Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Berita Tempo Plus

Penjualan Terkerek Setelah Stimulus

Insentif PPN memberikan dampak positif terhadap sektor properti. REI mencatat pertumbuhan penjualan sebesar 15 persen pada periode Maret-Mei 2021 jika dibanding periode tiga bulan sebelumnya. Insentif yang seharusnya berakhir pada Agustus ini pun diperpanjang hingga Desember 2021.

12 Agustus 2021 | 00.00 WIB

Foto udara pembangunan perumahan di Babelan, Bekasi, Jawa Barat. Tempo/Tony Hartawan
Perbesar
Foto udara pembangunan perumahan di Babelan, Bekasi, Jawa Barat. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • Penjualan properti tumbuh 15 persen pada periode Maret-Mei 2021.

  • Penjualan rumah susun menurun akibat sentimen Covid-19.

  • Pendapatan kelas menengah relatif tidak terkena dampak pandemi secara signifikan.

JAKARTA - Insentif pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPN DTP) memberikan dampak positif terhadap sektor properti. Real Estate Indonesia (REI) mencatat pertumbuhan penjualan sebesar 15 persen pada periode Maret-Mei 2021 jika dibanding periode tiga bulan sebelumnya. Insentif yang seharusnya berakhir pada Agustus ini pun diperpanjang hingga Desember 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

"Meskipun penjualan pada Juni-Juli sempat turun karena ada penurunan stok, kami menargetkan pertumbuhan pada tahun ini bisa mencapai 20 persen asalkan tidak ada gelombang ketiga Covid-19," tutur Ketua Umum REI Paulus Totok Lusida kepada Tempo, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Totok berujar, perpanjangan pemberian insentif ini bisa memberi kesempatan kepada masyarakat yang tidak sempat membeli hunian akibat pasokan yang menipis. Menurut dia, pengembang berupaya memanfaatkan momentum perpanjangan insentif dengan menggenjot penjualan dan produksi. Pengembang bisa menawarkan rumah inden karena masih memiliki waktu untuk menyiapkan pasokan.

Selain itu, Totok berujar, pengembang menggenjot penjualan rumah susun yang peminatnya sedikit menurun akibat sentimen penularan Covid-19. Menurut Totok, struktur rumah susun yang terlalu berdekatan dan penggunaan fasilitas bersama membuat minat masyarakat sedikit turun. "Setelah masyarakat sudah melihat penerapan protokol kesehatannya, minat sedikit naik. Ini sedang digenjot," kata dia.

Saat ini, Totok menuturkan, omzet penjualan properti sudah mencapai Rp 20 triliun dengan nilai total PPN yang sudah ditanggung pemerintah sebesar Rp 2 triliun. Menurut dia, target pemerintah dalam insentif sektor properti ini mencapai Rp 4 triliun. Apabila omzet mencapai Rp 40 triliun, efek ganda sudah bisa dirasakan oleh sektor pendukung.

"Pertumbuhan bukan hanya dirasakan oleh sektor properti. Dengan efek berantai, manfaatnya bisa dirasakan oleh industri lain seperti industri semen dan besi," tutur Totok.

Pembangunan rumah bersubsidi di Babelan, Bekasi, Jawa Barat. Tempo/Tony Hartawan

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia, Mohammad Solikin, menilai kebijakan insentif PPN kurang tersosialisasi. Meski begitu, Asosiasi Pengembang mencatat pertumbuhan penjualan sebesar 12 persen.

Menurut dia, kelompok yang paling merasakan manfaat insentif PPN adalah pengembang yang memiliki stok siap jual. Untuk membangun rumah baru, kata dia, pengembang menghadapi kendala harga bahan bangunan yang sudah naik sekitar 20 persen, seperti besi dan baja ringan.

"Untuk mendorong penjualan, kami memperbanyak promo dan menawarkan fasilitas perumahan yang lebih milenial, smarthome system, listrik di bawah tanah, tempat ibadah, olahraga, dan taman," tutur Solikin.

Solikin menambahkan, pemberlakuan pembatasan aktivitas membuat pengembang kesulitan memaksimalkan penjualan hingga akhir tahun akibat adanya kendala perizinan, distribusi, hingga pembiayaan. Selain insentif PPN, ia meminta pemerintah memberikan subsidi bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.

Sekretaris Perusahaan PT Ciputra Development Tbk, Tulus Santoso,  berujar insentif PPN DTP sektor properti telah memberikan dampak positif terhadap kinerja penjualan perusahaan. Ciputra  sukses mendongkrak penjualan hingga 78 persen pada semester pertama tahun ini dibanding periode yang sama tahun lalu.

"Saat ini kami berfokus menjual rumah-rumah yang tersedia sampai Desember 2021, sehingga pembeli bisa memanfaatkan PPN DTP. Diperkirakan tren pertumbuhan akan berlanjut sampai akhir tahun," tutur Tulus.

Sekretaris Perusahaan PT Intiland Development Tbk, Theresia Rustandi, menyebutkan perusahaan juga memberikan sejumlah tambahan kemudahan penjualan, baik dari sisi harga, program promosi, maupun berbagai hadiah langsung untuk mengungkit permintaan konsumen. Pada semester I tahun ini, Intiland membukukan penjualan Rp 943 miliar atau meningkat 174,6 persen dari periode sama tahun lalu.

"Tren ini memberikan optimisme bagi kami untuk mampu meningkatkan penjualan hingga mencapai target marketing sales tahun ini sebesar Rp 2 triliun," ujar Theresia.

Emiten properti PT Triniti Dinamik Tbk juga optimistis penjualan perseroan sepanjang 2021 mampu tumbuh sekitar 10-15 persen dibanding tahun sebelumnya. Presiden Direktur Triniti Dinamik, Samuel Stepanus Huang, berujar optimisme tersebut muncul seiring dengan kemampuan penyaluran apartemen yang sudah dibangun tepat waktu kepada konsumen. "Selain itu, pertumbuhan didukung oleh kabar perpanjangan insentif PPN hingga Desember 2021," kata Samuel.

Kementerian Keuangan memperpanjang pemberian fasilitas PPN DTP atas properti sampai Desember 2021 untuk mendorong investasi perumahan di kalangan kelas menengah. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, menilai pendapatan kelas menengah relatif tidak terkena dampak pandemi secara signifikan, tapi pengeluarannya terkena dampak kebijakan pembatasan aktivitas.

Pada triwulan II 2021, produk domestik bruto dari sektor jasa real estat mampu tumbuh 2,82 persen atau lebih tinggi dari triwulan sebelumnya, yang 0,94 persen. Sedangkan sektor jasa konstruksi tumbuh 4,42 persen atau meningkat dari minus 0,79 persen di triwulan I 2021.

Adapun kredit konsumsi tumbuh positif pada Mei sebesar 1,3 persen dan Juni 1,9 persen setelah lima bulan sebelumnya tumbuh negatif karena didorong oleh kredit hunian yang meliputi rumah tinggal, flat, dan apartemen dengan kontribusi sekitar 33 persen. Kemudian, pertumbuhan penanaman modal tetap bruto pada triwulan II 2021 sebesar 7,54 persen didukung oleh pertumbuhan bangunan sebagai kontributor utama pertumbuhan investasi.

Peningkatan aktivitas investasi ini sejalan dengan tren positif pertumbuhan konsumsi semen sebesar 13,3 persen, volume impor besi dan baja 44 persen, serta impor barang modal 29,1 persen. "Pemberian berbagai insentif terkait properti tidak hanya untuk mendorong investasi dan konsumsi masyarakat, namun juga penyerapan tenaga kerja," tutur Febrio.

LARISSA HUDA | ANTARA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus