Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LAGU Malam Terakhir ciptaan Rhoma Irama mengiringi makan siang di auditorium Hotel Aryaduta, Pekanbaru, Riau, Rabu pekan lalu. Ada yang menikmati makanan, mengobrol, tertawa, atau ikut berdendang bersama sang biduan.
Hotel Aryaduta menjadi markas tim pendukung Surya Paloh dalam Musyawarah Nasional Partai Golkar pekan lalu. Seusai makan siang, pintu auditorium ditutup. Penjaga berseragam hitam menelisik setiap tamu yang keluar-masuk. Wartawan tak diperkenankan ke dalam. Hanya orang dengan kartu pengenal, seragam kuning, dan pin khusus yang bisa melewati penjagaan menuju auditorium. Tim Surya Paloh mengecek jumlah orang yang hadir. ”Kami solid,” ujar seorang anggota tim sukses.
Pengecekan terakhir dilakukan untuk menakar jumlah suara. Sumber itu mengatakan, tim Paloh sudah ”mengamankan” paling tidak 278 dukungan—lebih dari 50 persen suara yang diperebutkan. Optimisme terpancar di kubu Paloh. Dalam pemilihan ketua umum itu ia bersaing dengan Aburizal Bakrie, Yuddy Chrisnandi, dan Hutomo Mandala Putra.
Ketika pemilihan dimulai, suasana berubah ricuh sewaktu pemilih dari Sumatera Utara dipanggil ke depan. Pengurus Golkar Langkat ternyata membawa mandat ganda. Kekacauan semakin panas ketika panitia menemukan pemilih membawa telepon seluler berkamera. Panitia sempat lupa menandai daerah yang sudah mencontreng.
Seorang pendukung Surya Paloh curiga, kericuhan sengaja diciptakan untuk menggerus pendukung Paloh. Menurut dia, posisi Paloh sebetulnya di atas angin sebelum pemimpin sidang, Fadel Muhammad, menunda sidang. Pemilihan digelar kembali hingga dini hari. Hasilnya, Paloh mendapat 239 suara, kalah oleh Aburizal Bakrie, 297 suara. Menurut anggota tim sukses Paloh, Sugeng Suprawoto, bosnya telah digembosi. Ia yakin Paloh sudah mendapat dukungan dari 278 kabupaten sesaat sebelum Musyawarah. Surya Paloh mengatakan masih akan menampung dulu laporan dari pelaksanaan hajatan itu. Menurut dia, ada pemilih yang diintimidasi. ”Ada yang salah dalam pelaksanaan Munas ini,” ujar Paloh.
Pemilik stasiun televisi Metro TV itu sudah menggalang kekuatan sejak enam bulan lalu. Sedikitnya sembilan kali ia menggelar pertemuan dengan pengurus daerah. Terakhir, pendukung Paloh berkumpul di Bali. Mereka menginap di hotel berbintang lima dan sempat ditraktir jalan-jalan.
Pendukung Paloh berangkat bersama dari Bali ke Riau dengan pesawat carteran. Sumber Tempo mengatakan ada 800 orang yang berangkat dari Bali ke Riau namun yang memiliki hak pilih hanya sekitar 300 orang. ”Yang lain cuma ngambil duit,” katanya.
Seorang pendukung Surya menyebutkan bosnya telah ”mengguyur” pendukungnya Rp 500 juta hingga Rp 2 miliar. Tapi toh dukungan berbelok. Kekalahan Paloh sudah tercium ketika sidang memutuskan pemandangan umum hanya disampaikan pengurus Golkar provinsi. Padahal sebagian besar pengurus provinsi mendukung Aburizal. Sesi pemandangan umum ini secara psikologis memukul kelompok Paloh.
Ketika ketua sidang ditentukan, sinar Paloh semakin meredup. Soalnya, ketua sidang, Fadel Muhammad, masuk kubu Aburizal. Akhirnya tak sulit diterka: Paloh keok tipis dengan pesaingnya. Pagi itu ia meninggalkan Riau sebelum Aburizal dikukuhkan sebagai Ketua Golkar yang baru.
Menurut ketua tim sukses Paloh, Jeffrey Geovani, meski kalah, dukungan terhadap Paloh terus mengalir. Dia menyatakan, timnya mendapat banyak simpati dari berbagai pihak, termasuk lembaga swadaya. ”Saya minta maaf kepada mereka yang sudah memberikan dukungan,” katanya.
Yandi M.R. (Jakarta), Budi Riza, Jupernalis Samosir (Pekanbaru), Rofiqi Hasan (Bali)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo