Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Realisasi Impor Bawang Putih Lamban, Mendag: Mungkin Lagi Proses

Budi Santoso mengatakan, bawang putih merupakan komoditas impor yang memerlukan waktu untuk memproses pembeliannya ke Indonesia.

27 Maret 2025 | 13.00 WIB

Menteri Perdagangan Budi Santoso memantau harga barang kebutuhan pokok di Pasar Ciracas, Jakarta, 15 Maret 2025. Tempo/Han Revanda Putra
Perbesar
Menteri Perdagangan Budi Santoso memantau harga barang kebutuhan pokok di Pasar Ciracas, Jakarta, 15 Maret 2025. Tempo/Han Revanda Putra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Budi Santoso angkat bicara ihwal lambannya realisasi impor bawang putih yang disinyalir mengakibatk harga melejit. Per Senin, 24 Maret 2025, impor produk hortikultura itu baru terealisasi 35.292 ton atau 15,61 persen dari total persetujuan impor (PI) yang sudah diterbitkan sebanyak 226.101. “Ya ini beberapa memang kita push terus untuk realisasi impornya, sama kemudian yang sudah masuk sudah didistribusikan,” ujar Budi Santoso usai meninjau barang kebutuhan pokok di Pasar Kebon Kembang, Bogor, Rabu, 26 Maret 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Budi Santoso mengatakan, tiap Jumat ia mengadakan rapat dengan para importir. Kepada para importir, ia meminta agar segera merealisasikan impor. Ia berharap, lewat pertemuan-pertemuan ini pasokan akan kembali lancar ke daerah-daerah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Ihwal alasan realisasi impor yang masih rendah, Budi Santoso mengungkap, impor itu bukan tak direalisasikan, melainkan belum semua terealisasi. Pasalnya, menurut dia, bawang putih merupakan komoditas impor yang memerlukan waktu untuk memproses pembeliannya ke Indonesia. “Belum semua terealisasi karena mungkin proses kan karena barangnya impor semua. Jadi mungkin perlu waktu,” ujar pejabat karier yang belakangan menjadi kader Partai Amanat Nasional (PAN) ini.

Kendati begitu, ia mengatakan selalu berkoordinasi sehingga realisasi kini terus bertambah. Ia berharap, harga bawang putih akan segera kembali normal. “Ya sekarang sudah mulai relatif ini kan, relatif mulai agak menurun karena memang pasokannya sudah mulai normal kembali,” ujar Budi Santoso.

Deputi III Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Edy Priyono sebelumnya meminta Kementerian Perdagangan (Kemendag) mewaspadai kenaikan harga bawang putih yang kini tembus Rp 50 ribu per kilogram di sejumlah tempat. Kenaikan harga ini disinyalir karena impor yang lamban terealisasi. “Ini mohon untuk menjadi perhatian, terutama dari instansi terkait dalam hal ini adalah Kementerian Perdagangan," kata Edy yang juga pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah Kementerian Dalam Negeri (Kemdagri), Senin, 24 Maret 2025.

Kenaikan bawang putih, Edy mengatakan, telah berlangsung cukup lama. Tren harga produk hortikultura ini, konsiten menunjukkan kecenderungan kenaikan. Karena bawang putih merupakan komoditas yang mayoritas impor, ia meminta Kemendag memeriksa apkah ada masalah dalam realisasi impor bumbu dapur ity.

Bulan ini, Edy mengungkap, harga rata-rata bawang putih telah naik 3,42 persen dibandingkan bulan sebelumnya. selisih harga aktual dengan harga acuan pemerintah (HAP) hampir mencapai 20 persen. Hal ini menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan.

Anehnya, kenaikan harga secara fantastis terjadi di sejumlah tempat di Jakarta yang relatif tak memiliki kendala geografis. Edy mengungkap, empat kota administratif di Jakarta, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Utara, dan Jakarta Barat masuk dalam 10 daerah dengan harga bawang putih tertinggi, yakni berkisar antara Rp 51 ribu hingga Rp 54.333 per kilogram.

Sedangkan harga tertinggi ada di wilayah Nabire dan Manokwari. Edy menilai hal ini wajar mengingat aksesnya cukup sulit. “Kalau Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Majalengka harganya tinggi. Ini perlu perhatian khusus. Sebab di daerah lain masih cukup banyak yang harganya di bawah Rp 40 ribu per kg. Ini yang harus kita pertanyakan," ujar Edy.

Di kesempatan yang sama, Staf Ahli Bidang Iklim Usaha dan Pengamanan Pasar Kemendag Tommy Andana melaporkan, realisasi impor bawang putih baru 35.292 ton atau 15,61 persen dari total persetujuan impor (PI) yang sudah diterbitkan sebanyak 226.101 ton. Adapun alokasi PI tahun ini 589.720 ton dari alokasi kebutuhan impor 550.000 ton.

Tommy mengatakan, para importir memberikan jawaban mengambang ketika ditanya ihwal lambannya realisasi impor. Alasan itu di antaranya faktor cuaca dan tingginya kurs dolar Amerika Serikat (AS). Ada pula yang khawatir barang akan dijadikan stok operasi pasar. “Itu yang sudah kami tekankan dan kami panggil untuk segera realisasikan PI,” ujar Tommy.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus