Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Nasi burger, sir

Restoran burger king dibuka untuk umum. pt bekasari pratama food, salah satu kelompok usaha gelael, disetujui sebagai pemegang hak atas nama burger king di indonesia. gelael tersandung di supermarket.(eb)

20 Desember 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DESEMBER ini mungkin bulan apes bagi Dick Gelael. Hanya beberapa jam sebelum meresmikan pembukaan restoran Burger King di Gedung Gelael Pancoran, "anak emasnya", pasar swalayan Menteng dimakan api Minggu dinihari. "Saya sangat terkejut dan kesal," kata Dick Gelael. Pemilik enam supermarket di Jakarta dan beberapa di kota lain itu, mengaku setiap pagi selalu meluangkan waktu datang ke Menteng dan ikut melayani pembeli. Apalagi, katanya, pasar swalayan kedua yang dirintisnya sejak 12 tahun lalu memang baru saja di-upgrade, dengan beberapa tambahan peralatan modern. Kerugian yang diderita supermarket di Jantung Jakarta itu, kata Ricardo-anak Dick kepada TEMPO -- tidak kurang dari Rp 500 juta. Nasib sial minggu ini, rupanya masih berlanjut. Cerita sedih yang awal bulan ini, perintis pasar swalayan sejak 1972 itu terpaksa memboyong dagangannya dari Ratu Plaza karena masalah sewa yang mahal dan kurangnya parkir. Ia juga baru saja menutup supermarketnya di Jalan Asia-Afrika Bandung dengan alasan yang mirip. "Ini merupakan pelajaran pahit buat saya," katanya. "Tapi kami tidak boleh menangis. Itu percuma saja." Karena itu, mungkin, sementara merenungi puing-puing dagangannya di supermarket untuk kelas atas Menteng, Senin pagi ia membuka restoran Burger King. Menempati hampir sepertiga lantai II gedung miliknya di Pancoran, restoran fast food -- berdampingan dengan Kentucky Fried Chicken dan es krim Swenson -- adalah yang pertama menyajikan burger asli dari Amerika Serikat. Di negara asalnya, Burger King menduduki urutan kedua setelah Mc Donald di kancah bisnis restoran. Untuk membuka restoran fast food itu, Dick telah mempersiapkan selama 3 tahun. "Sebab produsen Burger King menyatakan lebih untung dengan penjualan di dalam negerinya sendiri," kata Dick yang selama ini sudah membuka restoran KFC di berbagai kota. Akhirnya, PT Bekasari Pratama Food -- salah satu kelompok usaha Gelael disetujui sebagai franchise holder, pemegang hak atas nama Burger King di Indonesia. Dalam ikatan patungan dengan Burger King Corporation USA, Gelael dituntut untuk menjaga, nama baik Burger King. Seperti restoran Burger King yang jumlahnya hampir 5 ribu di 50 negara, restoran Dick yang baru ini juga dirancang gaya Amerika. Peralatan dapur yang dikendalikan komputer, bangku, kipas angin, lampu dan perlengkapan restoran, semua didatangkan dari Amerika Serikat. Bahkan, kata Dick, modal pertama juga datang dari kantor pusat Burger King. Tanpa bersedia menyebut besarnya investasi di restoran itu, kelompok Gelael akan mengangsur pinjaman modal itu. Kesibukan terakhir mendirikan restoran burger itu, cuma 3 minggu. "Saya buka cepat-cepat," katanya, "sebab, kalau mau terjun dan mempertahankan posisi, ya, sekarang waktunya," katanya. Perhitungannya -- setelah mendapat saingan ketat di bidang supermarket -- mumpung Me Donald, saingan utamanya belum masuk Indonesia. Untuk segera merebut pasaran, Dick mentargetkan makanan Burger King bisa menjadi makanan tiga generasi, yaitu kakek-nenek, anak dan cucu. Harganya pun bertingkat. Satu cheese burger junior dijual Rp 1.650 dan ukuran besar jantungnya Rp 2.700. Dengan pekerja 50 orang, termasuk 6 orang yang dilatih khusus di perusahaan induknya AS untuk memasak burger, restoran ini akan menghidangkan makanan yang hampir seluruh bahannya diimpor dari AS. Hanya sayuran, yaitu salad dan tomat yang dibeli dari Bandung. "Itu pun kami pilih benar-benar selektif," kata Don Schulte, manajer pemasaran untuk Asia Pasifik. Sementara roti, dengan terigu dari pasaran Indonesia, dibuat dengan pengawasan yang ketat oleh ahli dari pusatnya. Khusus Indonesia, kata Lie Tjoan Liang, manajer umum Burger King di sini, mendapat dispensasi bisa menghidangkan nasi. Agaknya, Dick optimistis bakal menyerbu pasar lebih gencar sebelum pesaingnya datang. Ia sudah mengincar beberapa tempat di Jakarta untuk menjual burger. "Saya kira kami akan berhasil di sini karena potensi pasaran besar dan konsep makanan Barat telah merasuk," kata Don Schulte. Dan lagi, menurut Don, di sini bukan cuma orang muda yang menyukai makanan itu. A. Margana Laporan: Sayadi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus