Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

PLN Kembangkan Co-Firing PLTU dengan Biomassa

Pemerintah menyiapkan regulasi untuk membantu implementasi pemanfaatan biomassa sebagai pengganti batu bara.

23 Januari 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pembangkit Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya, Cilegon, Banten. Dok Tempo/Dasril Roszandi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • PLN akan meningkatkan porsi biomassa menjadi 10-20 persen.

  • Ketersediaan biomassa masih menjadi salah satu kendala.

  • PLN menggandeng PT Perkebunan Nusantara dan Perum Perhutani untuk memenuhi kebutuhan biomassa.

JAKARTA – PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) mengejar target pemanfaatan biomassa jenis tanaman energi atau sampah sebagai sumber energi tambahan pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Hingga 2024 mendatang, perusahaan berharap dapat menerapkan co-firing di 52 pembangkit berbahan bakar batu bara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Direktur Megaproyek PLN Ikhsan Asaad menuturkan perusahaan melakukan uji coba sejak 2019. Tahun lalu, percobaan dilakukan di 29 PLTU PLN. "Ada enam lokasi yang sudah mengimplementasikan co-firing," ujarnya, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Keenam pembangkit tersebut adalah PLTU Paiton 1-2 dan Pacitan, Jawa Timur; PLTU Jeranjang, Nusa Tenggara Barat; PLTU Suralaya 1-4, Banten; serta PLTU Sanggau dan PLTU Ketapang, Kalimantan Barat. PLN mengganti 1-5 persen batu bara dengan sumber energi lain, di antaranya wood pellet, sawdust, solid recovered fuel, cangkang sawit, dan sekam padi.

Tahun ini, PLN menargetkan implementasi co-firing di 17 PLTU lainnya. Jumlahnya akan ditingkatkan bertahap hingga tiga tahun ke depan. PLN juga akan meningkatkan porsi biomassa menjadi 10-20 persen. Di beberapa negara, seperti Jepang dan Korea Selatan, penggunaan biomassa sudah mencapai 100 tahun.

Ikhsan menyebutkan salah satu kendala realisasi target ini adalah ketersediaan biomassa. Dengan penggunaan biomassa sebesar 5 persen di 52 PLTU, PLN butuh pasokan 9-12 juta ton per tahun. Perseroan mengatasinya dengan mengajak PT Perkebunan Nusantara dan Perum Perhutani bekerja sama guna memenuhi kebutuhan tersebut.

Kawasan PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Paiton di Paiton, Probolinggo, Jawa Timur. TEMPO/Aris Novia Hidayat

Direktur Utama PTPN III, Mohammad Abdul Ghani, menyatakan siap memasok bahan baku untuk program co-firing tersebut. Di Sumatera Utara, perusahaan mampu memproduksi 2,5 juta ton tandan kosong tiap tahun. "Untuk tahun ini, kami siap memasok hingga 500 ribu ton," ujarnya. Holding BUMN perkebunan ini menanti pembahasan mendetail untuk pengadaannya dengan PLN secepatnya.

Direktur Utama Perum Perhutani Wahyu Kuncoro menyatakan siap membuka lahan untuk menanam tanaman energi di sekitar PLTU. "Kami coba menanam berdasarkan kedekatan dengan PLTU untuk dapat memasok ke PLTU tersebut nantinya," tutur dia.

Wahyu menuturkan Perhutani merintis bisnis biomassa sejak 2013. Potensi bisnis itu terus berkembang seiring dengan tren peralihan ke energi bersih. Perhutani berencana mengembangkan kluster 70 ribu tanaman energi hingga 2024 di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Dia memperkirakan, pada 2022 mendatang, perusahaan bisa memproduksi 40 ribu ton per tahun dan mencapai 400 ribu ton pada 2024.

Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini berharap nota kesepahaman di antara ketiga perusahaan pelat merah ini bisa segera terealisasi. Program co-firing dapat membantu percepatan pengalihan energi bersih. Pemerintah menargetkan bauran energi baru dan terbarukan mencapai 23 persen pada 2025.

Program co-firing, menurut Zulkifli, merupakan salah satu yang paling mudah dilakukan lantaran perusahaan tak membutuhkan belanja modal yang tinggi. "Tidak perlu capital expenditure untuk membangun pembangkit baru. Kita bisa menggunakan pembangkit yang ada," ujarnya.

PLTU 1 Pacitan, Jawa Timur. ANTARA/Puspa Perwitasari

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, menyatakan pemerintah siap mendukung program co-firing di PLTU. Salah satunya melalui penyusunan Peraturan Menteri ESDM perihal tata kelola dan pengusahaan co-firing biomassa.

Kementerian juga mempersiapkan standardisasi bahan bakar pelet biomassa ataupun bahan bakar jumputan padat. "Rancangan standar nasional Indonesia (SNI) sudah selesai disusun, sekarang sedang dalam tahap proses di Badan Standardisasi Nasional," kata Dadan. Dia berharap kedua SNI terbit pada akhir bulan ini.

Kementerian ESDM menargetkan penggunaan biomassa dapat terus meningkat. Hingga 2025, Dadan berharap persentase co-firing pada PLTU minimal 5 persen untuk tipe boiler PC, 5 persen untuk tipe boiler CFB, serta 25 persen untuk tipe boiler stoker.

VINDRY FLORENTIN


KT-Infografis-Bisnis 5.2 PLTU Biomassa

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus