Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ekonomi Makro
Inflasi Terus Merangkak
Bank Indonesia memperkirakan angka inflasi year to date naik hingga 1,06 persen pada semester kedua tahun ini. Merangkaknya harga terjadi pada komoditas makanan dan bahan bakar minyak, terutama jika pemerintah jadi membatasi subsidi.
Menurut Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution, kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi Rp 500 per liter akan menyumbang inflasi 1 persen. Jika ini terjadi, inflasi pada akhir tahun ini bisa mencapai 6 persen. Sebaliknya, jika tidak ada kenaikan harga, inflasi sampai akhir tahun hanya 5 persen. "Perkiraan kami akan berada di bawah itu," ujarnya dalam rapat dengan Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat, Selasa pekan lalu.
Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan memprediksi inflasi Juli lebih tinggi daripada bulan sebelumnya, yang mencapai 0,55 persen. Kenaikan didorong oleh kebutuhan makanan menjelang Ramadan. Inflasi tinggi akan mencapai puncaknya pada Agustus, yang disumbang oleh kenaikan harga beras, daging ayam ras, dan semua bahan kebutuhan pokok.
Impor Sapi
Australia Cabut Boikot
Pemerintah Australia akhirnya membuka kembali keran ekspor sapi ke Indonesia, Kamis pekan lalu. Pengumuman yang disampaikan Menteri Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Joe Ludwig itu disertai sejumlah catatan, di antaranya kewajiban para eksportir mengajukan izin baru dan mengawasi kesejahteraan hewan yang mereka kirim. "Eksportir harus dapat menjamin dan memantau ketat proses hewan ternak. Tempat penjagalan akan diaudit secara independen," kata Ludwig.
Namun kebijakan baru ini mendapat penolakan beberapa pihak di Australia. Senator Rachel Siewert dari Partai Hijau, misalnya, menilai kesejahteraan hewan tetap tak terjamin di negara tujuan. "Penyiksaan hewan bukan aspek yang bisa dinegosiasi dalam perdagangan makhluk hidup," katanya.
Indonesia pun tak serta-merta menerima sapi dari Negeri Kanguru itu. Menteri Pertanian Suswono mengatakan, meski Australia telah mencabut larangan ekspor, pemerintah tidak langsung membuka izin bagi importir dalam negeri karena kuota telah terpenuhi. Sebelumnya, pemerintah menetapkan kuota impor sapi bakalan 600 ribu ekor dan setengah di antaranya sudah masuk. "Itu sudah cukup," katanya.
Perdagangan Internasional
Cina Langgar Aturan WTO
Badan Perdagangan Dunia (WTO) menyatakan Cina telah melanggar aturan perdagangan internasional. Vonis ini dijatuhkan sehubungan dengan kebijakan pembatasan ekspor bahan baku industri teknologi tinggi.
Vonis panel WTO itu dituangkan dalam amar putusan setebal 315 halaman. Dalam berkas itu, panel mengatakan Cina tidak konsisten terhadap komitmen yang telah disepakati dalam Protocol of Accession, yang melarang pembatasan ekspor bahan baku. "Ini demi perdagangan terbuka dan akses yang adil untuk bahan baku," kata Karel de Gucht dari Komisi Perdagangan Eropa.
Seperti diketahui, Cina memasok 95 persen kebutuhan bahan baku untuk industri di dunia. Komoditas yang dijual antara lain kadmium, emas, bijih besi, timah, mangan, merkuri, fosfat, tungsten, dan seng. Tapi penjualannya lantas dibatasi dengan alasan demi menjaga sumber daya alam dan lingkungan. Tak terima, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Meksiko pun mengajukan tuntutan ke WTO pada 2009 karena khawatir ada motif tersembunyi Cina untuk mendominasi pasar.
Media
Detikcom Targetkan Laba Rp 120 Miliar
Setelah diakuisisi Para Group, situs berita Detikcom optimistis kinerja keuangannya meningkat. Pemimpin Redaksi Detikcom Budiono Darsono mengatakan aksi korporasi ini mendorong perolehan keuntungan hingga Rp 120 miliar tahun depan. "Tambahan sumber daya ini bisa menambah keuntungan minimal 500 persen," kata dia kepada Tempo, Rabu pekan lalu.
Sebelumnya diberitakan, Para Group, konglomerasi bisnis milik Chairul Tanjung, membeli 100 persen saham milik PT Agranet Multicitra Siberkom, salah satu pemilik Detikcom. Tak diketahui berapa nilainya. Namun sumber Tempo mengatakan transaksinya sebesar Rp 630 hingga Rp 810 miliar. Rencananya, proses akuisisi ini tuntas awal Agustus.
Budiono mengatakan Chairul Tanjung sebetulnya sudah berniat membeli Detikcom tiga tahun lalu. Baginya, keputusan menerima pinangan ini lantaran perlu dukungan sumber dana, sumber daya manusia, hingga infrastruktur untuk mendukung target pertumbuhan. Tahun lalu Detikcom mencapai pendapatan Rp 120 miliar dan meraup laba bersih Rp 20 miliar. "Kami sadar, Detik bisa tumbuh lagi kalau dibeli Chairul Tanjung," kata Budiono.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo