KENDATI permintaan pada udang merosot, kesenangan orang Jepang pada hasil laut tidaklah berkurang. Baru-baru ini mereka mengimpor cakalang -- sejenis ikan yang dagingnya oleh Jepang dibuat dendeng. Hal itu terjadi Kamis pekan lalu, ketika Puskud Mina Lestari Ja-Tim mengekspor 22,5 ton cakalang, senilai 25.000 dolar. Ini sudah lumayan, apalagi di Indonesia, cakalang hanya dihargai Rp 300 per kilo. Sementara itu, Mina menjualnya 1,11 dolar atau sekitar Rp 1.975 per kilogram. Lebih mahal enam setengah kali lipat. Hanya ada syaratnya. Pembeli Jepang menuntut, cakalang itu beratnya harus di atas dua kilogram, dan kulitnya tidak rusak. Agak repot, memang. Soalnya, 500-an nelayan yang memasok Mina Lestari sampai saat ini masih memakai jaring -- hingga sebagian besar ikan pasti rusak kulitnya. Terpaksa Mina menaikkan harga pembeliannya menjadi Rp 800 per kilogram. "Soalnya ikan yang kulitnya tidak rusak hanya bisa ditangkap dengan pancing," kata S. Soetarno, Manajer Mina Lestari. Di samping itu, pesanan 300 ton per bulan dari Jepang juga agak sukar dipenuhi. Sebab, di masa panen April-Desember, hanya bisa diperoleh 200 ton cakalang per bulan. Di luar musim, paling banter di bawah 100 ton. Biarpun sulit, Mina tetap akan melanjutkan bisnis cakalangnya dengan mengkoordinir para nelayan. "Agar tangkapan mereka bisa lebih banyak," kata Soetarno. Di samping itu, Mina juga terus mengekspor bawal, tenggiri, dan krapu, yang tahun lalu volume ekspornya mencapai 1,3 juta ton.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini