Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menurunkan target penjualan kendaraan otomotif tahun 2024 dari 1 juta unit mejadi 850.000 unit. Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara mengatakan, kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) dari 11 persen menjadi 12 persen menjadi tantangan bagi industri otomotif yang tengah lesu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Tiap kenaikan pajak konsekuensinya terjadi penurunan penjualan mobil. Data empiris mengatakan seperti itu,” ujarnya dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu, 23 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, Kukuh menyebut, dampak kenaikan PPN menjadi 12 persen ini juga diperdalam dengan daya beli masyarakat yang menurun.
Adapun, penurunan target penjualan ini, kata Kukuh akan berdampak besar pada industri otomotif. Sebab, industri otomotif terdiri dari sebuah ekosistem dari hulu hingga hilir.
Lebih lanjut, Kukuh juga mengatakan, pengurangan produktivitas ini juga dapat memperbesar potensi pengurangan karyawan. “Yang jelas produsen akan mengurangi produktivitas, yang pada akhirnya berdampak terhadap pengurangan sumberdaya manusia,” kata dia.
Sebelumnya, Ketua Gabungan Industri Kandaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiarto pesimistis target penjualan 1 juta unit mobil hingga akhir tahun bakal tercapai.
“Berat memang (untuk mencapai penjualan 1 juta kendaraan). Paling-paling kalau lihat angka sampai dengan bulan Agustus ini saya perkirakan nggak sampai 1 juta. Tapi coba kita tunggu dulu,” kata Jongkie saat dihubungi Tempo melalui sambungan telepon pada Selasa, 24 September 2024.
Jongkie menyatakan bahwa saat ini memang ada kenaikan penjualan kendaraan, tapi angkanya kecil sekali dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. “Kenaikannya dari bulan ke bukan paling hanya 1 atau 2 persen,” ujarnya.
Kondisi seperti ini, kata Jongkie, berimbas buruk terhadap industri otomotif di Indonesia. Industri otomotif yang terdiri dari berbagai sektor mulai dari komponen otomotif hingga retail, mengalami penurunan produk yang cukup parah.
“Di bagian penjualan, di dealer biasanya bisa jual 5 mobil sebulan, sekarang hanya bisa 3 kan income-nya turun. Belum lagi perusahaan asuransi, leasing, perbankan. Dampaknya luas. Domino,”ujarnya.
Meski demikian, Jongkie menyatakan bahwa hingga saat ini ia belum menerima laporan adanya perusahaan yang melakukan pengurangan jumlah karyawam atau pemutusan hubungan kerja. Namun, ia tak memungkiri, turunnya penjualan yang berimbas pada pengurangan produksi produk otomotif berpengaruh cukup signifikan terhadap kondisi perekonomian industri otomotif serta sektor-sektor terkait.
Gaikindo telah berupaya untuk meminta bantuan kepada pemerintah untuk mengatasi masalah ini dengan memberikan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP). Namun, permohonan tersebut ditolak oleh Kementerian Keuangan. “Saat itu ditolak. Katanya sudah tidak ada lagi insentif yang bisa diberikan. Ya sudah, kita mau ngomong gimana lagi, dong?” ucap Jongkie.