Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Kemenangan <font color=#FF9900>Sponsor Tunggal</font>

Uang memainkan peran penting dalam pemilihan Ketua Umum Partai Golkar. Jumlahnya hingga miliaran rupiah.

12 Oktober 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

FUAD Hasan Masyhur, pemilik biro perjalanan haji PT Maktour, melenggang melewati lobi Labersa Grand Hotel, Pekanbaru, Riau. Sesaat tangan kanannya merangkul pundak seorang pengurus Partai Golkar. Keduanya lalu saling berbisik, kemudian tertawa lebar.

Rabu sore pekan lalu, keduanya membaur dengan para ketua Golkar provinsi, kabupaten, dan kota, berjalan kaki dari hotel menuju Gedung Golf— sekitar lima puluh meter di seberang pintu lobi. Malam itu Gedung Golf dijaga ketat sejumlah lelaki berambut cepak berseragam hitam.

Di gedung itulah pada pukul 10.00 malam pertarungan memperebutkan kursi nomor satu dalam Musyawarah Nasional VIII Partai Golkar dimulai. Dua kandidat utama adalah Surya Paloh dan Aburizal Bakrie. Dua calon lainnya, yang berpeluang kecil, adalah Yuddy Chrisnandi dan Hutomo Mandala Putra. Sejumlah ketua partai tingkat satu dan dua yang disapa Fuad malam itu adalah pendukung Ical, sapaan Aburizal. Fuad bukan anggota partai namun masuk tim inti pemenangan Ical. Pekan lalu, setelah terpilihnya Aburizal, ia direkrut masuk kepengurusan.

Ruang auditorium, tak berapa lama kemudian, penuh dan riuh. Ical belum nongol. Yorrys Raweyai, pengurus partai yang semula dikenal sebagai orang Surya Paloh namun belakangan merapat ke Ical, mengambil mikrofon. Ia mencoba menenangkan para pendukung Ical sambil memberikan motivasi.

Ada 538 suara yang diperebutkan: 1 suara pengurus pusat, 10 suara organisasi massa, 33 suara partai tingkat provinsi, dan 494 suara partai kabupaten/kota. Yorrys mengingatkan agar pemilik suara jangan lupa membawa surat mandat agar bisa masuk ruang pemilihan dan ikut mencontreng. Ia juga berkampanye berulang kali bahwa hanya Ical yang benar-benar peduli. Katanya, kubu kompetitor jika kalah akan langsung meninggalkan arena. Adapun kubu Ical akan terus menanggung peserta, termasuk soal penginapan.

Menurut Adi Taher, anggota tim sukses Ical lainnya, biaya musyawarah itu—tiket pesawat, penginapan di sekitar sepuluh hotel berbintang lima dan melati, makan-minum hingga transportasi peserta di lokasi—dirogoh dari kocek Ical pribadi. ”Dia sponsor tunggal,” kata Adi. Fatomy Asaari, ketua panitia pelaksana Musyawarah, membenarkan. ”Biayanya sekitar Rp 10,5 miliar.” Riau memang pilihan kubu Ical sebagai lokasi Musyawarah. Adapun Surya Paloh memilih Sulawesi Selatan.

”Kehadiran” Ical lebih terasa di arena Musyawarah dan di berbagai sudut Kota Pekanbaru. Spanduk dukungan bergambar wajahnya berderet sepanjang jalan protokol Sudirman hingga Jalan Parit Indah di lokasi hajatan. Sebagian spanduk Surya Paloh di Jalan Parit Indah terlihat sobek tepat di wajah bahkan ada pula yang tumbang.

l l l

KETIKA Ical muncul di auditorium Gedung Golf, pendukungnya langsung meneriakkan yel dan bertepuk tangan. Ical duduk di depan menghadap para pemilik suara yang lalu dipanggil ke depan oleh moderator untuk diabsen. Di sisi kiri dan kanan pengusaha dari kelompok Bakrie itu tampak gubernur sekaligus Ketua Golkar Riau Rusli Zainal, Gubernur Banten Ratu Atut Choisiyah, Gubernur Sumatera Utara Syamsul Arifin, bekas Ketua Golkar Akbar Tandjung, bekas Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Agung Laksono, serta bekas Ketua Dewan Perwakilan Daerah Ginandjar Kartasasmita.

Ketika penghitungan suara akan dimulai, wartawan berulang kali diminta ke luar ruangan. Penjaga berpencar dan menyisir auditorium agar tak ada kuli tinta yang lolos. Tempo bisa bertahan karena pada saat penyisiran sedang ngobrol dengan seorang pentolan partai.

Satu per satu ketua partai provinsi, kabupaten, dan kota melangkah ke depan, menyebutkan nama dan posisi, lalu menyalami Ical. Jika ada yang berlama-lama berbincang dengan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat itu, moderator langsung memberikan peringatan. Ical tampak mencatat sendiri jumlah dukungan. Tangannya menggenggam pena hitam dalam buku saku berwarna senada.

Ia mendiktekan jumlah dukungan kepada seorang staf anggita yang mencatat di netbook Sony Vaio. Ical mencatat ada 331 suara yang mendukung dia. ”Ini jumlah yang hadir, bukan yang memberi janji,” katanya lantang di depan mikrofon. Ditambah sepuluh organisasi massa onderbouw partai, total pendukungnya 341. Menurut Sharif Cicip Sutardjo, ketua tim sukses Ical, setelah dihitung kembali pendukung Ical yang hadir adalah 308. Angka ini cukup untuk membuatnya terpilih satu putaran.

”Pencalonan (kandidat) jangan diwakilkan kepada orang lain,” kata Ical sambil menatap para pendukung. Ruangan sunyi. Menurut aturan tata tertib, aklamasi terjadi jika seorang kandidat memperoleh lima puluh persen plus satu (270 suara). Sehari sebelum proses pemilihan, Adi Taher, mantan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia, berujar, ”Pemilihan sebenarnya sudah selesai.” Kamis sekitar pukul 03.00 dini hari, sesumbar Adi itu terbukti: tampuk kekuasaan Golkar jatuh ke tangan Aburizal Bakrie. Ia meraup 297 suara, mengalahkan Surya Paloh, yang mendapat 239. Adapun Tommy Soeharto dan Yuddy Chrisnandi tak mendapat satu suara pun.

l l l

MENYANDANG tas hitam, Suparjo, sebut saja namanya begitu, bergerak perlahan di depan ballroom hotel. Lelaki berpinggang lebar ini enggan masuk meski di dalam ruang sedang berlangsung acara puncak pemilihan Ketua Umum Partai Golkar. ”Itu urusannya ketua,” kata sekretaris Golkar di salah satu kabupaten di Jawa Tengah ini. Pendukung Ical ini sedang mutung. Pangkalnya tak jauh dari urusan ”gizi”. ”Saya hanya diberi sepuluh juta,” katanya dengan suara tercekat.

Dalam pertemuan dua bulan lalu di Solo, Jawa Tengah, tim sukses Ical memberi sangu Rp 150 juta dengan pesan agar cabang Golkar yang diawaki Suparjo mau mendukung. Seusai pertemuan, oleh sang ketua, ia cuma diberi seuprit. ”Saya ini dijajah,” katanya. Ia bahkan mendapat kabar kabupatennya mendapat siraman ”gizi” lanjutan Rp 250 juta. ”Jika terpilih aklamasi, kabarnya Ical juga akan kasih tambahan,” katanya nelangsa.

Seorang sekretaris Golkar sebuah kabupaten di Jawa Timur mengaku mendapat guyuran awal Rp 100 juta. Fulus dibagikan seusai acara konsolidasi Ical di Ritz-Carlton-Pacific Place di Jakarta awal bulan lalu. ”Saya dibagi Rp 30 juta, ketua Rp 70 juta,” kata Kartidjo, bukan nama sebenarnya. Ia juga menunjukkan pesan pendek dari tim sukses Surya Paloh. ”Ada 150 kg buat kamu dan 100 kg buat ketua,” begitu bunyi pesan pendek itu. Menurut si pengirim pesan, sang sekretaris diberi lebih banyak karena bertugas merayu ketua yang berdiri di pihak Ical. Padahal, ”Hasil rapat pleno kabupaten mendukung Surya Paloh”, kata Kartidjo tersenyum.

Menurut dia, jika Ical menang secara aklamasi, akan ada bonus tambahan, ”Besarnya belum disebut”. Beberapa panitia menyebut angka Rp 1 miliar untuk kabupaten dan Rp 2 miliar untuk provinsi. Seorang anggota tim sukses Ical membenarkan adanya janji fulus lanjutan ini. ”Tapi tidak besar, kok, paling seratus hingga dua ratus juta saja.” Pengurus tingkat dua mendapat jatah awal sekitar Rp 300 juta. Sedangkan pengurus provinsi mendapat Rp 500 juta karena mengkoordinasi Golkar di bawahnya.

Ditanya soal munculnya bonus miliaran ini, Cicip Sutardjo cuma menggeleng. ”Enggaklah,” katanya. Rumor satu miliar, menurut dia, muncul ketika seorang pentolan Golkar mencecar Ketua Golkar Bali Ketut Sudikerta yang ditengarai mendapat Rp 1 miliar dari Aburizal Bakrie awal tahun lalu. ”Lu dikasih satu miliar ya sama Ical,” kata Cicip menirukan si pentolan. Tapi cerita ini dibantah Ketut. ”Tidak ada yang seperti itu,” katanya kepada Tempo.

Menurut Ketut, sepuluh pengurus Golkar tingkat satu dan dua Bali mendukung Ical karena dia dinilai mampu mengangkat Golkar dari keterpurukan. Ia sendiri mengaku kecewa terhadap Surya Paloh karena menggelar acara konsolidasi di Bali dua pekan lalu tanpa mengajaknya ikut serta. ”Saya tidak diajak bicara,” katanya. Menurut Ariady Achmad, anggota tim penggalangan tim Surya Paloh, pengurus Golkar Bali memang plintat-plintut. ”Saat (suara pendukung Surya Paloh) dihitung, nama mereka kok tidak ada,” katanya.

Menurut Adi Taher, kubunya menggalang dukungan sejak dari hotel tempat peserta menginap—antara lain Hotel Pangeran dan Furaya. Katanya, ada utusan khusus yang memperhatikan kebutuhan para pemilih. ”Kalau bertemu peserta, ya, akan disapa atau diajak makan,” kata Adi. Menurut dia, pendekatan itu wajar dan juga dilakukan oleh kubu kompetitor.

Pendekatan personal ini diduga sempat menciutkan suara Ical. Dalam konsolidasi di auditorium Hotel Furaya pada Senin sore pekan lalu, pendukung Ical tercatat 362. Dalam voting angka itu merosot menjadi 297 . ”Mereka dicuri,” kata Cicip singkat. Daerah yang membelot saat pencalonan kandidat, kata Cicip, adalah Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Kalimantan Barat.

Aburizal Bakrie tak tegas membantah soal siraman ”gizi” itu. ”Pengurus membutuhkan dana untuk menjalankan roda partai di daerah. ”Itu bukan politik uang,” katanya kepada Tempo setelah membacakan pidato politik saat penutupan Musyawarah. Yamin Tawari, pengurus pusat Golkar pendukung Ical, membenarkan. Tapi, katanya, ”Itu bukan untuk konsumsi publik.”

Budi Riza, Jupernalis Samosir (Pekanbaru)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus