Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Ini Respons Bapanas tentang Temuan Maladministrasi Impor Bawang Putih

Badan Pangan Nasional (Bapanas) merespons soal maladministrasi dalam importasi bawang putih yang ditemukan oleh Ombudsman.

19 Oktober 2023 | 10.07 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pekerja tengah menata tumpukan bawang putih di salah satu agen di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Jumat 26 Mei 2023. Badan Pangan Nasional atau Bapanas mengatakan mayoritas stok bawang putih di dalam negeri kebanyakan didatangkan dari luar negeri. Jumlahnya disinyalir mencapai 95 persen. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pangan Nasional (Bapanas) merespons temuan maladministrasi dalam importasi bawang putih dari Ombudsman. Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan pihaknya mendukung rekomendasi Ombudsman RI untuk memperbaiki tata kelola pangan nasional.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Menanggapi concern Ombudsman RI soal proses importasi bawang putih, kami menegaskan posisi Bapanas fokus pada kalkulasi kebutuhan nasional dan disandingkan dengan proyeksi produksi,” ujar Arief, dikutip dari keterangannya pada Kamis, 19 Oktober 2023. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arief yang kini menjabat juga sebagai Plt Menteri Pertanian berharap nantinya Ombudsman dan Bapanas dapat mengulas juga soal produk strategis, seperti daging kerbau, daging sapi, beras atau lainnya. Dia menjelaskan Bapanas bertugas merumuskan kalkulasi yang akurat dan disandingkan dengan data produksi nasional.

Dengan demikian, tuturnya, akan terlihat apakah diperlukan adanya importasi untuk mencukupi kebutuhan nasional. Menurut Arief, penyusunan kalkulasi tersebut ke depannya akan semakin akurat karena dilakukan bersama tim Kementerian Pertanian.

Ihwal realisasi importasi, dia menekankan saat ini sangat diperlukan komitmen bersama bagi semua pihak yang terkait. Realisasi impor itu, kata dia, harusnya sepakat dan ada komitmen penuh bagi pemegang kuota impor.

"Kalau realisasinya tidak ada, perlu ada punishment. Contohnya bisa dilihat pada realisasi impor gula yang baru 26 persen. Ini bisa mengganggu stok nasional,” ucapnya.

Keseimbangan ekosistem pangan mulai dari hulu sampai hilir

Lebih lanjut, Arief berjanji menciptakan keseimbangan dalam ekosistem pangan mulai dari hulu sampai hilir. Arief pun menegaskan komitmen pemerintah bahwa realisasi impor tidak akan mengusik harga petani.

Menurut Arief, Bapanas selalu berupaya membuat keseimbangan antara harga di tingkat petani sampai harga di tingkat konsumen sesuai Presiden Joko Widodo alias Jokowi. Apabila para pemegang kuota impor memerlukan fleksibilitas harga dikarenakan harga negara asal komoditas lebih tinggi daripada harga Indonesia, hal itu akan dilihat lebih lanjut oleh pemerintah. 

Dia menuturkan perbaikan proses importasi terutama bawang putih seperti yang direkomendasikan Ombudsman ini akan jadi rujukan. Kuota impor bawang putih juga akan dibatasi, sehingga tidak terjadi over stock. Pemerintah pun akan mengatur kecukupan buffer stock kebutuhan nasional. 

Adapun kebutuhan bawang putih secara nasional masih harus dipenuhi dari luar mengingat produksi dalam negeri belum mencukupi kebutuhan. Berdasarkan Prognosa Neraca Pangan Nasional tahun 2023, produksi bawang putih dalam negeri hanya sekitar 23 ribu ton, sedangkan kebutuhan bawang putih nasional dalam sebulan sekitar 55,7 ribu ton atau dalam setahun mencapai 669 ribu ton. 

Sebelumnya, Anggota Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika menuturkan masyarakat terbebani harga bawang putih yang lebih tinggi. Ini diakibatkan karena adanya hambatan di dalam pemberian izin yang regulasinya tidak dijalankan secara optimal.

Menurut Yeka, seharusnya bawang putih yang sekarang dinikmati oleh masyarakat bisa lebih murah. Namun, kini harganya lebih mahal karena ada hambatan dalam pemberian izin akibat tadi regulasi tidak dijalankan. "Kami tentunya sesuai dengan roda berjalan kalau itu diabaikan dalam 30 hari, kami akan melakukan (penyampaian) rekomendasi (sampai) atasannya Menteri (terkait) yaitu Presiden,” ucap Yeka.

RIANI SANUSI PUTRI 

Riani Sanusi Putri

Riani Sanusi Putri

Lulusan Antropologi Sosial Universitas Indonesia. Menekuni isu-isu pangan, industri, lingkungan, dan energi di desk ekonomi bisnis Tempo. Menjadi fellow Pulitzer Center Reinforest Journalism Fund Southeast Asia sejak 2023.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus