Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Outlook 2025: Akankah Startup Kembali Berjaya

Pada 2025, kinerja startup diprediksi masih berat karena berkelindan dengan daya beli masyarakat yang ambles. Meski demikian, tetap ada peluang bagi startup untuk bangkit kembali

20 Januari 2025 | 09.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kantor pusat Bukalapak di Metropolitan Tower, Jakarta, 21 Oktober 2022. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -Bola pemutusan hubungan kerja (PHK) di beberapa perusahaan rintisan berbasis teknologi (startup) di Indonesia masih menggelinding hingga saat ini. PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) juga berencana memangkas jumlah karyawan mereka karena perusahaan startup ini terus merugi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada 2025, kinerja startup diprediksi masih berat karena berkelindan dengan daya beli masyarakat yang ambles. Meski demikian, tetap ada peluang bagi startup untuk bangkit kembali. “Sekarang tantangannya perlambatan ekonomi, daya beli masyarakat menurun,” kata Direktur Kebijakan Publik Center of Economic and Law Studies (Celios) Media Wahyudi Askar saat dihubungi pada Kamis, 9 Januari 2025. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berdiri sejak 2010, Bukalapak menyusul startup lain yang kantong perusahannya sudah bocor lebih awal. Misalnya, Tokopedia-Tiktok Shop, Xendit Indonesia, Lamudi, JD.ID, Ruangguru, Shopee Indonesia, Zenius, Pahamify, LinkAja, dan SiCepat.

Selain PHK, Bukalapak juga menutup layanan penjualan produk fisik secara bertahap hingga Februari 2025. Saat dihubungi pada Rabu, 8 Januari 2024, Head of Media and Communications Dimas Bayu mengatakan Bukalapak hanya akan menjajakan produk virtual, gaming, investasi, dan retail. “Guna memperkuat posisi di ekosistem produk virtual dan memberikan layanan terbaik kepada pengguna di industri digital,” kata Dimas.

Jalan terjal perusahaan rintisan bergeliat bukan tanpa sebab. Media mengatakan, startup di Indonesia memang pernah berjaya pada medio 2010 hingga awal 2020. Kondisi ini didorong limpahan investasi dari venture capital (VC) dan potensi pasar digital yang besar. Startup pada awalnya digadang akan merajai ekosistem perdagangan digital karena pertumbuhan cepat dan mengobral diskon. “Pandemi jadi titik balik, sehingga banyak startup banyak yang tutup,” kata dia. 

Direktur Eksekutif The Prakarsa Ah Maftuchan mengatakan era kejayaan startup ketika itu terjadi karena digitalisasi yang juga mulai menguasai aktivitas sehari-hari. Masyarakat, kata dia, juga terjebak fear of missing out alias Fomo. Fenomena fomo berarti masyarakat dalam kondisi perasaan takut ketinggalan momen dan tren kekinian. “Terjebak fomo, semua digital, semua startup,” kata dia saat diskusi terfokus di Gedung Tempo, Jakarta, pada Selasa, 14 Januari 2025.  

Tahun lalu, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) juga menjembatani para startup Indonesia untuk bisa meraih pendanaan dari para modal ventura baik di dalam maupun luar negeri.  Total pendanaan yang telah diterima mencapai 172,3 juta US$ atau sekitar Rp 2,6 triliun. Langkah ini juga untuk meperluasan jejaring dan membuka peluang untuk investor dari dalam dan luar negeri melihat potensi startup. Para pemain startup ini masuk program HUB.ID. 

Kominfo buka akses investasi bagi Startup Digital di Demo Day HUB.ID

Asa Startup Kembali Berjaya

Kementerian Perdagangan memproyeksikan nilai transaksi dari startup sektor e-commerce tahun ini akan tumbuh sebesar 7-8 persen dibanding pada 2024. Pasar e-commerce dianggap masih potensial bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk meningkatkan penjualan. Selain itu, platform dengan fasilitas lintas negara (cross-border) memudahkan UMKM mengekspor. 

Direktur Kebijakan Publik Center of Economic and Law Studies (Celios) Media Wahyudi Askar mengatakan startup perlu beradaptasi dengan mengubah model bisnisnya sesuai kebutuhan zaman. Langkah itu juga termasuk berinovasi dengan Artificial Intelligence (AI), greentech, dan kolaborasi dengan pemerintah serta UMKM. “Harapan untuk kebangkitan startup tetap ada,” kata Media. 

Selain di sektor e-commerce, startup pendidikan, kesehatan, dan layanan keuangan juga memiliki potensi besar untuk kembali bergeliat. Kondisi ini juga akan beriringan dengan adanya peningkatan permintaan global untuk produk ramah lingkungan. “Startup yang mampu memanfaatkan peluang ini bisa survive,” kata Media.

Dalam satu dekade terakhir, pertumbuhan startup berbasis teknologi di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia dan Thailand, menunjukkan perkembangan positif. Pada 2022, meskipun masih tergolong negara berkembang, Indonesia dan Thailand  mencatatkan diri sebagai penyumbang startup unicorn terbanyak di kawasan ini, mengikuti Singapura yang berada di posisi pertama.

Perkembangan ini sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia, yang diperkirakan akan meningkat 19 persen hingga mencapai US$ 130 miliar atau sekitar Rp 2,1 triliun pada 2025. Thailand pun diproyeksikan tumbuh 15 persen dengan nilai ekonomi digital mencapai US$ 53 miliar di tahun yang sama (Google, Temasek Holdings, dan Bain & Company, 2022).

Lembaga Penelitian dan Advokasi Kebijakan The Prakarsa mengatakan potensi startup akan tumbuh juga terlihat dari konsumsi non-makanan berupa paket internet yang juga tinggi. “Internet dengan aktivitas digital kita sudah luar biasa,” kata Direktur Eksekutif The Prakarsa Ah Maftuchan. 

Direktur Utama Bukalapak Willix Halim mengatakan kinerja perusahaannya akan tumbuh hingga akhir 2025 setelah mengubah skema bisnis ini. Bukalapak akan tetap fokus pada Segmen Online-to-Offline (O2O) dan marketplace. Model bisnis O2O kini menyumbang 40-50 persen dari total pendapatan perusahaan, sedangkan segmen marketplace menyumbang 50-60 persen. 

Selain melalui aplikasi dan situs perusahaan, Bukalapak juga memperluas layanan seperti Mitra Bukalapak, BMoney, itemku, Lapakgaming serta berbagai merek ritel seperti Rexus, Russ and Co, dan Pexio. “Kami percaya bahwa dengan penajaman strategi, BUKA akan menjadi perusahaan yang dapat memiliki pertumbuhan berkelanjutan dan memberikan nilai tambah bagi seluruh pemangku kepentingan,” kata Willix dalam keterangan tertulisnya pada Kamis, 16 Januari 2025.

Adil Al Hasan

Adil Al Hasan

Bergabung dengan Tempo sejak 2023 dan sehari-hari meliput isu ekonomi. Fellow beberapa program termasuk Jurnalisme Data AJI Indonesia.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus