Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Resesi Global: Pakar UGM Beri Tips Mengelola Keuangan Menghadapi Resesi Ekonomi

Hadapi resesi global, pengamat Perbankan UGM I Wayan Nuka Lantara, mengimbau masyarakat tetap tenang sambil merevisi rencana keuangan yang dibuat.

7 Oktober 2022 | 18.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -Menteri Keuangan Sri Mulyani memproyeksikan ekonomi dunia akan mengalami resesi ekonomi (berujung resesi global) pada 2023.

Dia mengatakan negara Indonesia tengah mewaspadai kenaikan suku bunga yang berpotensi menimbulkan gejolak pasar keuangan. Kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh bank sentral negara-negara di dunia berpotensi menimbulkan resesi global.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Tekanan inflasi global sudah direspons berbagai negara dengan kenaikan suku bunga yang drastis dan cepat," ujar Sri Mulyani dalam paparannya saat konferensi pers APBN Kita secara daring pada Senin, 26 September 2022. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kondisi ini, menurut Sri Mulyani akan menimbulkan dampak bagi pertumbuhan ekonomi. Bank Dunia memperkirakan jika bank sentral di seluruh dunia melakukan peningkatan suku bunga secara cukup ekstrem dan bersama-sama, resesi global akan terjadi pada 2023.

Dengan adanya ancaman resesi global ini tentu akan memberi dampak pada daya beli masyarakat. Akibatnya terjadi ketimpangan antara penghasilan dan pengeluaran yang tinggi, ini akan menyebabkan melemahnya ekonomi masyarakat.

Cara Mengelola Keuangan Pribadi

Pengamat Perbankan, Keuangan, dan Investasi Universitas Gadjah Mada (UGM), I Wayan Nuka Lantara, mengimbau masyarakat  untuk tetap tenang sambil melakukan revisi pada rencana keuangan yang sebelumnya telah dibuat. 

Menurutnya, upaya penyiapan dana darurat penting dilakukan, namun juga perlu disertai upaya pada dua hal lainnya. 
 
Pertama, kata Wayan, berupaya mencari alternatif tambahan penghasilan selain dari gaji tetap. "Misalnya, memanfaatkan hobi untuk bisnis, berjualan online, dan tetap rutin berinvestasi," kata dia seperti dikutip dari laman Universitas Gadjah Mada, Jumat 30 September 2022. 

Kedua, lakukan identifikasi ulang pada pos-pos pengeluaran. Di saat yang sama sembari mencari celah untuk melakukan penghematan pada pos-pos pengeluaran yang kurang penting atau yang bisa ditunda. 

Baca juga : Terpopuler Bisnis: Bahlil Soal Ekonomi Global Gelap, Erick Thohir Temui Presiden FIFA
 
Wayan menambahkan, bahwa investasi juga bisa menjadi salah satu cara efektif untuk melawan dampak negatif inflasi. Pilihan investasi yang cocok untuk mengantisipasi terjadinya krisis ekonomi global adalah menggeser bobot dana investasi kita lebih banyak pada aset investasi yang tergolong aman (safe haven). 
 
Ia mencontohkan jenis investasi yang aman dilakukan antara lain deposito, emas, surat berharga yang diterbitkan oleh negara. Jika ingin mrlakukan investasi di saham, ia menyarankan sebaiknya invetasi pada saham-saham yang bergerak pada sektor industri yang defensif, tetap bisa bertahan meskipun ada krisis.
 
"Misalnya saham perusahaan yang bergerak di industri consumer goods, kesehatan, bank, energi dan utilitas," Wayan menambahkan..

Penyebab Ancaman Resesi Ekonomi 2023

Selain itu, Wayan pun menyampaikan bahwa resesi yang akan terjadi kedepannya dikarenakan lonjakan inflasi sebagai dampak dari konflik Rusia-Ukraina.

"Peningkatan inflasi tersebut  diikuti oleh kebijakan pengetatan moneter oleh bank sentral di negara Eropa dan Amerika dengan menaikkan tingkat bunga acuan yang akan berdampak juga pada kebijakan yang diambil bank sentral di negara lainnya," kata dia. 

Apabila bunga acuan meningkat, Wayan melanjutkan, biaya modal dan bunga kredit yang akan ditanggung bisnis juga akan naik. Dampak lanjutannya biasanya diikuti oleh mata uang lokal yang melemah terhadap mata uang asing. Bila suatu negara memiliki banyak pinjaman dalam mata uang asing baik oleh pemerintah maupun swasta maka jumlah mata uang lokal yang akan dikeluarkan untuk membayar pinjaman dalam mata uang asing juga akan meningkat. 
 
"Jika kondisi tersebut tidak membaik, maka kombinasi rentetan harga produk yang meroket, inflasi yang meningkat, bunga acuan kredit yang naik, serta pelemahan mata uang lokal pada akhirnya akan berisiko menyebabkan terjadinya krisis ekonomi global," dia memaparkan potensi resesi global di depan mata tersebut.

KAKAK INDRA PURNAMA
Baca juga : Sensitif Harga BBM dan Cemas Resesi Global? Ini Tips Mengemudi Hemat BBM

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus