ANJUNGAN minyak lepas pantai terbesar, yang disebut juga heavy swamp barge, akan beroperasi di Lapangan Tuna di delta Sungai Mahakam, Kal-Tim. Pemiliknya, PT Meta Epsi Drilling Co. (Medco). Berkekuatan 3.000 tenaga kuda, anjungan bernama Maera itu mampu mengebor sampai 30.000 kaki (sekitar 10 km). Anjungan Maera akan digunakan oleh Total Indonesie, sebuah PMA yang bergerak di perminyakan lepas pantai, atas dasar kontrak sewa lima tahun. "Biasanya kontrak hanya setahun dan setelah itu kita mencari pemakai lain. Itu agak sulit. Kalau kontrak lima tahun, lebih terjamin," kata Arifin Panigoro, Preskom Medco, dalam acara peluncuran Maera di Singapura, Selasa pekan lalu. Anjungan itu dibangun oleh perusahaan semipemerintah Singapura, Sembawang Betlehem Pte. Ltd., dengan biaya US$ 33 juta (Rp 60 milyar). Dalam pendanaan, Medco memanfaatkan kredit dari Nissho Iwai, Jepang, sebesar US$ 22 juta. Medco memilih Sembawang Betlehem tak lain karena Total Indonesie cuma menyediakan waktu delapan bulan. Maka, tak ada pilihan lain. "Kami sudah menghubungi galangan PT Koja Bahari di Jakarta, tapi tak bisa menyelesaikan dalam tujuh bulan," tutur Arifin. Galangan PT Koja Bahari sebenarnya mampu membangun anjungan sejenis Maera, yang bisa pindah lokasi tanpa menurunkan menara pengeboran. Hambatannya ada pada proses impor beberapa komponen yang "tidak bisa cepat," kata Hertriono Kartowisastro, Direktur Operasi Medco. Pilihan akhirnya jatuh pada Sembawang Betlehem, yang menurut Hertriono bisa menyelesaikan anjungan hanya dalam tujuh bulan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini