ORANG semakin latah mengucapkan kata-kata Inggris Visit Indonesia Year 1991. Maklum, Pemerintah lagi giat berkampanye mengundang pelancong tahun depan, sebagai tahun kunjungan wisata. Banyak kegiatan untuk menyambut tahun kunjungan wisata itu. Yang paling sibuk adalah para industriwan pariwisata. Tentunya mereka ancang-ancang mengeduk untung. Beberapa hotel, selain mempercantik diri, belakangan mulai menaikkan tarifnya. Sebagai contoh, lima hotel berbintang di Ibu Kota. "Juni lalu hotel ini masih memasang tarif kamar ekonomi sekitar US$ 60. Sekarang sudah dinaikkan jadi US$ 120," kata B.M. Adibrata, Direktur Inbound PT Smailing Tour. Sementara itu, kalangan biro perjalanan juga sudah ikut meningkatkan tarifnya. Menurut Prasodjo Sardadi, Managing Director PT Musi Holiday, tarif perjalanan rata-rata naik 17%. Musi Holiday -- yang menjual paket perjalanan antara lain ke Bali, Lombok, Samosir, dan Sungai Mahakam -- mengharapkan, setidaknya bisa memperoleh tambahan pendapatan 38%. Kenaikan tarif perjalanan itu, kata Prasodjo, sangat bergantung pada harga tiket pesawat. Sejak 1 Oktober lalu, Organisasi Perusahaan Penerbangan Internasional (IATA) memang telah sepakat untuk menyesuaikan tarif. Maskapai penerbangan Belanda, KLM, misalnya, sejak Oktober sudah menaikkan tiket penerbangan ke Asia sekitar 7%. Menurut General Manager KLM Jakarta, Jozeph Groenewoud, harga itu terutama dipengaruhi gejolak harga minyak dan krisis Teluk Persia. Komponen BBM, bagi KLM, punya porsi 25% dari biaya operasional. Untuk perkiraan kasar, harga minyak untuk pesawat sekarang sekitar US$ 18 per galon. "Setiap kenaikan satu dolar harga BBM berarti kenaikan US$ 10 juta untuk ongkos perusahaan," kata Meneer Groenewoud. PT Garuda Indonesia, sebelum menyesuaikan tarif, memang harus mendapat persetujuan dari Pemerintah. Akibat kenaikan harga bahan bakar, Garuda, tak terelakkan lagi, harus menaikkan harga tiket. Dirut Soeparno sendiri mengatakan kepada wartawan TEMPO Linda Djalil bahwa tarif penerbangan internasional Garuda akan naik 4%-8% tahun depan. Kenaikan berbagai tarif wisata tadi tak membuat Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi Soesilo Soedarman cemas dengan programnya Visit Indonesia Year. Ia justru yakin jumlah wisatawan bakal meledak. Dalam Pelita V, diharapkan tiap tahun akan datang 2,25 sampai 3,5 juta turis mancanegara. Khusus tahun depan, setidaknya akan berkunjung dua juta. "Jika rata-rata mereka membelanjakan US$ 890, berarti devisa yang akan diterima sekitar US$ 1,8 milyar," kata Menteri Soesilo. Tahun lalu, jumlah turis tercatat 1,44 juta. "Semula kami harapkan tahun ini naik 15%. Ternyata, sekarang sudah mencapai 36% atau menjadi 1.958.000 orang," katanya. "Paling apes, tahun depan masih 20%." Jadi, kenaikan tarif angkutan, hotel, dan biro perjalanan dianggapnya masih wajar. "Itu kan sama seperti soal kenaikan tarif kereta waktu Lebaran. Masalahnya, permintaan sangat tinggi," kata Menteri kepada Nunik Iswardhani dari TEMPO. Sebagai bukti betapa antusias wisatawan asing datang ke Indonesia, Menteri Soesilo menunjuk niat beberapa perusahaan penerbangan asing menambah armadanya. KLM, kata Groenewoud, mulai Mei 1991 menambah jalur Amsterdam-Denpasar dari dua kali seminggu menjadi empat kali dan Amsterdam-Jakarta dari lima kali menjadi enam kali. Max Wangkar
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini