BELUM apa-apa, pesaing RCTI sudah muncul dan berbagai penjuru. Kalau Anda berminat, dalam bulan ini juga, siaran layar kaca di rumah Anda bisa ditambah. Tapi tidak gratis. Tidak seperti yang biasa Anda lakukan kalau mau menangkap banyak siaran -- dengan memutar arah antena parabola. Caranya, sama dengan yang ditawarkan RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia), yakni dengan menggunakan decoder. Bedanya, siaran ini dipancarkan langsung dari Darwin, Australia, dan pemirsa tak dikenakan lagi iuran bulanan. Cukup membeli decoder (alat penerima siaran) seharga 400 dolar AS, ditambah iuran anggota 500 dolar AS setahun. Sedangkan untuk peminat yang belum memiliki parabola, tinggal menambah uang pembeli antena mangkuk itu, seharga 1.500 dolar AS. Jika dibandingkan dengan RCTI -- yang hanya memungut uang pertama Rp 131 ribu plus iuran Rp 30 ribu sebulan -- memang TV swasta Australia ini jatuhnya lebih mahal. Namun TV yang bernama Emerald Network ini -- karena beberapa faktor -- diperkirakan akan tetap muncul sebagai salah satu pesaing RCTI. Pertama-tama, Emerald tidak melulu diisi hiburan, tapi juga siaran pendidikan. Sebuah sumber di kalangan pemerintah mengatakan bahwa siaran Emerald bisa dimanfaatkan oleh beberapa universitas untuk menyiarkan beberapa mata kuliah. Sedangkan untuk peminat umum, konon, Emerald telah pula menunjuk sebuah perusahaan yang akan menjual decodernya. Tapi bagaimana acara yang disiarkan dari Darwin bisa ditangkap decoder-decoder yang tersebar di Asia Tenggara? Ternyata mudah saja. Emerald tidak menggunakan menara pemancar seperti RCTI, tapi mengandalkan sebuah antena berdiameter sembilan meter. Nah, antena inilah yang kemudian mengirimkan sinyal ke Satelit Palapa dan satelit lainnya yang berada di atas garis khatulistiwa -- sekitar 35 km dari bumi. Tak mustahil kalau siaran Emerald -- yang telah menandatangani penyewaan satu transponder/saluran Satelit Palapa B2P -- tertangkap di kawasan Asia Tenggara bahkan sampai ke daratan Cina. Tapi sasaran utama Emerald adalah pemilik antena parabola di Indonesia -- jumlahnya diduga sekitar 20.000 rumah tangga. Ini dikatakan oleh David Keirnan, Direktur Operasi Emerald kepada Dewi Anggraeni dari TEMPO. Dikatakannya juga: selain acara hiburan yang berupa musik, film cerita, dan olah raga, Emerald akan menayangkan acara pendidikan yang meliputi bidang pertanian, peternakan, perikanan, teknologi komputer, kedokteran, fisika, dan matematika. Semuanya ditujukan bagi mahasiswa. Untuk itu, Keirnan sudah membicarakannya dengan beberapa perguruan tinggi, termasuk acara pesanan. Maksudnya, kelak kalau ada sebuah atau beberapa perguruan tinggi menginginkan sebuah acara khusus -- yang tidak termasuk ke dalam jadwal acara -- Emerald bisa menyiarkannya. Acara khusus ini akan dikenakan biaya tambahan 600 dolar AS per jam, yang hisa ditanggung bersama-sama oleh universitas pemesan. Sedangkan untuk jadwal acara rutin, yang akan mengudara mulai pekan ini, telah disusun dengan waktu siaran rata-rata 17,5 jam sehari -- dari pukul 7.30 -- 01.00 dinihari. Kenapa tidak memprogram acara untuk para pelajar di bawah perguruan tinggi, SLTA misalnya? "Itu masih perlu dibicarakan lagi dengan Departemen P dan K Indonesia, supaya acara-acaranya tidak sampai berselisihan dengan kurikulum resmi," ujar Keirnan. Ide mendirikan Emerald, memang muncul dari benak Keirnan. "Saya memperoleh ide ini ketika mewakili sebuah perusahaan Australia di Indonesia, yang menjual perlengkapan satelit beberapa tahun lalu," ujarnya. Gagasan dimatangkan setelah ada kata sepakat untuk menyewa salah satu saluran Palapa seharga 700 dolar AS setahun (Emerald menyewa untuk masa tujuh tahun). Kini dengung akan mengudaranya TV swasta Australia itu telah tercium oleh kalangan periklanan. "Melihat daya pancarnya yang lebih luas, posisi Emerald perlu diperhitungkan oleh dunia adverising," kata Adi dari Matari Advertising. Tapi perlu diingat: memasang iklan di RCTI, prosesnya lebih gampang ketimbang Emerald. "Kalau memasang iklan di Emerald, kan berarti kami harus mengirimkan filmnya ke Australia," tambah Adi. Azis Mochdar, Pimpinan Elektrindo Nusantara (perakit dan distributor decoder buat RCTI), juga meragukan peluang Emerald untuk merebut iklan Indonesia. Katanya, hal itu sudah terbukti, dengan tidak adanya pemasang iklan Indonesia yang memanfaatkan TV-TV yang dipancarkan dari Malaysia, Muangthai, Amerika, Cina, dan Perancis -- semua tertangkap oleh pemilik antena parabola di Indonesia. Aneh atau tidak aneh, justru kaset video yang dianggap saingan RCTI. Soalnya, belum lama ini Deppen telah memberikan izin kepada dua perusahaan yang memproduksi video khusus. Ini diungkapkan oleh humas RCTI Zsa Zsa Yusharyahya kepada TEMPO. Disebut khusus karena kaset video itu tidak menampilkan film-film cerita, musik, ataupun film pertandingan olah raga, seperti yang disewakan di berbagai video rental. Tapi berisi rekaman sebuah majalah, dengan rubrik untuk anak-anak, rubrik dapur para ibu, sampai pada soal-soal yang sedang ngepop. Dan dilengkapi iklan-iklan komersial. "Secara tidak langsung mereka merupakan pesaing bagi kami," ujar Zsa Zsa. Paling tidak, pesaing dalam memperebutkan porsi iklan. Namun selain iklan, RCTI juga mengejar pemirsa -- biarpun sekarang sudah ada 100 produk yang pasti diiklankan di sana. Soalnya, dari target 70 ribu pelanggan sampai Maret nanti, saat ini yang mendaftar baru sekitar 35 ribu. Maka RCTI pun sibuk memperkaya siarannya dengan acara-acara yang lebih menarik: film cerita lepas dan siaran langsung pertandingan rugby di AS. Ditambah lagi, entah sengaja atau tidak, tiga pekan lalu siaran RCTI kembali bocor, dan bisa tertangkap oleh pemirsa TV yang bukan pelanggan. Kebocoran yang bisa ditafsirkan sebagai promosi terselubung, nih. Siapa tahu. Budi Kusumah, Moebanoe Moera, Riza Sofyat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini