Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Pengertian Ekonomi Hijau, Konsep, Tujuan, dan Manfaatnya

Ulasan lengkap soal ekonomi hijau, dari pengertian, konsep, tujuan, hingga manfaatnya.

14 Juli 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi/Geothermal (PLTP) Geo Dipa, di Dieng, Jawa Tengah. Dok. TEMPO/Aris Andrianto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEMERINTAH memiliki target nol emisi karbon (net zero emission) pada 2060. Untuk mencapai target tersebut, pemerintah memperkirakan kebutuhan biayanya mencapai Rp 28.223 triliun. Sektor transportasi dan energi akan membutuhkan dana terbesar, dengan total sekitar Rp 26.602 triliun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kebutuhan dana yang besar itu perlu didukung dengan penerapan konsep ekonomi hijau. Tujuannya agar pertumbuhan ekonomi dapat selaras dengan pelindungan lingkungan dan kesejahteraan sosial. Lalu, apa sebenarnya yang dimaksudkan dengan ekonomi hijau? Berikut ini pengertian ekonomi hijau, konsep, tujuan, dan manfaatnya.

Pengertian Ekonomi Hijau

Green economy atau ekonomi hijau adalah konsep ekonomi yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan dan kesetaraan sosial masyarakat, sekaligus mengurangi risiko kerusakan lingkungan. Ekonomi hijau juga dapat diartikan sebagai suatu sistem ekonomi yang berusaha mengurangi emisi karbon dan dampak negatif lainnya terhadap lingkungan. Hal itu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya alam secara hemat, mengurangi limbah dan polusi, serta mempromosikan penggunaan energi terbarukan dan teknologi bersih.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Istilah ekonomi hijau pertama kali dicetuskan sekelompok ekonom dalam laporan berjudul "Blueprint for a Green Economy", yang ditujukan kepada pemerintah Inggris pada 1989. Laporan itu berisi saran bagi pemerintah Inggris untuk melakukan pembangunan berkelanjutan.

Istilah ekonomi hijau kembali dimunculkan pada 2008 lewat diskusi kebijakan terhadap berbagai krisis global. Saat itu, United Nations Environment Programme (UNEP) memperjuangkan gagasan "stimulus hijau" dan menentukan area spesifik sebagai wadah investasi publik berskala besar dapat memulai penerapan konsep ekonomi hijau.

Konsep Ekonomi Hijau

Konsep ekonomi hijau tidak dapat dipisahkan dari istilah pertumbuhan hijau dan pembangunan berkelanjutan. Untuk membangun ekonomi hijau dan tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan, dibutuhkan pertumbuhan hijau (green growth) sebagai landasan awal.

Pertumbuhan hijau sendiri mengacu pada pertumbuhan ekonomi yang mengambil tanggung jawab terhadap penggunaan modal alam yang bertanggung jawab, mencegah dan mengurangi polusi, serta menciptakan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan sosial secara menyeluruh.

Lebih lanjut, konsep ekonomi hijau dan pertumbuhan hijau muncul sebagai respons atas kebutuhan untuk mengadopsi pendekatan yang lebih terintegrasi serta komprehensif, dalam menggabungkan faktor sosial dan lingkungan dalam proses ekonomi, dengan tujuan mencapai pembangunan berkelanjutan.

Konsep ekonomi hijau dalam hal transisi energi di Indonesia didukung enam sumber energi terbarukan, yaitu gelombang laut, panas bumi, bioenergi, air, angin, dan panas matahari. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan energi terbarukan. Salah satu langkah yang diambil adalah melalui pembuatan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik.

Konsep ekonomi hijau sebenarnya tidak jauh berbeda dengan konsep ekonomi biru. Perbedaan utama ekonomi hijau dan ekonomi biru terletak pada fokus pembangunan ekonominya. Ekonomi hijau menempatkan fokus pada pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan melibatkan penggunaan sumber daya alam secara bertanggung jawab, pengurangan polusi, dan pemanfaatan energi terbarukan. Sedangkan ekonomi biru lebih difokuskan pada pembangunan ekonomi yang berkelanjutan di sektor kelautan, dengan menekankan pentingnya pelestarian dan pengelolaan ekosistem laut yang berkelanjutan.

Petugas melakukan pemeriksaan instalasi panel surya di Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan

Tujuan Ekonomi Hijau

Program ekonomi hijau bertujuan menciptakan perekonomian Indonesia yang mengutamakan pelindungan lingkungan. Secara rinci, program ini bertujuan melakukan transformasi sistem ekonomi Indonesia menuju ekonomi yang menghasilkan emisi gas rumah kaca yang lebih rendah, sambil tetap mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Terdapat tiga paket kerja utama dalam program ini.

1. Transisi Bahan Bakar Fosil

Transisi bahan bakar fosil bertujuan meningkatkan kewaspadaan dan urgensi untuk beralih dari bahan bakar fosil dalam sistem energi Indonesia. Penerapan transisi bahan bakar juga dapat mendorong pengembangan beberapa sektor ekonomi hijau, seperti energi terbarukan, transportasi berkelanjutan, pertanian organik, dan pariwisata ramah lingkungan.

2. Optimalisasi Efisiensi Energi

Paket kerja ini bertujuan mengoptimalkan penerapan efisiensi energi yang mengarah pada sistem dekarbonisasi energi Indonesia, serta mempromosikan penggunaan energi terbarukan. Langkah-langkah dalam program ini antara lain penerapan teknologi energi bersih, investasi dalam infrastruktur energi terbarukan, dan peningkatan kesadaran akan pentingnya efisiensi energi.

3. Mitigasi Perubahan Iklim

Paket kerja selanjutnya adalah mitigasi perubahan iklim untuk memperkuat kebijakan mitigasi perubahan iklim dalam negeri. Paket kerja ini berkaitan dengan upaya mengurangi polusi dan dampak lingkungan negatif dari sektor industri.

Manfaat Ekonomi Hijau

Selain untuk melindungi lingkungan, ekonomi hijau memiliki manfaat luas di berbagai aspek. Berikut ini penjelasan mengenai manfaat-manfaat tersebut.

1. Peningkatan Lapangan Pekerjaan

Investasi dalam ekonomi hijau diperkirakan mampu menciptakan lapangan kerja 7-10 kali lipat lebih banyak dibanding investasi konvensional. Hal ini terjadi karena sektor-sektor hijau cenderung menggunakan lebih banyak tenaga kerja manusia alias padat karya.

2. Pengurangan Limbah

Ekonomi hijau berkontribusi dalam mengurangi limbah, dengan estimasi penurunan 18-52 persen dibanding bisnis konvensional. Hal ini berdampak penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 126 juta ton karbon dioksida.

3. Ketahanan Pangan Lebih Stabil

Ekonomi hijau berdampak positif terhadap ketahanan pangan nasional. Dengan menerapkan prinsip-prinsip green economy, perubahan iklim yang dapat berdampak negatif terhadap hasil pertanian dan kelautan dapat dicegah sehingga ketahanan pangan menjadi lebih stabil.

4. Peningkatan Produk Domestik Bruto Indonesia

Selain membuka lapangan kerja baru, ekonomi hijau berpotensi meningkatkan produk domestik bruto (PDB) Indonesia secara signifikan. Berdasarkan kajian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, penerapan ekonomi hijau dapat meningkatkan PDB Indonesia sekitar Rp 593 triliun hingga Rp 638 triliun pada 2030.

RIZKI DEWI A.

Masuk untuk melanjutkan baca artikel iniBaca artikel ini secara gratis dengan masuk ke akun Tempo ID Anda.
  • Akses gratis ke artikel Freemium
  • Fitur dengarkan audio artikel
  • Fitur simpan artikel
  • Nawala harian Tempo
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus