Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Transaksi gadai di PT Pegadaian melonjak selama bulan Ramadan, terutama pada pekan-pekan awal, seiring meningkatnya kebutuhan dana masyarakat menjelang Idul Fitri. Direktur Keuangan, Perencanaan Strategis, dan Manajemen Risiko Pegadaian Ferdian Timur Satyagraha mengungkapkan realisasi transaksi gadai naik 11 persen dibanding bulan biasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami mencatat adanya lonjakan transaksi gadai sebesar 11 persen selama Ramadan, terutama pada minggu-minggu awal. Masyarakat umumnya mengakses dana tambahan untuk keperluan lebaran," ujar Ferdian saat dihubungi Tempo, Jumat, 14 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mayoritas barang yang digadaikan, kata Ferdian, adalah emas, baik itu dalam bentuk perhiasan maupun logam mulia. Pegadaian mencatat, Barang Jaminan Kantong—istilah untuk emas perhiasan dan logam mulia—mendominasi 98 persen dari total transaksi gadai selama Ramadan.
Selain itu, rata-rata besaran pinjaman yang diajukan masyarakat juga mengalami kenaikan. "Jika sebelumnya rata-rata pinjaman berkisar Rp 5 juta hingga Rp 6 juta, saat ini meningkat menjadi sekitar Rp 6,5 juta," ucap dia.
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penyaluran pembiayaan perusahaan pegadaian mencapai Rp 89,43 triliun per Januari 2025, tumbuh 28,27 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK Agusman menjelaskan realisasi itu didominasi oleh penyaluran dalam bentuk produk gadai. “Penyaluran didominasi oleh penyaluran dalam bentuk produk gadai, yaitu sebesar 82,18 persen atau senilai Rp 73,49 triliun” ujar Agusman dikutip dari Antara, Jumat, 14 Maret 2025.
Menurut dia, penyaluran pembiayaan itu diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap produk gadai, termasuk pada saat bulan Ramadan.
Sebelumnya, Agusman juga menyampaikan tingkat pembiayaan macet (non-performing financing/NPF) tetap terjaga di tengah proyeksi tumbuhnya pembiayaan Buy Now Pay Later (BNPL) atau paylater dan pinjaman daring menjelang hari raya Idul Fitri. “Tentu saja kami harapkan (penyaluran pembiayaan) akan lebih terkendali agar tidak menimbulkan peningkatan non-performing financing ke depannya,” katanya.
Hingga saat ini, pertumbuhan kinerja pinjaman daring dan BNPL didukung dengan tingkat pembiayaan bermasalah yang masih terjaga.
OJK mencatat bahwa tingkat risiko kredit macet secara agregat (TWP90) industri fintech lending atau pinjaman daring dalam kondisi terjaga stabil di posisi 2,52 persen pada Januari 2025, membaik dari Desember 2024 yang sebesar 2,60 persen.