NAMA Anthony Salim memang bisa mendongkrak daya tarik Rapat Umum Pemegang Saham sebuah perusahaan, tak terkecuali RUPS Lippobank Selasa pekan silam. Namun, putra mahkota Salim Group ini hanya dikumandangkan namanya, sedangkan ia sendiri tidak hadir. Bahkan, dalam RUPS itu, justru surat pengunduran diri Anthony Salim (pemegang 1.505.226 lembar saham atau 3,16%) -- dari jabatannya sebagai komisaris Lippobank -- dibacakan. Jajaran komisaris Lippobank diisi enam orang. Selain Anthony, ada R.M. Koesmoeljono, H. Toto Bachrie, James T. Riady, Roy E. Tirtadji (satu-satunya komisaris bukan pemegang saham), dan Stephen T. Riady. Untuk sementara, posisi yang ditinggalkan Anthony masih kosong. Sejak ini, tampaknya pengelolaan Lippobank akan dipercayakan kepada para profesional. Pengganti Anthony kelak bisa saja tokoh yang bukan pemegang saham. "Suatu saat nanti, para pemegang saham tinggal menikmati keuntungan saja," kata Direktur Pelaksana Laksamana Sukardi. Kendati mundur, Anthony tidak membawa serta sahamnya di Lippobank. Berarti, semua kegiatan akan menggelinding seperti biasa. Apalagi selama ini Anthony lebih berkonsentrasi pada pengembangan bisnis Grup Salim, hingga di Lippobank ia condong menikmati dividen saja. Seperti diketahui, keuntungan per saham untuk tahun 1991 adalah Rp 466, meningkat dari keuntungan tahun 1990 yang Rp 390 per saham. Tahun ini, Lippo Group tidak hanya mencatat kenaikan laba di Indonesia, tapi juga mengambil alih 99,73% saham The Hongkong Chinese Bank (THCB) di Hong Kong. Sisa 0,27 persen tetap di tangan pemilik lama, yakni Fung Honchu. Akuisisi di Hong Kong pekan silam itu ternyata merupakan konsolidasi Lippo Group di sini. Hal ini dinyatakan kepada TEMPO oleh Tony Hidajat, manajer Lippo Group di Hong Kong. Dengan akuisisi yang disetujui Hongkong Stock Exchange itu, keluarga Mochtar Riady akan mengontrol THCB melalui Lippo Capital, pemilik 71% saham Lippo Ltd. yang sudah go public. Ini berarti, saham Liem Sioe Liong pada THCB (sekitar 35%) sekarang tinggal 0%. Peristiwa itu menunjukkan bahwa Mochtar Riady konsisten dengan ucapannya. Pendiri Lippobank ini pernah mengatakan bahwa perusahaan besar sebaiknya tidak dikontrol 100% oleh keluarga. Kepada TEMPO ia berucap bahwa di Indonesia konglomerat tumbuh seperti tidak sengaja dan diawasi oleh keluarga. Di Jepang, misalnya, konglomerat tidak berbeda dengan koperasi. "Tidak dimiliki oleh satu keluarga, tapi oleh berbagai badan dan masyarakat melalui go public," kata bankir senior ini memberi contoh. Tapi bagi para pengamat, pengunduran diri Anthony dan konsolidasi Lippo Group bisa juga dilihat sebagai bukti bahwa hubungan antara keluarga Mochtar Riady dan keluarga Liem semakin mengarah ke hubungan pribadi, tanpa ikatan bisnis. Bukan mustahil bahwa saham keluarga Liem di Lippobank kelak akan makin mengecil. Hal yang sama terjadi pada saham Mochtar Riady di BCA -- bank milik Grup Salim -- yang sejak dua tahun silam tinggal 3%, padahal sebelumnya 17,5%. Kedua keluarga itu memang melancarakan manuver bisnis yang berbeda. Mochtar Riady pada tahun 1989 pernah mengatakan, "Saya kongsi dengan beliau (maksudnya Liem Sioe Liong, Red.) dalam BCA, perusahaan asuransi, atau perusahaan keuangan. Yang lain saya tidak ikut. Saya kurang setuju ikut-ikut meluas ke sektor lain. Sekarang bintangnya terang, ya oke. Tapi kalau bintang ndak terang, ya susah." Mohamad Cholid
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini