PIJARAN lampu-lampu produksi PT SiBalec, Yogya, sempat kelap-kelip tertiup gelora Perang Teluk. Tersiar kabar -- di antaranya bersumber dari catatan Kantor Departemen Perdagangan DIY -- bahwa SiBalec tidak sanggup mengekspor ke Timur Tengah selama Januari dan Februari silam. Padahal, kawasan itu merupakan pasar utama SiBalec sejak 1987. Tahun lalu, ekspornya mencapai US$ 292.154 per bulan. Tapi, Februari berselang, nilai ekspornya anjlok ke US$ 119.800. Direktur PT SiBalec Drs. Soesanto menyangkal manakala ekspornya dikatakan macet total ke Timur Tengah. "Kalau yang ke Riyadh memang kami hentikan. Tapi kami tetap mengirim produk kami ke Dubai, kawasan yang tidak terjamah perang." Karena pertimbangan bisnis, ekspor itu dilakukannya lewat Jakarta, sehingga tidak tercatat di Kantor Departemen Perdagangan Yogya. Cuma, ekspornya itu melulu lampu TL, bukan lampu pijar -- yang terakhir ini batal diberangkatkan ke sana. Tapi pembatalan itu ada hikmahnya. SiBalec kini mencari pasar yang baru, termasuk Amerika Serikat. Kabarnya, di negeri itu lampu pijar kembali digemari. Dengan demikian, SiBalec tidak hanya mengandalkan Timur Tengah, kawasan yang selalu berkecamuk itu. Dan Soesanto tetap mempekerjakan 1.356 orang karyawannya, yang terbagi dalam tiga shift (untuk memenuhi kegiatan produksi 24 jam sehari).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini