Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

MOMEN

12 Oktober 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BI RATE
Tetap 6,5 Persen

SEPERTI diperkirakan, Bank Indonesia kembali mempertahankan tingkat suku bunga acuan (BI Rate) di level 6,5 persen. Keputusan ini diambil karena kondisi perbankan yang stabil. Kondisi perbankan juga bagus karena rata-rata rasio kecukupan modal perbankan nasional 17 persen, dan rasio kredit seretnya masih di bawah 5 persen.

Selain itu, menurut Deputi Gubernur Bank Indonesia Budi Mulya, BI Rate tetap karena asumsi inflasi 2009 sebesar 3-5 persen dan inflasi 2010 4-6 persen. Ekonomi domestik pada kuartal ketiga tahun ini diprediksi tumbuh 4,2 persen, lebih baik dari perkiraan semula 3,9 persen akibat dorongan pertumbuhan ekspor, pulihnya perekonomian global, dan membaiknya investasi.

Bank sentral pun memprediksi ekonomi 2009 dan 2010 tumbuh lebih baik dibanding prediksi awal yang masing-masing sebesar 4-4,5 persen dan 5-5,5 persen. Pertumbuhan ekonomi didorong oleh komoditas perkebunan dan pertambangan. Namun, ”Masih ada ancaman angka pengangguran dunia tinggi dan harga minyak dunia yang bakal melambung,” kata Budi, Senin pekan lalu.

Ekonom Citigroup, Johanna Chua, memperkirakan BI Rate di level 6,5 persen akan bertahan hingga triwulan kedua tahun depan. BI baru akan menaikkan suku bunga acuan ke 7,5 persen atau bahkan hingga 8 persen di akhir tahun jika harga komoditas melonjak sangat tinggi.

KORPORASI
PLN Catatkan Laba

SETELAH sekian lama merugi, akhirnya PT PLN mereguk laba bersih pada semester pertama tahun ini. PLN meraih untung berkat menguatnya nilai tukar mata uang rupiah atas dolar Amerika Serikat. Direktur Utama PLN Fahmi Mochtar memperkirakan, laba bersih perseroan bakal mencapai Rp 5,5 triliun. ”Keuntungan nilai kurs Rp 2,5 triliun,” kata Fahmi di Jakarta.

Sekretaris Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara Said Didu menyambut baik rapor PLN ini. Utang PLN kepada PT Pertamina, yang biasanya membengkak, juga memperlihatkan tanda positif. ”Utang PLN ke Pertamina sempat mencapai Rp 30 triliun. Kini sisa utang Rp 5,2 triliun,” tuturnya. Kondisi ini berkebalikan dengan tahun lalu. Saat itu PLN rugi Rp 12 triliun, Rp 10 triliun di antaranya akibat melemahnya nilai tukar rupiah.

ELPIJI
Harga Naik Pekan lalu

HARGA gas rumah tangga (elpiji) naik mulai akhir pekan lalu. Juru bicara Pertamina, Basuki Trikora Putra, mengatakan kenaikan harga menyesuaikan dengan kenaikan harga pasar bahan baku elpiji. Harga elpiji tabung 6 dan 12 kilogram menjadi Rp 5.850 per kilogram. Sehingga harga untuk kemasan tabung 6 kilogram menjadi Rp 35.100 per unit dan kemasan 12 kilogram menjadi Rp 70.200 per unit. Sementara harga elpiji tabung 50 kilogram naik dari Rp 7.255 menjadi Rp 7.355 per kilogram, atau Rp 367.750 per unit.

”Dengan diberlakukannya harga baru, Pertamina berharap dapat memberikan pelayanan lebih baik bagi konsumen,” kata Basuki dalam siaran pers. Namun harga gas untuk tabung 3 kilogram tidak naik. Elpiji kemasan ini merupakan bagian dari program konversi minyak tanah ke elpiji. Basuki meminta agar masyarakat tidak menyalahgunakan penggunaan tabung elpiji 3 kilogram. Sebab, kemasan ini ditujukan untuk masyarakat kelas bawah.

PINJAMAN ADB
Untuk Stimulus

DEWAN Direktur Bank Pembangunan Asia menyetujui pinjaman US$ 500 juta untuk fasilitas bantuan countercyclical guna pemulihan ekonomi Indonesia yang lesu. Indonesia menjadi negara keempat yang memanfaatkan bantuan, setelah Filipina, Kazakhstan, dan Vietnam.

Fasilitas pinjaman yang ditujukan bagi negara berkembang anggota ADB yang punya belanja anggaran khusus penanganan krisis ini baru dibentuk pada Juni 2009 dengan kapasitas dana US$ 3 miliar. Direktur Jenderal Departemen Asia Tenggara ADB Arjun Thapan, Rabu pekan lalu, mengatakan, meskipun perekonomian Indonesia tangguh selama krisis global, ”Ekspor, investasi swasta, dan konsumsi rumah tangga masih lesu.” Indonesia membutuhkan stimulus fiskal countercyclical untuk melindungi sektor sosial dan membantu mengurangi kemiskinan.

Pinjaman itu bisa untuk membiayai anggaran stimulus fiskal tahun ini, yang dihitung pemerintah sebesar Rp 73,3 triliun—setara dengan 1,4 persen PDB dalam APBN 2009—sebagai kompensasi turunnya konsumsi rumah tangga dan investasi swasta. Stimulus disalurkan antara lain lewat keringanan pajak, belanja modal, dan meningkatkan program bantuan sosial unggulan.

STIMULUS PAJAK
Penyerapan Rendah

HINGGA akhir Agustus lalu, penyerapan stimulus pajak penghasilan (PPh) pasal 21 senilai Rp 6,5 triliun baru 10 persen. Direktur Jenderal Pajak Mochamad Tjiptardjo mengatakan, rendahnya penyerapan itu antara lain akibat ketidaktahuan dan kekhawatiran pengusaha akan dikomplain pekerja jika tiba-tiba program stimulus tak berlanjut.

Stimulus berupa penanggungan pajak penghasilan bagi pekerja berpendapatan kurang dari Rp 5 juta per bulan oleh pemerintah ini untuk mengurangi pemutusan hubungan kerja akibat dampak krisis ekonomi global. Tiga sektor usaha berorientasi ekspor serta menyerap banyak tenaga kerja yang mendapat stimulus, yakni pertanian, perikanan, dan industri pengolahan.

Dalam aturan itu, stimulus harus dibayarkan kepada karyawan secara tunai saat pembayaran gaji dan tak boleh ditunda. Jika tidak, pengusaha akan terkena sanksi 100 persen dari jumlah pajak yang tak dibayarkan.

OBLIGASI NEGARA
Sukuk Rp 1,5 Triliun

PEMERINTAH berencana menawarkan dua seri surat berharga syariah negara atau sukuk dengan target indikatif Rp 1,5 triliun untuk menopang kebutuhan pembiayaan anggaran tahun ini. Lelang terbuka oleh Bank Indonesia rencananya digelar pada 13 Oktober 2009, dan seluruh transaksi diselesaikan dua hari kemudian.

”Ini untuk mendorong pasar sekunder membiayai anggaran,” kata Direktur Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan, Herry Purnomo, Selasa pekan lalu. Dua sukuk yang akan dilelang meliputi seri IFR0003 dan IFR0004. Keduanya akan dilelang dengan akad Ijarah Sale dan Lease Back. Seri IFR0003 memiliki tenor 6 tahun, yang jatuh tempo pada 15 September 2015, sedangkan IFR0004 bertenor 11 tahun dan jatuh tempo pada 15 Oktober 2020.

Hingga akhir September 2009, total penerbitan surat utang negara mencapai Rp 85,55 triliun, atau 86,19 persen dari target penerbitan surat utang negara (neto) tahun ini sebesar Rp 99,25 triliun.

PRODUKSI GAS
Tangguh Kembali Alirkan LNG

PADA pertengahan bulan ini, kilang gas Tangguh, Papua, mulai mengalirkan gas alam cair (LNG) dari Train 1. Beroperasi kembalinya kilang ini—setelah rusak pada Agustus lalu—membuat Tangguh dapat mengapalkan LNG sebelum akhir bulan ini. Menurut Head of Country BP Indonesia Nico Kanter, pengiriman 40 kargo LNG setelah kerusakan tengah dijadwal ulang.

Menurut Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi Proyono, pengapalan LNG ke Fujian, Cina adalah yang keempat setelah pengiriman pertama pada Juli 2009 ke Cina, Korea Selatan, dan Meksiko. Sedang enam kargo lainnya yang dikirim ke Cina dan Korea Selatan diambil atas kilang Bontang dan Arun. Target awal pengiriman LNG Tangguh tahun ini sebanyak 56 kargo, yang terdiri dari 17 kargo ke Fujian, 8 kargo ke Posco, 12 kargo ke K-Power, dan sisanya ke terminal Sempra di Meksiko.

ANTIDUMPING BAJA
India Setop Penyelidikan

OTORITAS antidumping India menghentikan penyelidikan antidumping atas produk hot rolled steel (HS 7208) asal Indonesia. Pemerintah, atas permintaan industri domestik India seperti Essar Steel Ltd., Ispat Industries Ltd., dan JSW Steel Ltd., menilai tidak cukup bukti untuk meneruskan tuduhan.

Inisiasi penyelidikan dilakukan sejak 8 Desember 2008 dan dilakukan terhadap 14 negara lainnya seperti Malaysia, Filipina, Rusia, dan Thailand. Departemen Perdagangan mencatat, India merupakan negara tujuan ekspor kesepuluh baja Indonesia dengan nilai US$ 11 juta tahun lalu. Perusahaan lokal yang dituduh meliputi PT Krakatau Steel, PT Gunawan Dian Jaya Steel, PT Jaya Pari Steel dan PT Gunung Raja Paksi.

Direktur Utama PT Krakatau Steel, Fazwar Bujang tak terlalu gembira dengan pembatalan tuduhan dumping ini. Ia menduga ini trik pengusaha India untuk dapat kemudahan berupa keringanan bea masuk ekspor produknya ke Indonesia.

INTERNASIONAL
Australia Naikkan Suku Bunga

BANK sentral Australia menaikkan suku bunga 25 basis point menjadi 3,25 persen, Selasa pekan lalu. Dengan begitu, Negeri Kanguru ini menjadi negara anggota G-20 pertama yang mengerek suku bunga sejak krisis tahun lalu.

Pada September tahun lalu, suku bunga sempat menyentuh 7,25 persen. Namun, seiring dengan munculnya krisis, suku bunga terus turun hingga akhirnya lama bertahan di level 3 persen, terendah sejak 1960. Seperti dikutip dari AFP, Gubernur Bank Sentral Australia Glenn Stevens menilai era suku bunga rendah kini sudah berlalu. Pertumbuhan ekonomi Australia pada kuartal kedua tahun ini tercatat 0,6 persen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus