Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

PLTS 2.000 Megawatt Siap Dibangun di Pulau Sumba NTT

Bappenas sedang mengkaji lokasi pembangunan PLTS 2.000 MW di Sumba, NTT.

6 Juni 2021 | 11.59 WIB

Panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) seluas 41 meter x 40 meter terlihat dari atas di pondok pesantren Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Wali Barokah di Kota Kediri, Jawa Timur, 16 Mei 2019. Penggunaan panel surya (solar cell) seluas 41 meter x 40 meter menghasilkan daya sebesar 220.000 watt per hari untuk memenuhi kebutuhan empat ribu santri dan ke depan dapat dioptimalkan untuk memproduksi daya lebih dari 1 juta watt. ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani
Perbesar
Panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) seluas 41 meter x 40 meter terlihat dari atas di pondok pesantren Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Wali Barokah di Kota Kediri, Jawa Timur, 16 Mei 2019. Penggunaan panel surya (solar cell) seluas 41 meter x 40 meter menghasilkan daya sebesar 220.000 watt per hari untuk memenuhi kebutuhan empat ribu santri dan ke depan dapat dioptimalkan untuk memproduksi daya lebih dari 1 juta watt. ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan kapasitas 2000 Megawatt (MW) bakal dibangun di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Saat ini, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sedang mengkaji lokasi untuk pengembangan tahap awal pembangkit ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Selain itu, kajian juga mencakup pembangunan transmisi high-voltage dan direct current (HVDC) 500 kilovolt dari Sumba ke Jawa. Menurut Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) seperti ini diharapkan dapat memberikan multiplier effect pada lapangan kerja, ekonomi, dan investasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Khususnya pada sektor pariwisata yang tengah tumbuh sangat cepat di NTT,” kata Suharso dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu, 5 Juni 2021, usai bertemu dengan Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor Laiskodat.

Bappenas mencatat NTT saat ini merupakan salah satu yang provinsi dengan rasio elektrifikasi terendah di Indonesia, yaitu 86,81 persen. Padahal, NTT memiliki
potensi sumber energi terbarukan seperti matahari, angin, serta arus laut yang besar, hingga 25.000 MW.

Di NTT, Bappenas mencatat Pulau Sumba pun memiliki potensi energi surya yang tinggi, terutama di sebelah utara, timur, dan selatan. Menurut Bappenas, iradiasi tertinggi sebesar 4,81–5,50 kilowatt per meter persegi.

Sehingga, lokasi ini dipilih jadi tempat pengembangan PLTS tersebut. Saat ini, Pemerintah NTT juga telah berkomitmen untuk mempersiapkan lahan seluas 50.000 hektare sebagai lokasi pembangunan pembangkit skala besar ini.

Secara umum, Suharso pun menjelaskan tahap pemgembangan energi bersih di NTT. Jangka pendek yaitu mengganti Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) menjadi PLT EBT selama 3-4 tahun ke depan.

Jangka panjang yaitu melakukan konsolidasi proyek-proyek EBT di NTT. Tujuannya agar proyek ini dapat terintegrasi ke jaringan smart NTT-Jawa dan ekspor EBT ke Nusa Tenggara Barat, Bali, dan Jawa Timur.

Fajar Pebrianto

Meliput isu-isu hukum, korupsi, dan kriminal. Lulus dari Universitas Bakrie pada 2017. Sambil memimpin majalah kampus "Basmala", bergabung dengan Tempo sebagai wartawan magang pada 2015. Mengikuti Indo-Pacific Business Journalism and Training Forum 2019 di Thailand.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus