Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
PT Transjakarta mengantongi pendapatan non-tiket atau non-farebox sebanyak Rp 218,4 miliar.
Direktur Utama Transjakarta Welfizon Yuza berbicara soal keberlanjutan usaha di tengah keberadaan MRT dan LRT.
Transjakarta menargetkan bisa mengoperasikan 100 persen bus listrik pada 2030.
SEPANJANG 2024, PT Transjakarta mengantongi pendapatan non-tiket atau non-farebox sebanyak Rp 218,4 miliar. Angkanya melonjak 3,5 kali lipat dibanding pada dua tahun sebelumnya yang hanya Rp 65 miliar.
Direktur Utama Transjakarta Welfizon Yuza mengatakan capaian ini berkat beragam strategi optimalisasi dan monetisasi aset. Perusahaan merevitalisasi 46 halte, yang tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan layanan publik, tapi juga untuk membuat ruang bagi penyewaan retail hingga iklan.
Selain itu, perusahaan memanfaatkan kekayaan intelektual sebagai sumber pundi pendapatan. "Kami membangun tim untuk mengoptimalkan peluang, misalnya naming right, hak penamaan halte," katanya kepada Tempo, 25 Februari 2025. Contohnya, penamaan Halte Petukangan Utara, yang kini berubah menjadi Petukangan D'Masiv. Grup musik Indonesia tersebut membeli hak penamaan halte Transjakarta pada awal Maret ini.
Menurut Welfizon, Transjakarta akan menggenjot pendapatan dari lini bisnis non-tiket ini. "Kami akan kejar di angka Rp 380 miliar pada tahun ini," ujarnya.
Dalam wawancara berikut, Welfizon membagikan strategi mencapai target tersebut. Ia juga berbagi cerita mengenai target perusahaan berkontribusi pada pengurangan emisi, sertifikasi pengemudi bus, dan kompetisi dengan moda transportasi publik lain.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo