HARI besar bagi PT Inti Karya Persada Teknik (IKPT), jatuh pada Jumat, 22 Maret 1991. Pada hari itu, IKPT tampil sebagai swasta nasional pertama yang menjadi kontraktor utama pembangunan kilang LNG. Selama ini, Pertamina mengandalkan kontraktor asing, sedangkan swasta nasional baru dipercayai sebagai subkontraktor. Kontraknya senilai US$ 522 juta, meliputi engineering, procurement, dan contractor. Dana tersebut, kata Direktur Pengolahan Pertamina Tabrani Ismail, akan dibiayai dengan pinjaman sindikat yang dipimpin Chase Manhattan Bank cabang Hong Kong. Dan pinjamannya akan dibayar kembali oleh Pertamina dari hasil produksi (nonrecource). Bagi IKPT sendiri, seperti dikatakan Dirutnya, Raysoeli Moeloek, kepada TEMPO, ini merupakan proyek terbesar sejak didirikan pada 1982 lalu. Perusahaan dengan tenaga 400 orang, 250 di antaranya insinyur, antara lain telah menjadi subkontraktor pada proyek Exor I (pengilangan minyak untuk ekspor) di Balongan, subkontraktor di pabrik aromatik Plaju, serta pembangunan pabrik amoniak di Gresik. "Karena sudah berpengalaman itulah, Pertamina memandang kontraktor nasional IKPT mampu menggarap proyek LNG train F," kata Dirut Pertamina Faisal Abda'oe. Diharapkan, train F itu selesai dalam 33 bulan (akhir 1993), dan bila rampung kelak, penerimaan devisa negara bertambah kira-kira US$ 275 juta. Untuk menjamin pemasarannya, Pertamina telah menjalin kontrak dengan tiga perusahaan gas Jepang, yakni Osaka Gas kebagian 55-%, Tokyo Gas 40%, dan Toho Gas 5%. Tahun lalu, ekspor LNG berjumlah 20,63 juta ton.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini