Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Pertamina Olah Minyak Kelapa Sawit Jadi Bahan Bakar Ramah Lingkungan

Pertamina berupaya mengembangkan sumber energi baru ramah lingkungan.

28 Desember 2018 | 06.01 WIB

Pertamina Investasi Energi Terbarukan Rp 53 Triliun
Perbesar
Pertamina Investasi Energi Terbarukan Rp 53 Triliun

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pertamina berupaya mengembangkan sumber energi baru ramah lingkungan. Salah satunya adalah implementasi pengolahan minyak kelapa sawit atau crude palm oil menjadi green fuel, seperti green gasoline atau green diesel.

BACA: Pertamina Tambah Pasokan Elpiji untuk Wilayah Terdampak Tsunami

Direktur Pengolahan Pertamina Budi Santoso Syarif menjelaskan, proses pengolahan CPO dilakukan di fasilitas Residual Fluid Catalytic Cracking Unit (RFCCU) yang berada di kilang Pertamina Plaju, berkapasitas 20 MBSD (ribu barel stream per hari). Adapun CPO yang digunakan adalah jenis yang telah diolah dan dibersihkan getah serta baunya atau dikenal dengan nama Refined Bleached Deodorized Palm Oil atau RBDPO.

Budi mengatakan RBDPO tersebut kemudian dicampur dengan sumber bahan bakar fosil di kilang dan diolah dengan proses kimia sehingga menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan. "Pencampuran langsung CPO dengan bahan bakar fosil di kilang ini secara teknis lebih sempurna dengan proses kimia, sehingga menghasilkan bahan bakar bensin dengan kualitas lebih tinggi karena nilai octane mengalami peningkatan,” kata Budi di Double Three Hotel, Jakarta, Kamis, 27 Desember 2018.

BACA: Usai Tsunami, Pertamina dan PLN Upayakan Pasokan Energi Lancar

Menurut dia, sejak awal Desember 2018, Refinery Unit atau RU III Plaju telah mampu mengolah CPO menjadi green gasoline dan green LPG dengan teknologi co-processing. Yakni menggabungkan sumber bahan bakar alami dengan sumber bahan bakar fosil untuk diproses di dalam kilang sehingga menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan.

Budi mengatakan hasil implementasi co-processing tersebut telah menghasilkan Green Gasoline Octane 90 sebanyak 405 MB per bulan atau setara 64.500 kilo liter per bulan dan produksi green LPG sebanyak 11 ribu ton per bulan.

“Upaya ini sangat mendukung pemerintah dalam mengurangi penggunaan devisa, dimana Pertamina bisa menghemat import crude sebesar 7,36 ribu barel per hari atau dalam setahun menghemat hingga US$ 160 juta,” kata dia. "Kalau ketiga kilang Plaju Balongan, dan Cilacap menerapkan itu, proyeksi penghematan devisanya adalah US$ 500 juta per tahun".

Lebih lanjut Budi mengatakan pengolahan CPO secara co-processing di kilang telah memberikan kontribusi positif bagi perusahaan dan negara. Inovasi anak bangsa ini telah diuji coba dan memberikan hasil yang membanggakan baik dari kualitas produk, hasil yang ramah lingkungan serta berpotensi mengurangi impor minyak mentah.

“Tingkat kandungan dalam negeri atau TKDN sangat tinggi, karena CPO yang diambil bersumber dari dalam negeri, transaksi yang dilakukan dengan rupiah sehingga mengurangi defisit anggaran negara, serta hasil bahan bakar ramah lingkungan,” ujar Budi.

Ke depan, kata Budi, langkah ini akan diikuti di kilang lainnya yakni di RU Cilacap, Balongan dan Dumai serta akan diperluas untuk jenis bahan bakar lainnya, baik green diesel atau bahan bakar solar maupun green avtur. "Pertamina bahkan sudah melakukan riset untuk menciptakan katalis buatan dalam negeri yang dapat digunakan untuk proses tersebut," kata dia.

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus