Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Raksasa grosir dari belanda

Pusat grosir yang melayani pedagang, Makro dari Belanda akan dibuka di indonesia, merupakan cabang kesepuluh. dibangun di ciracas, jakarta timur. di- lengkapi dengan sistem komputer terpadu.

5 September 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RODA ekonomi boleh digencet uang ketat, tapi bisnis kebutuhan sehari-hari akan tetap marak. Para pengusaha bukan tidak jeli melihat peluang ini. Tak heran bila Presiden Direktur PT Astra International, Teddy P. Rahmat, terjun ke bisnis eceran dengan membuka department store sekaligus supermarket berbendera Yaohan. Kedatangan Yaohan sedikit banyak menimbulkan rasa was-was di kalangan pengusaha eceran yang sudah mapan. Mereka memperkirakan, si muka baru itu bisa jadi pesaing yang mengancam kelangsungan bisnis mereka. Protes pun dilontarkan. Ada yang mempersoalkan Yaohan sebagai merek asing (Jepang), sampai pada penggunaan konsultan yang juga asing. Protes serupa tampaknya akan berulang pada waktu dekat. Kali ini menyangkut kehadiran Makro, sebuah pusat grosir yang melayani para pedagang -- jugadimiliki Teddy P. Rahmat. Soalnya, Makro -- dibuka akhir bulan ini -- juga merupakan grosir berbendera asing, Belanda. Bukan hanya itu. Makro juga akan melayani para pelanggan mulai dari tukang bakso yang hanya memiliki lima meja, hingga ke toko-toko yang beromset jutaanrupiah sehari. Pokoknya semua dirangkul, dari pedagang teri hingga kakap. Makro cabang Indonesia ini merupakan sayap yang kesepuluh (setelah Portugal, Belgia, Inggris, Maroko, Argentina, Brasil, Venezuela, Muangthai, danBelanda). Hebatnya lagi, grosir raksasa ini akan menyediakan sekitar 18.000 jenis barang yang akan disuplai oleh 400an produsen pemasok. Mulai dari makanan kering, ikan dan daging segar, makanan dan minuman kaleng, aksesori mobil, pakaian jadi, hingga lemari es, mesin cuci, dan perhiasan emas. "Toko kami memang akan menyediakan fasilitas one stop shopping," kata Theo P.M. De Raad,konsultan Makro SHV dari Belanda. Toko serba ada yang grosir ini kini tengah dibangun di kawasan Ciracas, Jakarta Timur. Dari tanah seluas 4 ha yang dikuasai PT Karabha Unggul (perusahaan yang mengelola Makro dan Yaohan), 10.000 mu22 digunakan untukbangunan toko. Sisanya, 3 ha, khusus untuk tempat parkir bagi kendaraan para pelanggan. Dan seperti Makro di negara lain, Makro di Indonesia juga memiliki desain, luas, serta bentuk bangunan yang serupa. Barang yang dijajakan, misalnya, ditata dalam rak-rak setinggi delapan meter. Untuk melayani pembeli, kalau perlu bisa digunakan forklift. Fasilitas lain, yang boleh dibilang masih langka di Indonesia, adalah sistem komputer terpadu yang menggunakan sinar laser. Sistem ini bukan hanyamenghitung jumlah uang yang harus dibayar oleh pembeli, tapi juga bisa langsung mengurangi jumlah stok barang di gudang. Dengan sejumlah fasilitas itu, Karabha -- menginvestasikan Rp 15 milyar pada setiap toko -- menargetkan omset minimal Rp 60 milyar setahun. Jumlah itu diharapkan akan diperoleh dari 40.000 pedagang yang sudah siap menjadi pelanggan Makro. Target ini tampaknya tidak terlalu ambisius. Itu jika dibandingkan dengan omset yang dicapai oleh tokotoko Makro di luar negeri. Empat toko Makro di Muangthai, misalnya, dalam setahun bisa mencapai omset US$ 280 juta atau lebih dari setengah trilyun rupiah. Ini berarti, setiap toko beromset rata-rata Rp140 milyar setahun. Mungkin tergoda oleh keberhasilan Makro di Muangthai berdiri sejak 1988 Karabha pun tak mau ketinggalan. Dalam waktu dekat, dua toko grosir raksasa yang lain akan didirikan di Jakarta Utara dan Jakarta Barat. "Kalau hanya satu toko, sulit meraih untung," kata Theo. Maklum, namanya juga usaha franchise. Untuk konsultasi dan pelatihan karyawan, Karabha diharuskan membayar fee kepada Makro SHV 2% sampai 5% dari total penjualan. Selain itu, untuk merebut langganan, grosir ini menjanjikan harga 3% lebih murah ketimbang harga yang dipasang grosir-grosir lain. "Keuntungan yang kami ambil tipis sekali," kata Sigit Nugraha, Wakil PresdirKarabha Unggul. Beberapa pedagang besar (grosir) di Pasar Pagi dan Mangga Dua, menyatakan tak takut tersaingi. Mereka tampak begitu yakin akan kesetiaan pelangganmasing-masing. "Rasanya mustahil para pelanggan kami pindah hanya karena beda harga beberapa rupiah," kata seorang bandar beras yang mampu menjual satu tonsehari. Suara senada dikemukakan oleh Hidayat, Sekjen Asosiasi Pusat Pertokoan dan Perdagangan Indonesia. "Tak perlu khawatir," katanya. Ia mengingatkan kehadiran Sogo, yang disangka akan merebut sebagian besar pasar eceran dikalangan konsumen berpendapatan tinggi. Ternyata, setelah ada Sogo, masih bermunculan toserba lain yang tak kalah mentereng seperti Cahaya, Grand Duta,dan terakhir Yaohan. "Saya percaya, grosir dan eceran tidak termasuk ke dalam jenis pasar yang tidak bisa berkembang," kata Hidayat. Maksudnya, kendati jumlah pedagang bertambah, daya beli untuk tingkat ini masih sangat luas. Apalagi pembeli Makro dibatasi sesuai dengan jumlah anggota. Berarti, pedagang yang bukan anggota tidak bisa membeli barang di sana. Kendati ada optimisme dari pihak pedagang, Pemerintah masih memasukkan bisnis distribusi dan eceran ke dalam Daftar Negatif Investasi. Alasannya, para pemodal asing -- dengan pengalamannya -- telah memiliki strategi yang canggih, mulai dari pemasaran, keuangan, hingga teknologi. Jadi, kalau modal asing boleh masuk ke sektor ini, "pengusaha pribumi Indonesia yang bermodal lebihkecil akan tersapu habis," kata Sanyoto Sastrowardoyo, Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal. Budi Kusumah dan Taufik T. Alwie

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus