Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta- Direktur Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio menyampaikan rasa duka cita dan turut berbela sungkawa atas tragedi bom di Surabaya. Dia mengatakan tragedi tersebut tidak akan berpengaruh besar pada aktivitas padar modal.
“Saya mengimbau agar investor dan seluruh pelaku pasar modal tidak bereaksi berlebihan dan tetap optimis terhadap stabilitas keamanan nasional,” kata dia dalam keterangan tertulisnya, Ahad, 13 Mei 2018.
Baca juga: Media Dunia Sorot Teror Bom di Surabaya Menarget 3 Gereja
Sebagai wujud keprihatinan, Tito memerintahkan seluruh karyawan self-regulatory organization (SRO) dan anak perusahaan untuk mengenakan pakaian putih dengan pita hitam di lengan kanan selama tiga hari kerja. Kemudian dia juga meminta perusahaan tercatat dan anggota Bursa untuk melakukan hal yang sama yaitu mengenakan pakaian putih dengan pita hitam sebagai bentuk ketegaran.
Tito meminta seluruh pelaku pasar untuk tetap tenang dan beraktivitas secara normal. Dia mencontohkan teror bom Thamrin 14 Januari 2016, yang tidak berpengaruh besar terhadap kegiatan di pasar modal. “Pada saat terjadinya teror, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat terkoreksi sebanyak 77,86 poin atau sebanyak 1,72 persen di level 4.459,32 poin,” tutur dia.
Pada teror bom Surabaya, kata Tito, juga tidak akan berpengaruh besar terhadap aktivitas di pasar modal. Menurutnya, perusahaan tercatat yang tergabung dalam LQ45 menunjukkan kinerja yang solid. Sementara kondisi pasar juga cukup stabil yang ditunjukkan dengan likuiditas transaksi yang tinggi dengan rata – rata transaksi harian mencapai Rp 8,87 triliun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pagi ini, ledakan bom terjadi di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela Jalan Ngagel Madya Nomor 1, Kelurahan Baratajaya, Kecamatan Gubeng, Surabaya. Selain itu juru bicara Kepolisian Daerah Jawa Timur Komisaris Besar Frans Barung Mangera mengatakan ledakan juga terjadi di Gereja lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain ledakan di kawasan Ngagel Madya, Barung mengatakan ledakan juga terjadi di dua lokasi lainnya di Surabaya, yaitu Gereja Kristen Indonesia Jalan Diponegoro, dan Gereja Pantekosta di Jalan Arjuno.
Berdasarkan data yang dihimpun Tempo, teror bom di Surabaya terjadi di tiga tempat dengan interval antar lokasi sekitar lima menit. Adapun ledakan yang terjadi di Gereja Santa Maria diduga dilakukan pada pukul 07.15 WIB dengan aksi bom bunuh diri menggunakan sepeda motor.