Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Pemilu Jadi Salah Satu Tantangan Perbankan Syariah, Apa Alasannya?

Pemilihan umum atau Pemilu disebut sebagai salah satu tantangan bagi perbankan syariah. Apa alasannya?

2 April 2023 | 19.37 WIB

PT Asuransi Allianz Life Indonesia dan PT Bank Maybank Indonesia Tbk meluncurkan fitur wakaf pada produk asuransi jiwa unit link berbasis syariah pada Kamis, 30 Maret 2023 di Jakarta. Tempo/Amelia Rahima Sari.
Perbesar
PT Asuransi Allianz Life Indonesia dan PT Bank Maybank Indonesia Tbk meluncurkan fitur wakaf pada produk asuransi jiwa unit link berbasis syariah pada Kamis, 30 Maret 2023 di Jakarta. Tempo/Amelia Rahima Sari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pemilihan umum atau Pemilu disebut sebagai salah satu tantangan bagi perbankan syariah. Apa alasannya?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Head of Shariah Banking Maybank Indonesia, Romy Buchari, mengatakan proyeksi perbankan syariah di 2023 diharapkan meningkat, terutama setelah Covid-19 mereda. Namun, dia menilai, masih ada tantangan yang harus dihadapi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

“Tantangannya itu kita lihat adalah Pemilu sudah dekat,” kata Romy usai acara peluncuran fitur wakaf Allianz Life Indonesia di Jakarta pada Kamis, 30 Maret 2023. 

Romy menyebut, tantangan ini tak ada kaitannya dengan politik identitas. Namun, ada ketidakpastian sehingga pelaku usaha cenderung melihat situasi terlebih dahulu atau wait and see

“Misalnya, investasinya itu akan dilakukan sekarang atau setelah Pemilu? Nah, dari situ juga bisa dilihat demand dari untuk pembiayaan. Bagaimana nanti ekonomi akan bertumbuh dengan investasi-investasi yang dilakukan oleh pelaku bisnis,” papar Romy.

Tak hanya Pemilu, dia menilai ada juga tantangan lain yang dihadapi perbankan syariah, yakni kondisi security perekonomian global. Ada bank-bank besar di Amerika Serikat dan Eropa yang mendapat tantangan atau sedang bermasalah. 

Seperti diketahui, beberapa bank seperti Silicon Valley Bank, Signature Bank, hingga Credit Suisse diterpa masalah beberapa pekan lalu. Menurut Romy, bank tak hanya harus growing, tapi growing secara aman. 

Ditanya soal dampak kolapsnya bank-bank di luar negeri terhadap perbankan di Indonesia, Romy menjawab, "Insya Allah saya rasa tidak (berdampak). Tidak hanya perbankan di syariah, tapi juga perbankan di Indonesia secara umum," katanya.

Menurut Romy, perbankan Indonesia sudah sangat prudent. Banyak pembiayaan yang dilakukan matching dengan pendanaan-pendanaan yang ada. 

Selain itu, dia mengatakan, support dari pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Bank Indonesia (BI) juga membantu memastikan iklim perbankan Indonesia tetap solid. 

Tak hanya itu, Romy menilai perbankan Indonesia sudah banyak belajar dari krisis 1998, 2008, hingga sekarang. "Jadi itu membantu membentengi perbankan kita," tuturnya.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini 

Amelia Rahima Sari

Alumnus Antropologi Universitas Airlangga ini mengawali karire jurnalistik di Tempo sejak 2021 lewat program magang plus selama setahun. Amel, begitu ia disapa, kembali ke Tempo pada 2023 sebagai reporter. Pernah meliput isu ekonomi bisnis, politik, dan kini tengah menjadi awak redaksi hukum kriminal. Ia menjadi juara 1 lomba menulis artikel antropologi Universitas Udayana pada 2020. Artikel yang menjuarai ajang tersebut lalu terbit di buku "Rekam Jejak Budaya Rempah di Nusantara".

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus