Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual, menilai rencana implementasi rupiah digital oleh Bank Indonesia (BI) akan berpengaruh terhadap pertumbuhan perekonomian. Menurut dia, rupiah digital akan mendorong kemudahan bertransaksi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Transaksi makin mudah dan efisien dengan rupiah digital. Peredaran uang akan meningkat, sehingga ini akan menambah pertumbuhan ekonomi," katanya ketika dihubungi Tempo pada Jumat, 1 Maret 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
David menambahkan, kemudahan transaksi akan mengerek konsumsi rumah tangga. Jika konsumsi rumah tangga suatu negara tumbuh tinggi, maka akan melecut investasi.
"Di sinilah akhirnya pertumbuhan ekonomi akan tersundut," kata dia.
Meskipun rupiah digital nantinya telah berlaku, namun kata David, uang kertas dan logam pasti akan terus ada.
"Dari sisi porsinya cenderung turun, tapi tidak akan hilang sama sekali," ucap dia.
Untuk dampak jangka panjang, kata David, rupiah digital bisa menyokong bantuan fiskal sampai di tangan penerima yang tepat. Misalnya penyaluran bantuan langsung tunai atau BLT. BLT dapat disalurkan lebih tepat sasaran dan langsung kepada orang bersangkutan.
"Sehingga, meminimalisir korupsi oleh oknum," ujar David.
Dampak berikutnya adalah membuat kedaulatan rupiah makin terjaga. Mengingat era digitalisasi sekarang, berbagai aset digital telah bermunculan. Dengan adanya rupiah digital, menurut David, makin memantapkan penggunaan rupiah sebagai satu-satunya alat pembayaran yang sah.
Kemudian, efektivitas kebijakan moneter juga diproyeksikan semakin baik, karena seluruh transaksi akan tercatat.
"Ini juga menghindari masalah kriminal seperti penghindaran pajak, pencucian uang, dan lain-lain," ujarnya.
Sebelumnya, Deputi Gubernur BI, Juda Agung, mengatakan bahwa Bank Indonesia masih menguji coba sistem rupiah digital secara internal. Dia menyebut, nantinya uang digital tersebut akan menggantikan uang kertas dan uang logam.
“Masih simulasi, tahapan conceptual proof design. Nanti uang digital akan menggantikan fiat money (uang kertas dan logam). Tentunya secara bertahap,” katanya dalam agenda CNBC Economic Outlook 2024 pada Kamis, 29 Februari 2024.
BI mengembangkan sistem rupiah digital melalui Proyek Garuda sejak Juli 2023. Proyek ini merupakan inisiatif yang memayungi eksplorasi desain uang digital bank sentral atau Central Bank Digital Currency (CBDC) atau yang disebut rupiah digital ini. Proyek Garuda akan dikembangkan sekitar satu setengah tahun ke depan.
David mengatakan, mungkin perlu waktu 3 sampai 4 tahun ke depan hingga rupiah digital benar-benar berlaku. Dia memberikan catatan kepada BI dalam pengembangan rupiah digital ini.
"Perlu juga diperhatikan dari sisi teknologi yang efisien dan kompatibel dengan sektor perbankan secara biaya, skalabilitas, dan efisiensi."
ANNISA FEBIOLA | DEFARA DHANYA PARAMITHA
Pilihan Editor: Maret Mulai Panen Padi, Pengamat Ragu Bisa Turunkan Harga Beras