Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Country Manager Wise Indonesia, Elian Ciptono, mengungkap ada potensi kehilangan sekitar Rp 15,09 triliun untuk biaya penukaran mata uang asing di Tanah Air setiap tahunnya. Data ini diperoleh dari penelitian independen yang dilakukan oleh Capital Economics pada Juli 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melalui data tersebut, pada tahun 2022, sekitar Rp 6,83 triliun di antaranya merupakan biaya yang disembunyikan dalam bentuk mark up nilai tukar, pembayaran, atau pembelian menggunakan kartu kredit. Sisanya, sekitar Rp 8,26 triliun merupakan biaya transaksi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Problematika ini saya ibaratkan seperti ice berg, itu kan yang terlihat jelas oleh orang-orang hanya yang berada di atas permukaan air (biaya transaksi), tapi ada juga yang berada di bawah permukaan air yang tidak disadari oleh para customer,” ujar Elian dalam acara media briefing di DION, Senayan Park, Jakarta, Rabu, 18 Oktober 2023. "Nah ini adalah biaya tersembunyi."
Elian menyebut data biaya tersembunyi itu rata-ratanya sebesar 45 persen, di mana angka tersebut hampir sama dengan biaya transaksi. “Warga Indonesia itu terus membayar biaya yang cukup besar (untuk biaya tersembunyi), bahkan hampir setengah yang dibayarkan itu mark up biaya tukar, tapi mereka ngga sadar,” tuturnya.
Oleh karena itu, Country Manager Wise Indonesia itu menyampaikan pentingnya transparansi biaya untuk transaksi mata uang asing. Ia pun memberikan 4 tips untuk mencari tahu mana penyedia layanan penukaran uang atau money changer (provider) terbaik untuk mengatasi biaya tersembunyi.
“Pertama, ketika melihat provider, perhatikan semua detail biaya yang tersedia. Jangan berhenti ketika mengetahui biaya transaksinya, cari tahu biaya lainnya, syarat dan ketentuannya, dan lain-lain,” ujar Elian.
Kemudian, jangan tertipu dengan tulisan gratis atau biaya nol rupiah. “Karena setiap provider itu harus mendapat revenue atau pendapatan. Justru kalo ada tulisan biaya Rp 0 pasti mereka memasukkan biaya tambahan di nilai tukarnya atau di biaya lainnya,” tuturnya.
Ketiga, usahakan cari provider yang mengarahkan nilai tukar pada kurs tengah. “Kurs tengah adalah kurs yang paling baik, yang bisa didapat oleh customer karena itu kurs tanpa margin,” kata Elian.
Terakhir, khusus pembelanjaan di luar negeri, Elian mendorong agar nasabah memilih transaksi menggunakan mata uang setempat. Misalnya, jika nasabah sedang berada di Korea Selatan lebih baik menggunakan Korean Won karena hal itu lebih menguntungkan.