Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Pertanian atau Wamentan Sudaryono menceritakan bagaimana Presiden Prabowo Subianto rajin menanyakan pencapaian realisasi harga gabah petani dan target serapan Bulog. Presiden ke-8 Indonesia itu menaikkan harga gabah kering petani (GBK) menjadi Rp 6.500 per kilogram.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Setiap hari kami ditanya langsung oleh Bapak Presiden. Tidak hanya Pak Menteri Pertanian, saya juga setiap hari ditanya bagaimana pergerakan harga gabah dan target serapan Bulog," kata Sudaryono dalam rapat koordinasi Teritorial Mabes TNI di Jakarta, pada Rabu, 19 Februari 2025. Ia menekankan bahwa harga gabah harus dijaga minimal Rp 6.500 per kilogram, sesuai dengan kebijakan Prabowo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sudaryono mengatakan terdapat fluktuasi harga gabah petani, padahal menurutnya harga itu tidak boleh jatuh.
"Jika harga anjlok, petani akan merugi dan dampaknya bisa mengganggu produksi musim tanam berikutnya," ujarnya. Ia juga menyebut Bulog maupun pengusaha penggilingan padi dibolehkan menghargau lebih tinggi.
Namun, jika dibeli lebih rendah ia tidak memperbolehkan. "Ini aturan yang sudah ditetapkan Presiden," ucapnya. Sebagai Ketua Dewan Pengawas Bulog, Sudaryono juga wajib melaporkan serapan perusahaan pelat merah itu yang ditarget mencapai 2 sampai 3 juta ton pada 2025. Hingga 16 Februari 2025, Bulog mencatat sebanyak 91.964 ton beras telah diserap, atau setara dengan 3,07 persen dari target.
Sudaryono pun menggandeng TNI untuk memastikan implementasi pembelian gabah petani sesuai harga pembelian pemerintah (HPP) dan tercapainya target serapan Bulog. Ia menyampaikan peran TNI sebagai pengawal kebijakan yang sangat dibutuhkan agar tidak ada yang membeli gabah di bawah ketentuan.
Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) itu mengklaim keterlibatan TNI selama ini sudah terbukti memberi dampak positif dalam sektor pertanian, baik dari segi peningkatan produksi melalui program pompanisasi, optimalisasi lahan, dan pencetakan sawah, maupun dalam menjaga kestabilan harga pasca panen.
"TNI bukan hanya mitra, tetapi juga mata, telinga, dan corong keberhasilan program pertanian kita. Kalau TNI sudah turun tangan, semua bisa beres. Mari kita perkuat sinergi ini agar petani semakin sejahtera dan Indonesia bisa mencapai swasembada pangan lebih cepat,” ucap Sudaryono.
Pilihan Editor: Rupiah Ditutup Melemah Rp 16.338 per Dolar AS