Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perempuan paruh baya itu tampak semringah. Ia panjang-lebar menceritakan pengalamannya bekerja selama lebih dari 30 tahun di Sritex. Ditemui Tempo di luar kawasan pabrik di Sukoharjo, Jawa Tengah, ia pun mengenang, sejak sebelum menikah hingga saat ini, masih betah bekerja di perusahaan tekstil tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Awal-awal bekerja naik sepeda dan selanjutnya bisa membeli sepeda motor untuk bekerja," kata perempuan yang enggan disebutkan namanya itu. "Tentunya kami berharap yang terbaik, ya. Jangan sampai perusahaan ini tutup atau berhenti beroperasi, jangan sampai."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perempuan yang memiliki seorang anak tersebut sangat bersyukur hingga kini masih menerima gaji sesuai dengan jadwal. "Alhamdulillah tidak sampai terlambat," ucapnya. Ia juga sama sekali belum mendengar kabar soal pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh perusahaan terhadap pekerja.
Bahkan ia mengaku kaget saat dimintai konfirmasi oleh saudaranya soal ramai pemberitaan Sritex pailit. "Dia tanya, apa saya katut (ikut) di-PHK dan sebagainya," ujarnya.
Meski begitu, ia tak menampik ada beberapa rekan kerjanya yang resah akan kabar tak mengenakkan soal raksasa tekstil tersebut. "Ada teman-teman yang cemas karena memang nafkahnya bergantung pada perusahaan ini. Terutama kepala keluarga yang punya tanggungan biaya hidup istri dan anak-anak atau angsuran dan sebagainya."
Soal kegiatan operasional pabrik yang masih berjalan normal setelah putusan Pengadilan Niaga Kota Semarang, yang menyatakan perusahaan itu pailit, sebelumnya dibenarkan oleh manajemen Sritex. Di sisi lain, pengajuan kasasi oleh Sritex ke Mahkamah Agung juga masih berproses.
General Manager Human Resource Department Sritex Group Haryo Ngadiyono (kiri) memaparkan kondisi PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) di Menara Wijaya Setda, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, 25 Oktober 2024. TEMPO/ Septhia Ryanthie
General Manager Human Resource Department Sritex Group Haryo Ngadiyono menyebutkan saat ini terdapat 30 ribu pekerja Sritex Group. Khusus di pabrik Sritex di Sukoharjo, ada 11 ribu karyawan. Perusahaan, kata dia, berusaha semaksimal mungkin menghindari PHK terhadap karyawan.
Adapun kapasitas produksi tekstil saat ini berada di level 60-70 persen. "Sedangkan garmen masih full 100 persen di 14 pabrik," katanya. Sritex juga mengklaim pabrik masih beroperasi normal seiring dengan order yang masuk hingga Maret 2025.
Manajemen, kata Haryo, juga sudah mengumpulkan karyawan dan menjelaskan proses hukum yang tengah berjalan. "Kita bekerja seperti biasa, tetap bekerja normal saja," tuturnya. Kalaupun ada efisiensi, ia memastikan perusahaan akan menjalankannya sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku serta memenuhi hak-hak karyawan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo