Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Berita Tempo Plus

Hilangnya Insentif Pajak Smelter Nikel

Pemerintah mencabut insentif pembangunan smelter nikel penghasil NPI dan FeNi serta menyiapkan larangan ekspor.

10 Juni 2023 | 00.00 WIB

Bijih nikel di area tambang PT Vale Tbk di Sorowako, Sulawesi Selatan. REUTERS/Yusuf Ahmad
Perbesar
Bijih nikel di area tambang PT Vale Tbk di Sorowako, Sulawesi Selatan. REUTERS/Yusuf Ahmad

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Smelter RKEF bukan lagi industri pionir.

  • Insentif pajak selama 10 tahun dinilai terlalu lama.

  • Pembangunan smelter nikel jenis HPAL belum banyak dilirik.

JAKARTA — Niat pemerintah sudah bulat untuk menyetop tambahan kapasitas smelter nikel jenis rotary kiln electric furnace (RKEF). Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menyatakan tak akan ada lagi insentif berupa pengurangan pajak atau tax holiday untuk smelter penghasil nickel pig iron (NPI) dan feronikel (FeNi) tersebut. "Smelter ini bukan lagi bagian dari industri pionir," kata dia, kemarin, 9 Juni 2023. 

Saat mendorong penghiliran nikel di masa lalu, pemerintah menawarkan tax holiday buat perusahaan pengolahan komoditas tersebut. Tak tanggung-tanggung, insentif itu berlaku selama 10 tahun. Namun, setelah smelter penghasil NPI dan FeNi menjamur, Bahlil menilai stimulus tersebut tak lagi relevan.

Selain itu, dia menilai masa berlakunya terlalu lama. Padahal, dalam waktu lima tahun, pengusaha sudah bisa balik modal. "Saya sebagai mantan pengusaha merasa agak enggak adil. Kalau sudah untung, bagi dong buat negara," ujarnya.

Baca juga: Di Balik Rencana Moratorium Smelter Nikel

Upaya untuk menghambat pertumbuhan kapasitas smelter penghasil NPI dan FeNi ini diharapkan bisa mendorong penghiliran lebih tinggi. NPI hanya memiliki kadar nikel 4-15 persen dan FeNi hanya 16-30 persen.

Pemerintah berharap ada produk lain dengan kandungan nikel yang lebih tinggi, seperti nickel matte, yang kandungan nikelnya 40-70 persen. Pemerintah juga butuh pengolahan nikel dengan kandungan hingga 99,9 persen untuk bahan baku baterai kendaraan listrik. Sayangnya, pembangunan smelter jenis high pressure acid leaching (HPAL) untuk produk tersebut belum banyak dilirik. 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Vindry Florentin

Vindry Florentin

Lulus dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran tahun 2015 dan bergabung dengan Tempo di tahun yang sama. Kini meliput isu seputar ekonomi dan bisnis. Salah satu host siniar Jelasin Dong! di YouTube Tempodotco

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus