Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Murah tapi sedan

Pt indomobil utama memperkenalkan sedan mr 90. harganya rp 23,5 juta. 74% komponennya buatan dalam negeri. pemerintah mendambakan produksi mobil 100 % komponennya dibuat di indonesia.

17 November 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MOBIL rakyat. Istilah ini sudah ada sejak zaman dulu, ketika oplet dan bis kota mulai dikenal orang. Kini PT Indomobil Utama, yang mengageni lima merek mobil, mulai memperkenalkan apa yang disebut: sedan rakyat. Memang, bukan dari jenis salon. Yang penting, di kelasnya (1.400 cc), mobil yang mirip Ford Laser Ghia dan Mazda 323 Interplay ini dapat dikatakan paling murah. Menurut Soebronto Laras, harganya jauh lebih murah ketimbang sedan kecil seperti Toyota Starlet atau Suzuki Forsa. "Harganya kira-kira setengah dari sedan Toyota," ujar Dirut Indomobil itu, yang cenderung berahasia, konon karena MR 90 -- demikian namanya -- baru akan diluncurkan 3 Desember nanti. Apa betul harganya cuma "setengah"?. Ambillah harga resmi Toyota Starlet (standar) yang Rp 33,5 juta. Jika Soebronto benar -- bahwa harganya setengah dari harga Toyota Starlet -- maka MR 90 akan jatuh pada angka jual Rp 16,75 juta. Itu belum termasuk Pajak Pertambahan Nilai (10%) dan Pajak Barang Mewah (30%). Jadi, kalau ditotal, harga penawaran MR 90 diperkirakan Rp 23,5 juta. Setelah diamat-amati dengan cermat, wajarlah bila harga MR 90 bisa ditekan. Ternyata, hampir tiga perempat dari komponennya dibuat di dalam negeri (74%). Bisa dikatakan, MR 90 lebih banyak memakai komponen lokal. Proton Saga, misalnya. Mobil kebanggaan Malaysia ini, kabarnya, hanya memanfaatkan 60% komponen lokal. Untuk merakit MR 90, Indomobil hanya tinggal mengimpor beberapa komponen listrik, lampu, speedometer, dan pengukur isi tangki bensin. Sedang komponen besarnya -- cylinder head, cylinder block, suspensi, pintu, dan rocker arm -- dibuat pada anak perusahaannya, yakni PT Mazda Indonesia Manufacturing (MIM). Selain itu, masih untuk melengkapi si mobil rakyat, ada 24 perusahaan lokal yang akan bertindak sebagai subkontraktor. PT Federal Motor (salah satu anak perusahaan Astra Group) akan ditugasi sebagai pemasok komponen-komponen dari plastik. "Di MIM pun kami tidak sendiri," kata Soebronto. Sebab, perusahaan yang diresmikan Menteri Perindustrian Hartarto pekan lalu itu merupakan patungan antara Indomobil (30%), Mazda Jepang (55%), dan Sumitomo Bank (15%), dengan investasi total Rp 58 milyar. "Mudah-mudahan, kalau target produksi yang 1.500 unit per bulan tercapai, MIM bisa kembali modal dalam waktu lima tahun," ujarnya optimistis. Terlepas dari soal target, mobil buatan Indonesia boleh dikatakan merupakan cita-cita lama. Sudah sejak dahulu Pemerintah mendambakan munculnya sebuah jenis kendaraan roda empat yang 100% dibuat di dalam negeri. Kini, dengan berdirinya MIM, apakah sudah semakin dekat ke cita-cita itu? Ternyata, itu masih jauh, seperti ditegaskan seorang pejabat Departemen Perindustrian yang hafal benar lika-liku industri mobil di Indonesia. Soalnya, MIM belum mampu membuat mesin sendiri. "Mereka hanya memperhalus blok mesin yang diimpor dari Mazda Jepang," katanya. Pabrik pengecoran blok mesin, seperti yang dicita-citakan Grup Astra, baru akan berdiri tahun 1992. Setelah mesin, untuk merealisasi munculnya mobil yang 100% buatan lokal, sektor industri automotif harus menggarap pembuatan pabrik transmisi, dan steering system yang hingga kini masih dalam tahap merakit. Kendati belum 100% lokal, ide membuat MR 90 patut dihargai. Setidaknya, kaum industrialis Indonesia bisa juga menawarkan sedan murah, yang tentu lebih cocok dengan daya beli mayoritas konsumen. Memang, sedan murah ini tidak pula sepenuhnya ide baru. Pada 1987, PT Amalgam -- perusahaan yang bergerak dalam bisnis karoseri -- juga pernah memperkenalkan sedan rakyat. Bahkan, dengan harga yang jauh lebih murah (ketika itu Rp 10 juta). Hanya saja, sedan hatchback yang menggunakan mesin Suzuki Carry ini tak pernah sampai di pasar. Sebab-musababnya pun tak jelas benar. Sedan itu dimunculkan dalam pameran, tetapi kemudian hilang tak berkesan. Budi Kusumah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus