Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Di Bawah Ancaman Kontraksi Ekonomi

Dipengaruhi oleh pembatasan aktivitas serta ekonomi Ramadan dan Idul Fitri.

23 April 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Calon penumpang menaiki bus sebelum berlakunya larangan mudik di Terminal Bayangan, Kampung Rambutan, Jakarta, 19 April 2021. TEMPO/Subekti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Perekonomian domestik masih sulit keluar dari zona kontraksi.

  • Pertumbuhan ekonomi dalam tiga bulan pertama tahun ini hampir pasti berada di zona negatif.

  • Kans perbaikan terbuka pada periode April-Juni 2021.

JAKARTA — Banyak pihak berharap laju perekonomian Indonesia bisa segera berlari kencang. Tapi pertumbuhan ekonomi pada paruh pertama tahun ini diproyeksi masih akan berada di teritori negatif.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE), Yusuf Rendy Manilet, menuturkan terdapat dua faktor utama penyebab perekonomian domestik masih sulit keluar dari zona kontraksi. Pertama, adanya kebijakan pembatasan mobilitas seperti PPKM mikro hingga larangan mudik yang mempengaruhi tingkat kepercayaan konsumen pada awal tahun ini. “Faktor kedua adalah sejumlah pos bantuan pemerintah, seperti subsidi gaji, kini tidak disalurkan lagi, sehingga berdampak pada konsumsi rumah tangga,” ujarnya, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemerintah perlu melakukan upaya terobosan dan akselerasi untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi bergulir lebih cepat, di antaranya percepatan penyaluran bantuan sosial dan penyerapan program-program prioritas pemulihan ekonomi nasional. “Setidaknya ini bisa menahan daya beli kelompok masyarakat kelas menengah ke bawah agar tidak terjerembab, sehingga sulit bangkit,” kata Yusuf.

Upaya pengendalian pandemi Covid-19 juga perlu menjadi perhatian pemerintah. Sebab, indikator ini sangat berpengaruh pada konsumsi masyarakat kelas menengah ke atas. Aktivitas konsumsi kelas masyarakat tersebut sangat peka terhadap perkembangan kasus Covid-19 dan pergerakan mobilitas serta aktivitas ekonomi.

Teknisi mempersiapkan pameran otomotif Indonesia International Motor Show (IIMS) Hybrid 2021 di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, 14 April 2021. TEMPO/Tony Hartawan

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan pertama tahun ini hampir pasti masih berada di zona negatif. Pasalnya, pada periode Januari dan Februari, upaya pemulihan ekonomi masih bersifat terbatas dan belum signifikan terasa dampaknya. “Ekspektasi kami, pertumbuhan masih akan terkontraksi di kisaran minus 2 sampai minus 1 persen,” ujarnya. Jika dibandingkan dengan kuartal I 2020, perekonomian masih tumbuh positif 2,97 persen.

Namun kans perbaikan terbuka pada periode April-Juni 2021, meski masih bersifat terbatas. Sentimen pengendalinya adalah pelbagai stimulus pemerintah yang baru akan terasa dampaknya pada kuartal ini, terutama di sektor otomotif dan properti. Sebagaimana diketahui, pemerintah sejak Maret lalu telah memberikan stimulus berupa diskon pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) untuk kendaraan bermotor dan perumahan berdasarkan kriteria tertentu. “Sektor-sektor ini memiliki kontribusi yang cukup besar untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi,” ucap Josua.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengamini perihal masih beratnya kondisi perekonomian pada awal 2021. Walhasil, pemerintah memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal I 2021 masih terkontraksi minus 1 persen sampai minus 0,1 persen. “Kami sebenarnya berharap bisa mencapai zona netral.” Adapun hingga akhir Maret 2021, Kementerian Keuangan mencatat pola rebound atau pembalikan ke zona positif mulai terlihat dari sejumlah indikator perekonomian.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. TEMPO/Tony Hartawan

Menurut Sri Mulyani, hal itu didukung oleh peningkatan konsumsi yang diproyeksi terus menguat dan membaik pada kuartal II 2021. Perbaikan, antara lain, tampak pada indeks penjualan retail yang naik ke level 182,3 serta indeks keyakinan konsumen ke level 93,4.

“Aktivitas ekonomi saat Lebaran bagaimanapun berpotensi lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu. Saat itu perekonomian kita sedang berada titik kontraksi terdalam,” ucapnya.

Konsumsi masih menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi. Peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat hingga akhir Maret 2021 terjadi pada sektor makanan dan minuman, transportasi, informasi dan telekomunikasi, pakaian, perlengkapan rumah tangga, serta hiburan atau rekreasi. “Pemulihan diprediksi terus berlanjut dengan catatan kasus Covid-19 tetap bisa dikendalikan, upaya vaksinasi berjalan lancar, dan masyarakat patuh pada protokol kesehatan.”

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Ghoida Rahmah

Ghoida Rahmah

Bergabung dengan Tempo sejak Agustus 2015, lulusan Geografi Universitas Indonesia ini merupakan penerima fellowship Banking Journalist Academy batch IV tahun 2016 dan Banking Editor Masterclass batch I tahun 2019. Pernah menjadi juara Harapan 1 Lomba Karya Jurnalistik BPJS Kesehatan di 2016 dan juara 1 Lomba Karya Jurnalistik Kategori Media Cetak Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tahun 2021. Menjadi Staf Redaksi di Koran Tempo sejak 2020.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus