Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Sapi makanan sapi

Harga bahan baku susu impor setara 1 kg susu segar baru terkatrol naik rp 290. sedang harga susu segar lokal untuk industri pengolahan susu masih rp 300. program swasembada susu perlu pengorbanan. (eb)

15 November 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DEVALUASI ternyata tak bisa menolong para peternak sapi perah. Harga bahan baku susu impor setara satu kilo susu segar baru terkatrol naik jadi sekitar Rp 290. Sedangkan harga susu segar lokal untuk IPS (industri pengolahan susu) masih di sekitar Rp 300 per kg. Bulan lalu, GKSI (Gabungan Koperasi Susu Indonesia) dan PPSKI (Perhimpunan Peternak Sapi & Kerbau Indonesia) malah meminta harga susu segar lokal dinaikkan, minimal jadi Rp 400. Tapi, Rabu lalu, IPS hanya berani menawar Rp 360 per kg. Program pemerintah mengimpor sapi perah, sejak 1979, memang meningkatkan populasi sapi perah sampai berjumlah 190.000 ekor. Tapi, 60.000 peternak, yang rata-rata memiliki tiga ekor sapi perah, belum mampu memproduksi susu segar semurah susu impor. Menurut perhitungan PPSKI, bila peternak memiliki 10 ekor sapi, barulah biaya produksi susu segar jatuh Rp 318 per kg, mendekati HPS yang berlaku sekarang. Dengan memiliki 6 ekor saja, biaya produksi masih akan Rp 490 per kg. Belum efisien? Menurut Dirjen Peternakan, Daman Danuwidjaja, berkat pengendalian HPS susu segar Rp 250 untuk peternak, atau Rp 300 untuk GKSI, selama 3 1/2 tahun terakhir, peternak dan koperasi susu telah melakukan efisiensi. Kini peternak mampu meningkatkan produksi susu sapi mereka dari 8 liter jadi sekitar 11 liter per hari. Biaya-biaya di lingkungan perkoperasian pun telah dirampingkan: dulu sampai 20% harga jual, kini tinggal sekitar 10%. '"Bukankah itu prestasi?" ujar Daman. Namun, semua "prestasi" itu belum mencerahkan kehidupan peternak -- bahkan mungkin mengancam program swasembada susu. Beberapa peternak di Malang mengungkapkan kepada TEMPO bahwa nasib mereka sudah seperti sapi perahan. Sebagai contoh, bisa diambil dari cerita seorang pemilik dua ekor sapi perah di Pujon, yang menyetorkan 126,5 liter susu ke koperasi. Kebetulan mutunya baik dengan kadar lemak 3%, sehingga dihargai Rp 250 per liter oleh koperasi. Di atas kertas, seharusnya ia menerima Rp 31.625. Tapi hari itu, akhir bulan lalu, ia harus menggunakan hampir semua hasil jerih payahnya selama 15 hari untuk angsuran kredit (Rp 15.000), makanan sapi Rp 14.063, obat dan inseminasi Rp 735, berikut simpanan koperasi Rp 1.132. Tinggal Rp 735 yang bisa dibawanya pulang untuk upah buru beli rumput, dan belanja keluarga. Dengan keadaan seperti itu, wajar kalau peternak kini takut menerima kredit sapi baru lagi. Apalagi harga sapi perah impor sekarang ditawarkan Rp 1,3 juta sebelum devaluasi masih Rp 875.000. Jangankan menambah, peternak yang memiliki tujuh ekor sapi pun malah ada yang menjual tiga ekor. Katanya, untuk belanja makan yang empat ekor. "Di sini, sapi makan sapi," ujar beberapa peternak di Batu, Jawa Timur. Tampaknya, semua itu dialami hampir semua peternak sapi. Menurut Ketua II PPSKI, Harmadji, hal itu tercermin pada neraca kredit Bank Rakyat Indonesia yang terus membengkak sejak 1979. Pinjaman BRI, yang berbunga 10,5% per tahun, untuk Jawa Timur saja mencapai Rp 12,5 milyar sampai Oktober 1985. Ternyata, jumlah pinjaman pokok masih Rp 11,7 milyar dengan tunggakan bunga Rp 2,8 milyar. Melihat harga susu produksi IPS sekarang, naik sekitar 40% selama 3 1/2 tahun terakhir GKSI dan PPSKI menganggap wajar kalau harga dasar susu segar lokal juga dinaikkan. PPSKI meminta harga susu segar minimal Rp 498 per kg, tapi GKSI hanya meminta sekitar Rp 400. Mereka yakin, IPS dapat menerima kenaikan harga susu lokal tanpa perlu lagi menaikkan harga susu untuk masyarakat. Kalangan IPS, sejauh ini, tak mau mengungkapkan berapa biaya produksi mereka. Menurut perhitungan ketua bidang usaha GKSI, Sunaryono, harga bahan baku untuk produksi susu UHT (ultrahigh temperature) hanya Rp 288, tapi dijual Rp 1.050 per kg. Sedangkan susu bubuk, yang dijual Rp 6.625 per kg, bahan baku susu segarnya hanya Rp 2.300 per kg.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus