Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ENERGI
SPBU Curang di Jalur Pantura
KEMENTERIAN Perdagangan menuding sekitar 30 persen stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di kawasan Pantai Utara Jawa melakukan kecurangan. Mereka terbukti mengurangi volume bahan bakar minyak ke konsumen. "Temuan itu berdasarkan pengawasan yang kami lakukan pada 2015," ujar Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Perdagangan Widodo, Selasa pekan lalu.
Widodo mengatakan modus yang kerap dilakukan pengusaha SPBU adalah memodifikasi meteran arus pada dispenser bahan bakar minyak. Akibatnya, volume BBM yang diperoleh konsumen tidak sesuai dengan jumlah yang dibayarkan.
Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) menampik. Ketua II Hiswana Migas Mochamad Ismed mengatakan SPBU seluruh Indonesia diuji akurat secara berlapis oleh Kementerian Perdagangan dan auditor independen yang ditunjuk Pertamina setiap tahun.
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Ahmad Bambang menindaklanjuti temuan Kementerian Perdagangan. Dia berjanji Pertamina akan meningkatkan pelayanan dan mendorong pengusaha SPBU berbenah.
PERTANIAN
Data Produksi Pangan Diragukan
PARA pakar statistik ragu terhadap data produksi pangan yang disampaikan Kementerian Pertanian. Menurut pakar statistik dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Kresnayana Yahya, keraguan itu dia sampaikan saat Presiden Joko Widodo memanggilnya dan beberapa ahli statistik lain ke Istana Negara membahas data pangan. "Kesannya data Kementerian Pertanian tidak valid," kata Kresna kepada Tempo, Ahad dua pekan lalu.
Kresnayana mengatakan harga beras melonjak hingga Rp 13 ribu per kilogram. Padahal sebelumnya Kementerian Pertanian menyatakan stok beras surplus 10 juta ton pada semester ini. Idealnya harga beras berkisar di angka Rp 8.000 per kilogram.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yakin data surplus beras 10 juta ton itu benar. Amran menuding kenaikan harga disebabkan oleh ruwetnya tata niaga.
PERBANKAN
Bank Sentral Turunkan BI Rate
RAPAT Dewan Gubernur Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis point menjadi 7 persen. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan kebijakan ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. "Penurunan BI Rate ini diharapkan diikuti penurunan bunga kredit," kata Agus pada Kamis pekan lalu. Bank Indonesia terakhir kali mematok suku bunga 7 persen pada Agustus 2013.
Pelaku pasar merespons positif kebijakan bank sentral. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat naik menjadi 13.479. Di bursa saham, indeks harga saham gabungan ditutup menguat 13,29 poin di level 4.778,79. Sektor yang terkerek adalah yang sensitif terhadap bunga kredit, antara lain sektor infrastruktur dan manufaktur.
Ekonom Institut Ekonomika Pembangunan dan Keuangan (Indef), Dzulfian Syafrian, menilai sudah seharusnya BI Rate diturunkan. Alasannya, selisih inflasi dan suku bunga terlalu lebar. Inflasi sepanjang 2015 sebesar 3,35 persen. Kurs rupiah juga stabil. "Pemangkasan suku bunga akan mendorong pengusaha berani melakukan ekspansi dan investasi," ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo