terkait berlarutnya proses pemilihan pemimpin negara lima tahun ke depan pun berakhir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto, pemilihan presiden satu putaran akan meyakinkan pelaku industri dan bisnis dalam mengambil keputusan ekspansif.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Prediksi positif pada iklim investasi tersebut dibarengi dengan faktor prediksi dipangkasnya BI (Bank Indonesia) rate pada semester II 2024,” kata Rully di kantor Mirae Asset Sekuritas, Jakarta Selatan pada Selasa, 20 Februari 2024.
Saat ini, kata dia, Pemilu 14 Februari 2024 sudah menunjukkan sinyal unggulnya salah satu pasangan calon. Perolehan suara pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka melampaui 50 persen. Artinya, berada di atas batas yang jauh untuk disusul oleh pasangan calon lain, sekaligus berpotensi menggugurkan potensi Pemilu dua putaran. Prediksi ini berdasar pada hasil hitung cepat beberapa lembaga survei. Namun, hasil finalnya akan diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum pada Maret.
Meskipun demikian, kata Rully, faktor makro ekonomi eksternal lebih berpengaruh terhadap makro ekonomi domestik daripada faktor Pemilu terhadap makro ekonomi dalam negeri.
Di sisi lain, ada sejumlah faktor yang juga memengaruhi kondisi makro ekonomi Indonesia. Misalnya perkembangan inflasi di negara-negara ekonomi maju yang menentukan arah suku bunga, stabilitas inflasi dalam negeri, serta neraca luar negeri dan neraca fiskal.
Ia menambahkan satu faktor lain yang mendasari optimisme tersebut adalah prediksi belanja pemerintahan yang lebih fokus menjaga stabilitas makroekonomi. Dia juga mencatat beberapa faktor risiko yang dapat memengaruhi kondisi ekonomi Indonesia. Sebut saja misalnya kondisi geopolitik yang masih penuh dengan ketidakpastian.
Faktor tersebut adalah potensi penurunan harga komoditas karena beberapa sebab. Mulai dari prediksi perlambatan ekonomi di Cina dan tingkat global, inflasi Amerika Serikat yang dapat lebih tinggi daripada ekspektasi, serta berlanjutnya ketidakpastian ekonomi akibat Pemilu.
"Ke depannya, momentum politik lain yang masing ditunggu publik adalah ketika pembentukan kabinet yang akan menunjuk menteri-menteri dan pejabat negara lainnya," kata dia.
Pilihan Editor: Nike Akan PHK 1.600 Karyawan, Apa Saja Pemicunya?