Sayap properti Lippo

PERTUMBUHAN sektor properti di Bandung semakin menunjukkan perkembangan yang berarti. Setelah Bandung Indah Plaza muncul sebagai pusat pertokoan mewah, menyusul gedung perkantoran mentereng dan tertinggi di sana, yakni Gedung Lippo Center Bandung (GLCB). Gedung berdinding kaca setinggi sebelas lantai dan terletak di kawasan bisnis Simpang Lima ini telah diresmikan Senin pekan silam. Pada saat peresmian itu, kabarnya, sudah tersewa 60%. Dengan tarif sewa US$ 12 per m2 per bulan, GLCB memberikan kesempatan bagi pengusaha menengah untuk menggunakan ruangan minimal 50 m2. Tampaknya ini merupakan terobosan menarik, khususnya untuk menembus bisnis properti di kota-kota provinsi, yang pengusahanya belum terbiasa dengan ruang perkantoran berukuran besar dan mewah. Investasi yang ditanamkan Lippo Land Development di GLCB adalah Rp 25 milyar. Komisaris Grup Lippo, Hasjim Ning, mengatakan bahwa GLCB merupakan proyek pertama dari serangkaian rencana pembangunan Lippo Center di kota-kota yang lain. Medan akan mendapat giliran kedua, bahkan gedung Lippo di sana akan dilengkapi dengan hotel bertaraf internasional. Jika upaya itu terwujud, saham Lippo Land Development, yang sudah terdaftar di Bursa Efek Jakarta sejak Juli 1991 lalu, diduga dapat memikat banyak orang. Kapitalisasinya sekarang mencapai hampir Rp 200 milyar, sementara nilai proyek yang sudah ada dan sedang digarap Lippo Land Development lebih dari US$ 250 juta.