Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Semen Cibinong Masih Kesepian

Pasaran semen Cibinong cap Kujang cukup cerah, terbukti dari naiknya kurs saham Cibinong di pasar modal. Membaiknya pasaran saham yang telah mempublik ini diharapkan merangsang perusahaan lain. (eb)

24 Juni 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MEJA para makelar tampak masih banyak kosong, ketika bel berdering di ruang gedung bursa di Jalan Merdeka Selatan 13, Jakarta pekan lalu. Itu pertanda pimpinan call membuka sidang. Maka Sani Permana dari PT Aperdi mengacungkan tangan. "Mau jual atau beli," tanya pimpinan. "Jual," jawab Sani. Mendahului yang lain, Hendro dari PT Danareksa mengajukan tawaran 11.125. Tapi pihak Aperdi belum okey. Tawaran naik jadi 11.150, tapi masih disambut diam. Dengan cepat Hendro menyebut 11.175, yang membuat Aperdi manggut. Maka kurs PT Semen Cibinong pada Jumat siang pekan lalu itu bernilai Rp 11.175. Tapi berapa lembar saham yang dibeli PT Danareks ? "Satu," jawab Hendro yang disambut tertawa oleh yang lain. Jalannya call dengan demikian tak lebih dari 10 menit, lalu bubar. Dengan membeli cuma selembar saham, Danareksa tampaknya ingin menunjukkan sikap bahwa mereka tak ingin dianggap tukang mengerem harga. Para makelar lama memimpikan iklim yang menarik untuk perdagangan saham. Tapi sejak dibuka oleh Presiden Soeharto 10 Agustus tahun lalu, setelah kelihatan ramai sebentar, suasananya berjalan "lamban dan lesu," kata Sani. Makelar dari PT Aperdi itu beranggapan "kurs yang terjadi belum mencerminkan kemajuan perusahaan yang mengeluarkan saham." Benar juga. Ketika kurs saham Cibinong mencapai Rp 10.925 dua pekan lalu, para makelar yang menerima order dari nasabahnya memasang harga beli Rp 10.950, dengan harapan esoknya kurs bisa meningkat Rp 11.000. Tapi PT Danareksa yang didirikan pemerintah dengan deking modal Rp 50 milyar, cepat melempar stoknya, mempertahankan kurs jadi Rp 10.925. Apatis Tampilnya Danareksa sebagai stabilisator harga memang merupakan fungsi utamanya. Tapi siapapun tak mungkin bersaing dengan Danareksa, yang juga berfungsi sebagai investment trust, underwriter (perusahaan penjamin dan sekaligus makelar. Diadakannya PT Danareksa itu dianggap wajar saja dalam suasana ekonomi sekarang. Tapi para makelar menghendaki agar campur tangan itu dibatasi hingga tak menimbulkan suasana yang apatis. Sekalipun demikian, para pemegang sertifikat PT Danareksa boleh merasa senang. Naiknya kurs saham Cibinong menjadi Rp 11.175, bertambah Rp 200 dari sehari sebelumnya, menunjukkan bahwa pasaran semen cap Kujang itu cukup cerah. Kalau pada akhir Januari lalu pemilik selembar sertifikat memperoleh dividen Rp 674, atau Rp 666 untuk saham, maka dalam pembagian kedua kalinya yang dimulai 31 Juli, dividen untuk selembar sertifikat menjadi Rp 1.260. Bagi mereka yang belum mengambil dividennya sejak dibukanya Pasar Modal sampai dengan akhir Juni ini (11 bulan), total dividennya berjumlah Rp 1.934 per sertifikat atau Rp 1.914 per saham. JA Sereh, Dir-Ut PT Danareksa, merasa "puas". Menurut Sereh, dengan pembagian dividen itu, berarti keuntungannya sama dengan 23,9% dalam waktu 11 bulan. Sedang untuk deposito berjangka di bank, setahun bunganya cuma 15%. Dir-Ut Sereh boleh merasa puas lagi, setelah rapat pemegang saham memutuskan mulai tahun ini pembagian dividen dapat dilakukan dua kali dalam setahun. Masih Sendirian Rapat umum luar biasa yang berlangsung di Balai Sidang Senayan 15 Juni lalu, juga mengumumkan bahwa pembagian dividen kedua itu adalah hasil keuntungan PT SC selama setahun, berjumlah Rp 4,2 milyar. Ini masih ditambah dengan sisa laba yang belum dibagikan tahun lalu sebanyak Rp 514,2 juta. Adapun laba bersih dalam tahun buku 1977 naik 50% dibandingkan dengan tahun buku sebelumnya. Ini, demikian rapat pemegang saham itu, disebabkan volume penjualan semen cap Kujang naik dengan 45%. PT Semen Cibinong adalah usaha patungan antara pemerintah lewat PT Semen Gresik (25%) dengan sejumlah investor asing (75%). Blok saham terbesar dari pemodal asing itu dikuasai Gypsum Carrier Inc. -- anak perusahaan dari Kaiser Cement & Gypsum Corporation (42,84%) dan International Finance Corporation & Participants (12, 92%) -- cabang usaha dari Bank Dunia. Semula cuma 5% dari saham kelompok asing yang disisihkan untuk diperjualbelikan di Pasar Modal. Kini sudah disetujui untuk menaikkan jumlah saham yang go public menjadi 9,2% dari kelompok asing. Perbandingan saham antara Indonesia dengan asing pun kini sudah bergeser menjadi 44% : 56%. Kesediaan untuk memperbesar porsi saham yang mempublik itu merupakan pertanda makin membaiknya pasaran. Tapi mengapa sampai sekarang Semen Cibinong masih sendirian Dir-Ut Sereh mengakui para makelar akan sulit untuk hidup kalau hanya bergantung pada satu perusahaan saja. Tapi kepada TEMPO dia menyatakan "ada beberapa perusahaan besar dan sehat yang sudah diteliti". Dia belum bersedia menyebutkan namanya, tapi salah satu adalah perusahaan asing produsen rokok putih. "Diharapkan paling lambat awal tahun depan perusahaan itu sudah mempublik," sela I. Hutauruk, manajer PT Danareksa. Kalau benar terjadi, Semen Cibinong tak akan kesepian lagi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus