PRANCIS sedang menjual kapitalisme. Ini serius. Dilaporkan oleh The Asian Wall Street Journal. Bahkan, tak tanggung-tanggung, Prancis menjual kapitalisme dengan cara kapitalis tulen: pasang iklan di televisi sebanyak 10 kali. Seekor kuda jantan merentak lepas rantai besi yang mengekangnya, lalu berderap gagah mendaki gunung karang yang terjal, ditingkah musik yang ikut meninggi. Lalu, kuda itu tiba pada sebuah padang hijau, kamera berhenti, kuda terus berderap dan menghilang di kejauhan. Musik mereda suara berat muncul, "Bila Anda memberi angin kepada ekonomi, semua akan bernapas lebih lega." Demikianlah iklan televisi itu. Bukan hanya Anda yang tak mengerti pesan iklan itu. Orang Prancis yang canggih itu pun banyak yang terlongong-longong. "Saya kira iklan mobil Citroen," kata seorang pemirsa. "Saya suka kudanya, tetapi saya tak mengerti apa maksud iklan itu," komentar pemirsa lainnya. Terbukti 'kan ? Bahwa iklan yang baik belum tentu berhasil menjual. Menjual kapitalisme ternyata juga merupakan upaya yang sulit dilakukan di Prancis. Kuda dalam iklan itu dimaksudkan sebagai Prancis -- terbebas dari belenggu state-control yang telah diwarisinya selama berabad-abad. Kini, pemerintah Prancis -- dengan iklan yang disponsori oleh departemen keuangan -- berusaha menyebarluaskan pengertian kepada masyarakat tentang maksud pemerintah untuk memodernisasikan, menswastakan, dan melakukan rekapitalisasi masyarakat dan industri Prancis. Mereka pun menganggap belum terlambat untuk mewujudkan impian lama: menjadikan masyarakat Prancis lebih bersemangat wirausaha dan mempunyai daya saing yang tinggi untuk bersaing dengan Jepang, Amerika Serikat, dan NICs (New Industrial Countries) lainnya. Menteri industri Prancis, Alain Madelin, berkata, "Prancis selama ini adalah negara yang kapitalisnya tak punya kapital." Untuk itu pemerintahnya lalu mencoba menggandakan jumlah pemegang saham menjadi enam kali lipat, dari 1,5 juta menjadi 9 juta. Padahal, di Amerika Serikat terdapat 47 juta masyarakat pemegang saham. Dengan pemerataan pemilikan saham, perusahaan yang sudah diswastakan tak akan dapat lagi dinasionalisasikan kembali di kemudian hari, karena saham pemerintah sudah menjadi sangat kecil. Bagaimana caranya? Saham pun dijual dengan korting. Para pegawai pun diberi peluang dengan berbagai mekanisme kemudahan untuk membeli saham. Bisa dimengerti bila Prancis pun menghadapi kesulitan meyakinkan masyarakatnya tentang trend baru ini. Maklum, bangsa Prancis pada dasarnya juga bangsa petani. Mereka lebih percaya kepada sebidang tanah atau sebentuk bangunan daripada selembar kertas yang menyatakan pemilikan saham. Ketakutan masyarakat Prancis akan perang, inflasi, dan sosialisme telah membuat masyarakat menanamkan uangnya pada tanah, mata uang emas, atau menabungnya pada bank-bank di Swiss. Golongan menengahnya pun masih bersikap skeptis terhadap pemilikan saham. "Itu 'kan hanya untuk para profesional. Bukan untuk kami," kilah mereka. Dalam lima tahun mendatang, pemerintah Prancis mempersiapkan lembaga-lembaga keuangannya untuk menjual saham dari BUMN Prancis sejumlah US$ 35 milyar. Kalau itu berhasil, artinya Prancis empat kali lebih berhasil daripada Inggris yang telah melakukan upaya swastanisasi selama tujuh tahun terakhir. Yang menarik dari program ini adalah bahwa upaya swastanisasi ini dikaitkan dengan pemerataan pemilikan saham kepada seluas-luasnya anggota masyarakat. Bukan untuk segolongan eksklusif. Masalahnya kini adalah: dapatkah Prancis menciptakan kembali kapitalisme dalam semalam. L'histoire est repete. Sejarah akan berulang. Barangkali. Bondan Winarno
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini